Interpretasi Lagu Koil – “Rasa Takut adalah Seni” (Komoditas dan Adiksi)

Interpretasi Lagu Koil – “Rasa Takut adalah Seni” (Komoditas dan Adiksi)

selain album Forgotten – Obsesi Mati, album Megaloblast lah yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk dominan dalam bahasa Indonesia dari era awal saya ngeband. Saya lebih malu jika lirik bahasa Indonesia saya jelek, dibanding saya menulis lirik dalam bahasa Inggris dengan grammar yang salah, hahaha…

"Mungkin, saat bikin lirik itu, kayaknya sedang hobi banget nonton hal-hal yang cukup mengerikan, macam dokumenter modifikasi alat kelamin pria atau penis yg dibelah dua, gitu lah… Jadi, tema liriknya menjurus ke perasaan takut yang mana sok sok digabungkan dengan mengapa manusia kok takut sama Tuhan atau sama setan. Sementara, kalau aku sendiri kenapa kok nggak Takut sama tuhan dan setan… Aku mah lebih takut sama hantu, jadi mungkin kesimpulanku saat itu rasa takut adalah seni, yang mana setiap orang pasti berbeda interpretasinya atas seni," ucap Otong pada saya.

Bagi saya sendiri, rasa takut adalah seni yang dapat menjadi komoditas dan bisa saya "jual", bagikan, atau diperdengarkan ke khalayak layaknya berbagai macam lirik yang saya buat untuk Deadsquad, KALA juga sound gitar dan riff untuk roman catholic skulls dan nuansa musik di beberapa lagu proyek solo saya dengan nama Bisinggama.

"Rasa takut" seringkali menghasilkan karya seni, yang lalu diolah sebagai komoditas seperti yang disuguhkan film horror atau thriller. Rasa takut atau ketakutan dapat diaplikasikan ke design sampul album, atau menjadi artwork untuk kaus atau merchandise dan diperjualbelikan. Secara langsung atau tidak, sadar atau tidak, saya seperti diberi stimulan oleh "Rasa Takut adalah Seni", di mana ini menjadi suatu kebutuhan, seperti untuk menulis lirik, mengarang lagu, membuat riff dan mengolah sound gitar untuk menciptakan atmosfer gelap dan nuansa "menakutkan". Vontohnya seperti pada lagu ini : 

Kebutuhan akan rasa takut sangat berlaku untuk proses kreatif saya dalam berbagai kreasi musikal bersama band-band di mana saya berada. Adiksi akan rasa takut merasuki otak kiri dan jiwa saya, walaupun kadang berlebihan dan cukup menyiksa psikis atau mental saya. Tapi, tanpa "ketakutan", saya sulit untuk berkarya. Jadi, ada semacam ketergantungan akan rasa takut itu sendiri.

 

Foto: dokumentasi pribadi Daniel Mardhany

Vokalis dari band death metal Ibukota, Deadsquad.
Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.
alaiumrecords@gmail.com
www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner