Mengenal Musik Metal, Identitas, Karakter, dan Keistimewaannya

Mengenal Musik Metal, Identitas, Karakter, dan Keistimewaannya

Artwork tidak berhenti pada cover album. Band-band khususnya yang beraliran metal banyak mencetaknya dalam merchandise seperti t-shirt, emblem, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan untuk menambah atau melengkapi ragam produk yang dihasilkan oleh band. Kelengkapan produk membuat para pendengar akan merasakan sisi sentimental ketika memiliki barang asli, dan pada akhirnya melahirkan para kolektor musik metal.

Selanjutnya, aspek yang tidak kalah penting dalam dimensi visual adalah konser itu sendiri. Pada sebuah konser, muncul sebuah “standarisasi dress code” yang muncul karena ketidaksengajaan. Coba kita kilas balik pada awal tahun 1970, ketika para penggila gigs menciptakan otentisitas penampilan dengan celana jeans, t-shirt, dan rambut gondrong. Kostum mereka kemudian berubah menjadi lebih macho ketika mereka mulai mengadaptasi penampilan para bikers dengan properti jaket kulit dengan spike. Penampilan ini dipopulerkan oleh Judas Priest, dan sempat menjadi tren saat itu. Ini adalah penampilan yang mewakili pemberontakan dan maskulinitas. Secara tidak langsung, apa yang dikenakan oleh para personil itu sendiri pun mengarahkan seperti apa para fans berdandan. Hal itu kadang menjadi tolak ukur sejauh apa loyalitas mereka.

Masih bicara tentang konser, tata panggung adalah hal penting lainnya. Panggung biasanya dihiasi tata cahaya dengan warna yang beragam, blitz, asap buatan (gunsmoke), dan sinar laser dengan logo atau cover album mereka sebagai background panggung.

Di era 1980an, band-band di aliran musik metal mulai mengenal video sebagai media ekspresi. Unsur utama dalam video itu adalah rekaman konser asli, atau jiplakan yang harus terlihat sangat nyata. Selain itu, mereka mulai memasukkan unsur-unsur lain, seperti perempuan seksi, perilaku berontak melawan figur dari otoritas, atau adegan umum yang menggambarkan ketidaksesuaian atau gangguan-gangguan. Video ini seringnya menggambarkan pemberontakan mereka pada budaya dominan dan kekesalan mereka pada hal yang dirasa kurang, seperti fasilitas bermusik.

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin Akew adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner