Hamburnya Rasa Nostalgia di “Taking Back Saturday”

Hamburnya Rasa Nostalgia di “Taking Back Saturday”


Photo oleh Alfi Prakoso

Tanggal 3 Februari 2018 mungkin menjadi malam yang tak terlupakan untuk sebagian orang yang menghadiri acara “Emo Night Bandung”. Saya adalah salah satunya. Acara yang bertajuk “Taking Back Saturday” ini merupakan pagelaran kolaboratif antara 630 Recordings, Sobat Indie dan Microgram Entertaiment yang dihelatkan di Verde Resto & Lounge Bandung.

Sebelum diselenggarakan di Bandung, acara Emo Night ini sudah digelar di Jakarta dengan tajuk “Sugar, We’re Going Down Singing!”. Bagi kalian yang penasaran, ide Emo Night ini dicetuskan oleh dua orang teman dari Ibukota, yaitu Rega Ayundya Putri dan Anggia Murni. Dengan didasari oleh keinginan yang sangat sederhana, yakni “sakau karaoke” ternyata mendulang respon amat positif dari berbagai khalayak.

Untuk sebagian besar remaja di era 2000an, mereka pasti pernah ada di fase menjadi pendengar musik Emo. Orang yang tidak termakan oleh tren ini pun pasti tahu. Emo muncul di hidup saya ketika masih memakai seragam putih biru. Benar-benar datang tepat di masa remaja saya. Masa-masa ketika belum tahu banyak tentang isi dunia, tapi menggebu-gebu mencoba untuk terlihat mengerti.

Tentunya, banyak lagu yang menjadi soundtrack masing-masing individu dengan cerita yang berbeda. Lirik-lirik yang seakan mengerti dan mewakili keadaan membuat segala sesuatunya menjadi sangat emosional hingga sangat melekat di memori. “Taking Back Saturday” ini bertujuan untuk membawa kita semua kembali ke masa-masa itu.

Bersama dengan Heals, Andika Surya/Dika (Collapse) dan Eki (Avhath, 630 Recordings), kami semua sudah mempersenjatakan diri dengan playlist berisikan lagu-lagu yang siap ditembak ke semua orang yang hadir malam itu. Acara dimulai sekitar jam 8 malam, dibuka oleh sesi request. Hanya sekitar 20 orang yang ada di depan, dengan malu-malu beberapa orang segera mengambil mic, melihat lirik di layar dan mulai bernyanyi. Mungkin, udara khas Bandung yang dingin menjadi salah satu alasannya. Seperti mesin yang dingin, harus dipanaskan terlebih dahulu.


Eki (left) | Photo oleh Alfi Prakoso

Sesi request hampir selesai, terlihat Eki sudah bersiap di deck. Terlihat wajah-wajah excited mulai berdesakan maju ke depan. Tak menunggu lama, Eki memulai setnya. Diawali dengan Mayday Parade, From First To Last, Copeland, Panic! At The Disco, hingga New Found Glory. Tanpa disadari, venue sudah semakin sesak dipadati oleh orang-orang yang bernyanyi dengan kompak.


Collapse | Photo oleh Alfi Prakoso

Tiba-tiba, saya mendengar “Punk Hari Ini” milik Superman Is Dead diputar. Pada saat melihat ke depan, ternyata itu ulah si Andika Surya, atau teman yang kerap disapa Dika. Dengan girangnya saya bergegas berlari ke tengah dan ikut teriak bersama yang lain. Ketika saya melihat ke belakang, ternyata venue sudah sangat penuh. Orang-orang mulai berebut mic ketika At The Drive-In diputar. Hingga terlihat Yas Budaya (frontman dari band Alone At Last) mengambil mic dan akhirnya naik ke stage ketika lagu Refused diputar. Semua orang merespon dengan spontan, bernyanyi, berteriak dan crowd pun semakin brutal!


Yas Budaya from Alone At Last | Photo oleh Alfi Prakoso

Octavia Variana atau kerap di sapa Via ini adalah bassist dari kuintet Alternative Rock/Shoegaze dari Bandung, Heals. Selain itu, ia juga senang menekuni bidang ilustrasi.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner