AACC & Ingatan-Ingatan Tentangnya
Kalau ibarat putus pacaran, sudah saatnya kita move on. Peristiwa kelam yang pernah terjadi di AACC tak seharusnya membuat kita gagal move on dan terus menguak luka lama. Regenerasi yang kita butuhkan pun tak sebatas menanti kehadiran band-band baru yang akan memperpanjang nafas skena (cieee skena) musik independen ini. Terlampau sempit jika kita hanya berpikir ke sana. Kehadiran regenerasi dalam konteks ruang pertunjukan atau budaya (galeri, venue, bar, klub, taman budaya, hingga taman kota) juga satu kepentingan yang sedari dulu tak ada habisnya jadi bahan obrolan di tiap tongkrongan. Di tengah wacana yang tak pernah habisnya mengenai hadirnya gedung kesenian/pertunjukan yang representatif, kenapa tidak mencoba memanfaatkan kembali ruang-ruang yang sudah ada. Seperti AACC ini.
Kemauan kita untuk terus menjaga ingatan tentang AACC dan menjadikannya pembelajaran merupakan langkah bijak untuk menghidupkan kembali ruang yang telah lama “mati” ini. Masa lalu tak hanya menyimpan luka, ia juga menyimpan beragam pelajaran. Sudah saatnya juga menghidupkan kembali AACC dengan segala gairah dan kesenangannya. Seperti memberikan nafas baru pada sesuatu yang boleh dikatakan “sekarat”. Boleh jadi, dengan segala pelajaran yang telah ada dapat menciptakan sesuatu yang lebih baik kedepannya.
Saya hanya berharap bahwa ingatan-ingatan tersebutlah yang dapat menjadi pemantik bahwa gairah-gairah ini tak boleh berhenti. Sejarah juga membuktikan bahwa dinamika komunitas musik ini telah tertempa dengan beragam peristiwa. Isu lama – seperti minimnya gedung pertunjukan – juga bukan alasan krusial untuk berhenti berkarya. Kehadiran AACC dan peristiwa-peristiwa didalamnya merupakan kunci bahwa sejarah tak hanya milik mereka yang menjadi pemenang. Tapi sejarah juga milik yang mengingatnya – dan menjadikannya pembelajaran.
Comments (0)