Meleburkan Musik Etnik di Berbagai Genre

Meleburkan Musik Etnik di Berbagai Genre

Kalau ada anggapan jika musik adalah bahasa universal, saya sangat setuju soal itu. Pada pengaplikasiannya musik bicara dengan bahasa yang menjangkau banyak hal

Dalam perjalanan saya bermusik, saya kemudian menemukan progresif rock sebagai sesuatu yang baru, tepatnya ketika saya masuk ke SMK yang kebetulan secara spesifik menjadikan musik sebagai jurusan yang saya pilih. Ketika itu, beberapa teman dan senior di sekolah memberi referensi musik-musik progresif rock sebagai genre yang katanya ‘nyekill’ ini. “nih dengerin mah musik kaya gini”, mungkin kurang lebihnya seperti itu ketika mereka memberi referensi musik pada saya saat itu.

Lama saya jatuh cinta dengan progresif rock (atau bisa dibilang spesifik ke grup musik Dream Theater), sampai akhirnya perjalanan bermusik saya kemudian membawanya cukup jauh, bahkan mungkin tidak behubungan langsung dengan musik progresif rock (meskipun irisannya selalu ada). Kala itu saya tergabung dengan sebuah grup bernama Ega Robot Ethnic Percussion. Menggaris bawahi kata Ethnic pada nama Ega Robot Ethnic Percussion, tentu kalian yang membaca ini sudah tahu arah musiknya Ega Robot Ethnic Percussion kemana. Yup, musik yang kelompok ini mainkan kental dengan unsur etnik atau tradisi. Tapi, kemudian ini yang akhirnya jadi menarik dan mungkin jadi titik balik saya dalam bermusik, hingga mengubah pandangan saya pada musik.

Kala tergabung dengan Ega Robot Ethnic Percussion, untungnya saya tidak dibatasi akan eksplorasi musikal saya. Sebagai informasi saja, Ega Robot Ethnic Percussion merupakan kelompok musik yang menurut saya dinamis dan harus bisa fleksibel kemana saja, bahkan dalam beberapa panggungnya tidak jarang kita mendapat permintaan untuk membawakan lagu dangdut atau koplo. Saya yang tidak mempunyai basic memainkan musik dangdut tentu saja kebingungan, karena meski di kelompok ini ada pemain kendang nya, tetap saja harus dikuatkan pula oleh permainan drum dari saya.

Cukup lama bermain bersama Ega Robot Ethnic Percussion, lagi-lagi perjalanan bermusik membawa saya lebih jauh lagi, hingga akhirnya saya dipercaya untuk menjadi drummer dalam sebuah acara di televisi. Karena acara televisinya pun sedikit banyaknya punya konsep yang mirip dengan musik Ega Robot Ethnic Percussion, jadi saya cukup cepat beradaptasi dengan pola disana. Dari acara tersebut musik koplo kemudian menjadi punya tempat tersendiri bagi saya, dan bahkan saking seringnya saya memainkan musik koplo, nama saya kemudian menjadi cukup identik dengan musik tersebut, bahkan saya sempat dikenal dengan nama Galih ‘ting nong’, yang mengacu pada pola permainan drum saya.

Kalau ada anggapan jika musik adalah bahasa universal, saya sangat setuju soal itu. Pada pengaplikasiannya musik bicara dengan bahasa yang menjangkau banyak hal. Penamaan genre musik pada akhirnya akan melebur satu sama lain, karena apapun genrenya jika dalam konteks ‘musik sebagai bahasa universal’ pada akhirnya musik akan bicara ‘lebih’ dari sekedar pengkotakan dari genre itu sendiri. Termasuk dengan musik etnik yang saya pelajari ketika saya tergabung di Ega Robot Ethnic Percussion. Pengalaman tergabung disana membawa perjalanan bermusik saya hingga di titik ini, ketika saya tergabung dengan kelompok orkestra pimpinan mas Erwin Gutawa.

Mungkin bagi banyak awam, musik yang dikemas dalam format orkestra akan diasumsikan dengan pola musik barat yang dinilai punya pola berlainan dengan olahan/pola musik etnik. Tapi bagi kami para musisi, musik akan selalu universal dan akan bisa melebur seperti apapun bentuknya, termasuk ketika mas Erwin membuat konsep Ethnochestra, yang meleburkan pola musik etnik dengan pola-pola/pattern yang biasa dimainkan di konsep musik orkestra.

Ethnochestra

Dengan konsep Ethnochestra, musik orkestra yang dikomandoi mas Erwin ini makin kaya akan bebunyian, dinamis, dan tentunya terasa dekat dengan pendengar Indonesia, karena ada akar musik asli Indonesia disana. Mas Erwin sendiri sebenarnya punya setidaknya lima tema dalam konsep musik orkestranya, dari mulai Chrisye band, Symphonesia, Orchestra full, Mini orchestra, dan tentunya Ethnochestra. Alhamdulillah saya dipercaya mas Erwin sebagai drummer dalam setiap pagelaran yang melibatkan namanya. Ini jadi salah satu yang sangat saya syukuri. Siapa sangka, Galih ‘ting nong’ ini bisa dipercaya mas Erwin sebagai salah satu personil dari kelompok orkestra yang dibidaninya.

Saya pikir bukan tanpa alasan kenapa musik etnik bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, karena pada pengaplikasiannya, musik etnik bisa melebur atau dipakai di berbagai genre. Saya membuktikannya sendiri seperti apa crossgenre yang saya rasakan ketika memainkan musik etnik dengan genre musik lainnya, dari mulai koplo sampai format orkestra, musik etnik bisa jadi sajian menarik yang bisa dinikmati siapapun, terlebih ada kedekatan secara psikologis yang bisa dirasakan pendengar.

Mendengar atau mengapresiasi banyak jenis musik bisa jadi input menarik karena pada akhirnya ouput yang nanti kita hasilkan juga akan lebih berwarna dan kaya. Mas Erwin mungkin salah satu yang mengamininya, dari mulai dia nge-funk dengan grup musik Karimata, hingga kemudian mas Erwin memberanikan diri membidani grup musik orkestra yang melambungkan namanya. Tentu hal itu tidak akan bisa terwujud andai referensi musiknya tidak kaya.

Dari mulai progresif rock, etnik, hingga format orkestra saya jejali dengan keyakinan yang sama, yakni musik yang sanggup bicara lebih dari sekedar pengkotakan genre. Bahasa gampangnya mungkin ‘tidak bau-an’, karena apapun jenis atau konsep musiknya, selama kita enjoy menjalaninya rasanya musik akan selalu berbaik hati membawa kita ke titik yang kita inginkan, bahkan mungkin kita cita-citakan. Hidup dari mimpi atau passion yang kita sukai merupakan anugerah yang tidak ternilai dan harus disyukuri.

BACA JUGA - Tidak Hanya Penyanyi, Drummer Juga Butuh Branding

Galih 'Just Drum'

Selain mengisi acara di sebuah televisi sebagai seorang drummer pengiring, Galih juga mempunyai kanal Youtube berisikan segala sesuatu tentang drum versinya (Galih_Justdrum). Selain itu, Galih juga lumayan sering terlibat menjadi session player untuk beberapa orang musisi. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner