Here comes 2024, that means... Are we entering 2004 (again)?? It’s *actually* hot! ଘ(੭ˊᴗˋ)੭* ੈ✩‧

Here comes 2024, that means... Are we entering 2004 (again)?? It’s *actually* hot! ଘ(੭ˊᴗˋ)੭* ੈ✩‧

Sumber Foto : Press kit Dhira Bongs

Ajaibnya, sebagai musisi, aku pun merasakan dampak dari 20-year-cycle ini dalam proses berkarya. Secara tidak sadar informasi tren ini ternyata menyusup ke dalam kepalaku, sehingga aku terpengaruh dan secara tidak disengaja keluarlah karya musik yang berbau “y2k”

Apakah kamu pernah mendengar kutipan dari lagu bang Haji Oma alias Rhoma Irama yang berbunyi, “roda kehidupan dunia berputar”? Setelah kuresapi lagi, dalam konteks yang ingin kubahas saat ini, ternyata lirik tersebut memang sungguh literal! Selama ini kita hidup memang seperti berjalan di sebuah roda, ada siklusnya, tidak ada yang benar-benar baru, hanya diperbaharui agar lebih segar. Entah gimana, tapi yang dulu tampaknya ketinggalan zaman, sekarang tiba-tiba jadi gaya dan trendy lagi!? Pasti kamu pernah ngerasa keren setelah pinjam dan pakai baju orang tuamu atau kakakmu kan? Padahal kan itu baju lama? Ternyata ini adalah fenomena 20-year-cycle! Gagasan bahwa apa yang populer 20 tahun lalu akan populer lagi saat ini. Sebenarnya, gagasan ini sudah disampaikan oleh James Laver (sejarawan mode asal Inggris) pada tahun 1930 an, hanya saja pada saat itu diusulkan sebagai 150-year-cycle.

Dengan kebangkitan internet seperti sekarang, lalu diringkas menjadi 20-year-cycle, dan gagasan ini telah dipakai selama bertahun-tahun di industri fashion. Secara mengejutkan, siklus ini ternyata akurat! Lebih mengejutkannya lagi, siklus ini juga relatif akurat pada tren musik dan art!

Aduh sampai lupa belum kenalan kan! Halo teman-teman, ketemu lagi, aku Dhira Bongs! Aku seorang singer-songwriter dan music producer. Tentu aku juga seorang  music enthusiast, I proclaim that my genre is Explorative Pop, sehingga aku tidak terikat dengan genre tertentu secara spesifik dan aku jadi bebas bersenang-senang dengan musik secara universal. Aah asyiknyaaa! Hahaha!

Ajaibnya, sebagai musisi, aku pun merasakan dampak dari 20-year-cycle ini dalam proses berkarya. Secara tidak sadar informasi tren ini ternyata menyusup ke dalam kepalaku, sehingga aku terpengaruh dan secara tidak disengaja keluarlah karya musik yang berbau “y2k” (short for “year 2000”). Coba dengar ini deh,

Aku gak sadar bahwa intro sampai reff kedua lagu ini ternyata aku ter-influenced breakbeat! Setelah kudengar berulangkali baru sadar?! Yaa walaupun gak breakbeat banget juga, seperti yang aku bilang di atas, tidak ada yang benar-benar baru, hanya dimodif. Nih salah satu lagu breakbeat favoritku waktu kecil,

Kalau kita pikir-pikir lagi, berarti kita yang hanya bagian kecil dari industri saja bisa memprediksi tentang tren apa yang akan datang, mungkin tidak akan benar-benar 100% tepat, tapi untuk forecast bayangan, kenapa tidak? Kita ingat-ingat saja tren kurang lebih 20 tahun kebelakang, tapi jangan lupa bahwa saat ini sangat banyak campur tangan teknologi, sehingga modifikasi pasti akan banyak dilakukan. Contohnya saja seperti tren y2k, jujur aku kadang bias kalua lagi ngomongin hal ini, yang dimaksud itu y2k yang benar-benar “the original y2k” seperti dulu waktu aku kecil, atau “modern y2k” yang sekarang lagi trendy banget di kalangan millenial dan gen Z? Sekarang kita bahas yang dari Indonesia dulu ya. Ini salah satu contohnya:

Ini yang puh sepuh

 

Dan ini yang “kalcer”

Keduanya memakai tone warna yang mirip-mirip, putih, hitam, SILVER (lambang utama millenium), fashion pun begitu, atas fit dan crop, bawah loose, dan dari segi animasinya pun mirip, 3d and shiny. Hanya saja yang puh sepuh version benar-benar authentic sesuai dengan teknologi pada tahun itu juga, sedangkan yang kalcer version ter-influence gaya y2k dengan teknologi canggih jaman sekarang sehingga sangat menakjubkan dan sedap dipandang.

Sekarang kita breakdown dari segi musik. Now we talk globally. Kalian masih ingat Craig David? Pop star muda berbakat pada zamannya, yang dengan lagu “Rewind”-nya bisa merajai tangga-tangga lagu di seluruh dunia.

Lagu dengan genre UK garage ini cukup mewakili musik 2000s. Siapa sangka sekitar 20 tahun kemudian kita akan mendengar versi baru dari UK garage ini populer lagi dan dibawakan oleh one of the biggest K-Pop artist, Jung Kook from BTS dengan lagu “Seven”-nya.

Haaah?? Gak ada yang sangka bukan?! Genre UK garage ini dibuat ngepop lagi bukan sama artis Inggris, tapi sama artis Korea?! Negaranya aja beda hahaha luar biasa bukan?! Bonus deh satu lagi, sambil bernostalgia, aku gak tau ini produser nya Jung Kook emang ter-influence y2k era atau memang... well you know... udah ngukur aja bahwa orang senang bernostalgia dengan 20-year-cycle tadi, hahaha, tapi yang pasti aku bisa mendengar a glimpse of “Senorita” by Justin Timberlake.

 

Di dalam 3D-nya Jung Kook

Sound dan pattern drums-nya menjadi peran yang cukup kentara untuk kedua contoh di atas. Produser musik nya Jung Kook jadi salah satu contoh sukses pemakaian teori 20-year-cycle. Lihat kan, ternyata ngukur dengan 20-year-cycle itu jadi bermanfaat untuk kita, terutama kalau kita kerja di industri entertainment. Gak hanya di musik aja, tapi di dunia fashion, art and design, film, photography and videography, dan banyak lagi aspek lainnya yang sifatnya menghibur. 20 tahun adalah kerangka waktu yang sempurna untuk menikmati nostalgia at it’s best. 10 tahun setelah tren berlalu masih terlalu dini untuk merasakan euphoria nostalgia, sedangkan 30 tahun agak terpaut jauh walaupun mungkin masih relevan, tapi trennya pasti akan terasa quirky. Rasa nostalgia ini pun ternyata bisa datang dari generasi terbaru, dalam kasus ini ya datang dari millenial dan gen z, entah mereka dengar lagu yang dimainkan orang tuanya, atau lihat selebriti memakai fashion items tertentu yang mereka suka selama era akhir 90an hingga awal 2000an, dan sekarang saat mereka sudah menjadi orang dewasa, mereka bisa tiru itu semua.

Tentu dengan rasa dan teknologi yang lebih baru. Jadi, apakah 20-year-cycle benar-benar berjalan dan relevan? Tentu saja. Tapi kalau dari opiniku, ini relevan jika hanya menjadi alat pengukur saja untuk memperluas referensi. Karena dengan kekuatan teknologi dan kebebasan berkarya kita sekarang, aku rasa kita bisa membuat sesuatu yang lebih gila lagi, ditambah dengan referensi 20-year-cycle tadi, kreativitas kita bisa semakin kaya!

Why follow what’s popular when you could be whatever you want? Tapi tetap bersiap aja, here comes 2024, that means... are we entering 2004 (again)?? It’s *actually* hot! (ˊᴗˋ)* ✩‧ terima kasih sudah membaca hingga akhir dan selamat menikmati siklus nostalgia yaa!

 

Sumber Pustaka:

https://medium.com/@walshav/is-the-20-year-fashion-cycle-still-relevant-da28979c6827#:~:text=This%20is%20the%20idea%20that,out%2C%20and%20what%20gets%20sold

https://aesthetics.fandom.com/wiki/Y2K

BACA JUGA - Tren Y2K Tanda Serpihan NU Metal yang Bangkit Lagi?

Dhira Bongs

Dhira Bongs is a singer-songwriter and music producer. She claims her music to be Explorative Pop. She just released her third album. Dhira Bongs has an intention to spread her wings further to another international collaborations. She had a tour in Japan (2017) and became the only representative from Indonesia who performed at South by Southwest (SXSW) 2019, Austin, Tx, US.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner