Hati (ke) Hati

Hati (ke) Hati

Di tengah rasa rumit yang menyesakkan ini, tiba-tiba saja sebuah pikiran baik terlintas di dalam benak. Siapa tahu kau bisa tergerak juga untuk ikut memahaminya. Sadar tidak? Di dalam kesunyian, dan rehat dari segala hiruk pikuk ini, kebiasaan yang telah lama hilang kembali datang. Bahkan kebiasaan baru mulai bermunculan.

Dulu, aku hanya pulang ke rumah untuk tidur, rasanya jengah berdiam lama-lama, merasa sangat depresi. Tapi lihatlah sekarang, diam-diam aku mulai mencintai segala ruang di dalam rumahku, menatanya kembali, dan membuat setiap sudutnya terasa nyaman. Bersamaan dengan itu, ku isi kekosongannya dengan lantunan doa yang kupanjat setiap saat berharap Tuhan segera mengakhiri pandemi ini. Ya, kau juga merasakan, bukan? Belakangan ini kita sama-sama memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan? Dan apakah kau juga sadar, ternyata berdiam di rumah, membukakan hatimu dengan keluarga yang mungkin selama ini hanya kau temui pagi dan malam hari tanpa banyak berdiskusi? Entahlah jika kau tidak merasakannya, tapi itu yang sekarang aku rasakan.

Belakangan, aku kembali bercerita dengan Ibuku, dan orang-orang yang ada di rumah. Dalam kondisi ini, tanpa terasa kami mulai saling menguatkan. Bertukar pikiran, cerita, harapan, hingga cara untuk saling mengingat kebahagiaan.

Ibuku membuka album foto koleksinya, dan mulai bercerita kembali tentang momen-momen yang pernah kami lalui bersama. Ada sebuah potret di dalamnya, seorang anak remaja perempuan memegang gitar dengan poni menutupi sebagian matanya. “Sejak dulu kamu suka bermusik, sekarang tidak lagi?” tanyanya kepadaku. Kuanggukkan kepala, masih suka jawabku. “Tidak lagi mencipta lagu?” Ibu kembali bertanya. Kugelengkan kepala, sudah bukan waktunya lagi... Fokusku pada hal lain sekarang, jawabku lagi.

Ibuku tersenyum. “Sejak kemarin kamu mengeluh terus pada kondisi dunia ini, terlalu banyak takut. Tapi dulu kamu berani menghadapi apapun, bahkan hingga bisa mencipta lagu yang buat orang lain sih tak masuk akal. Bikin lagu tentang hantu? Siapa yang berani bercerita tentang hantu dalam sebuah lagu? Orang nekad aja itu namanya. Apa yang bikin kamu berani selain tujuannya adalah untuk membuat dirimu senang, kan? Sekarang, kau bilang takut... Padahal tadi katamu kau semakin mengenal Tuhan, dan kau punya fokus-fokus lain hingga mengesampingkan musik yang dulu kau bilang adalah nyawa di hidupmu. Bener loh, kamu bilang musik adalah nyawa. Jika akhirnya dikesampingkan karena fokus lain, tentu saja hal itu jadi hal yang lebih penting untukmu. Tidakkah kau bersemangat untuk segera mewujudkannya? Optimis neng, menghadapi kondisi ini kita harus jadi orang optimis. Tak apa terus berharap, bukan manusia namanya jika tak punya harapan.”

Rasanya ada satu titik di dalam hati yang tertohok oleh kata-kata Ibuku.

Partime singer, partime writer, & partime ghosthunter.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner