Kekuatan Militansi (Sebuah Perspektif dalam Musik)

Kekuatan Militansi (Sebuah Perspektif dalam Musik)

Berawal di tahun 2014, ketika saya akan terlibat dalam proses penggarapan album Eleven Heroes. Waktu itu, saya harus mencari sosok yang bisa diajak berbagi, sekaligus seseorang yang mampu mengajarkan saya teknik vokal untuk kebutuhan penggarapan album tersebut. Album yang akan didedikasikan untuk sebelas orang korban Tragedi AACC.

Saya berkenalan dengan dua tokoh yang menjadi mentor untuk melatih teknik vokal. Dua tokoh ini adalah Popo Puji (Demons Damn) dan Robi Rusdiana. Saat itu, Robi sedang mengerjakan sebuah project yang dinamai Ensemble Tikoro untuk memenuhi kebutuhan akademik program magister seni di ISBI Bandung.


Ensemble Tikoro | foto: @EnsembleTikoro

Ensemble Tikoro adalah kelompok paduan suara yang menggabungkan berbagai jenis teknik vokal. Komposisi vokal dibentuk oleh rangkaian not balok. Saya tertarik untuk terlibat dalam project ini, karena saya menyadari bahwa project ini mengajarkan banyak ilmu yang menunjang karir saya sebagai vokalis Beside.

Ensemble Tikoro akhirnya menjadi project yang terus berjalan dan semakin serius. Ada hal baru yang saya temukan ketika bergabung dalam project ini, yaitu setiap vokalis yang terlibat dalam paduan suara ini dituntut untuk dapat membaca dan mengaplikasikan not balok di setiap karya. Ini merupakan proses yang tidak mudah, tapi seluruh vokalis yang terlibat melakukannya tanpa paksaan, murni, karena mereka terlibat secara sukarela. Melalui keterlibatan saya di Ensemble Tikoro, akhirnya saya mampu mempelajari berbagai macam teknik pernafasan maupun teknik vokal yang berguna untuk memenuhi kebutuhan Beside.

Ensemble Tikoro dan Beside adalah dua ruang yang mengajarkan saya tentang militansi. Segala keterbatasan dan persoalan yang ada di masing-masing ruang ternyata berhasil membentuk saya, dan menyokong apa yang ingin saya capai dengan kerja keras. Dengan kekuatan tersebut, saya dan teman-teman Beside berhasil menyelesaikan album Eleven Heroes. Tentu, apresiasi dan dukungan dari Exterminator sangat membantu kami untuk lebih total dalam membuat karya.

Militansi dan kerja keras yang dipatri dalam tubuh Beside mengantarkan kami ke berbagai pencapaian. Eleven Heroes menjadi salah satu album terbaik di tahun 2015 versi salah satu majalah musik ternama di Indonesia. Album ini juga dilirik oleh Metal Hammer (UK) dan membuat Beside masuk dalam kategori “10 Band Metal Terbaik Indonesia” pada tahun 2016. Setahun setelahnya, kami berhasil menginjakkan kaki di tanah suci metalheads dunia, yaitu Wacken Open Air, Jerman.

Perjalanan dan penampilan Beside di Wacken Open Air adalah pencapaian terbesar Beside setelah 20 tahun berkarir. Ini adalah sebuah impian yang menjadi kenyataan setelah melalui proses militansi tanpa henti. “Two Decades of Aggression Concert” pun terlaksana setelah kami kembali ke tanah air. Konser ini didedikasikan untuk para fans Beside yang selalu mendukung perjalanan kami.

Pada akhirnya, militansi tidak diukur dari seberapa besar tugas dan amanah yang harus dikerjakan. Militansi diukur dari sejauh mana totalitas, kejujuran, dan kerja keras terhadap apa yang dikerjakan di kehidupan sehari-hari. Harus diakui, proses tidak pernah mengkhianati hasil, dan menjadi seorang militan menjelma menjadi kewajiban agar cita-cita dan harapan dapat dibuktikan secara nyata.

Agung Suryana

Agung Suryana atau lebih dikenal dengan panggilan Agrog adalah generasi termutakhir dalam tubuh Beside. Ia berada di lini terdepan dan menjadi vokalis Beside sejak tahun 2014. Selain itu, ia aktif dalam sebuah proyek musik bernama Ensemble Tikoro.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner