2019, Musik (Ekstrim Metal) Akan (Semakin) Tidak Menarik

2019, Musik (Ekstrim Metal) Akan (Semakin) Tidak Menarik

Saya tidak akan bicara tentang Beside, Burgerkill, DeadSquad, Death Vomit, Jasad atau Dead Vertical. Sudah bosan mendengar dan membaca dari media lain terkait dengan sepak terjang dan pencapaian mereka selama 2018. Akan menjadi terasa garing rasanya harus kembali mengulas mereka yang sudah menemukan pola dan karakter musikalitas sehingga tidak perlu khawatir dengan kemasan yang akan disajikan kepada para fans setianya. Saya lebih tertarik dengan dinamika yang terjadi di lapisan berikutnya, yaitu band-band metal yang notabene masih berjuang keras menemukan formulasi dan karakter mereka dalam bermusik. Seiring dengan berubahnya tren musik metal, memang diakui di tahun 2018 setiap hari ada ratusan band metal yang hadir dengan karya-karya terbaru mereka, namun yang berusaha keras untuk hadir menjadi diri mereka sendiri masih sangat sedikit. Rata-rata, band metal yang hadir di tahun 2018 masih menjadi pengikut dari apa yang menjadi pengaruh mereka dalam bermusik alias miskin eksplorasi. Masih terjebak pada pakem genre yang mereka mainkan adalah sesuatu yang paradoks untuk disikapi. Ternyata, untuk hadir dengan karakter berbeda di dunia musik metal Indonesia masih menjadi hal tabu untuk dimunculkan. Mungkin, faktor mereka "band baru" yang baru merilis beberapa single dan masih meraba bentuk formulasi musik yang cocok dan nyaman untuk mereka mainkan.

Tahun 2018, metal Indonesia dihajar gelombang baru dengan hadirnya sub genre djent dan deathcore. Walaupun tidak lantas menggilas keberadaan band death metal yang telah terlebih dahulu hadir. Band yang identik dengan satria gitar bersenar tujuh bahkan delapan bermunculan di mana-mana. Tentu saja, tidak lepas dari peran Infamy dan Trojan yang mengawali eksplorasi di sub genre dari death metal ini. Namun, saya tidak akan membahas dua band ini. Banyak band new metal/metalcore dan emo core yang ramai-ramai hijrah dan mencoba peruntungan di tren musik ini hingga akhirnya sub genre ini menjadi sangat bias dan nyaris tanpa batas yang jelas. Ini band emo atau deathcore atau metalcore menjadi trending topic di dunia musik metal Indonesia. Persis seperti fenomena band pop punk yang pada akhirnya menjadi gengsi untuk disebut band pop punk dan memilih mendefinisikan musik mereka sendiri. Walaupun itu sah saja, karena musik bagi sebuah band adalah wilayah otonom. Ibarat tubuh yang bebas untuk diperlakukan sesuka hati. Keberanian untuk mengambil sikap dan mengeksplorasi tema lirik masih butuh proses yang panjang sebelum mereka benar-benar ajeg seperti apa yang sudah dilakukan pendahulunya.

Amunisi segar dan mematikan rasanya masih jauh untuk diharapkan hadir di tahun 2019. Walaupun perlahan harapan itu muncul di beberapa kantung komunitas ekstrim metal di beberapa kota di Indonesia. Jangan sebut kota besar, karena memang sudah seharusnya dinamika ini lebih berkembang. Invasi band yang datang dari kota-kota di kawasan Jawa Barat, seperti Soreang, Cicalengka, Majalaya, Tanjungsari, Sukabumi, Pangalengan, Jatinangor, Padalarang, Garut memberikan beberapa calon juru selamat di dunia ekstrim metal. Band seperti Walker, Scream In Bubble, Revenge The Fate, Vein Of Valor, Hyper, Humiliation, Pourriture, atau Griffith yang sudah mulai berani melakukan eksplorasi dan eksperimen dengan karya mereka. Belum lagi, ditambah dengan hadirnya rakitan amunisi lain yang tersebar mulai dari kawasan Sumatera dan Kalimantan. Setidaknya, mereka mulai menampakan kejelasan bentuk dan karakter mereka yang layak diapresiasi.  

Konsistensi dan keras kepala adalah kunci agar tahun 2019 tidak menjadi tahun yang tidak membosankan bagi skena musik ekstrim metal. Di tengah chaos-nya arus informasi terkait berbagai informasi tentang musik secara global ada baiknya bijak memilih dalam menentukan referensi. Bukan bermaksud menjadi "original" karena kata tersebut adalah mitos, namun bisa hadir kembali dan bertahan dari hempasan tren musik lainnya adalah keharusan. Kita nantikan saja di tahun 2019.

Ranah musik bawah tanah Kota Bandung tidak akan pernah sama jika Addy Gembel tidak hadir di era '90an. Bersama grup musik ekstrim yang dinamai Forgotten, ia lantang menyuarakan tentang hal-hal provokatif dan kontroversial, dengan dua jenis pilihan bahasa: frontal dan sangat frontal.

View Comments (1)

Comments (1)

  • JubelBabe
    JubelBabe
    11 Mar 2019
    Setuju, kehadiran byk band metal di th 2018 kmrn seharusnya dibarengi dgn pembentukan karakter band yg kuat, influense thd bnd Metal brt itu wajib, tp mengekor sebaiknya jangan, dgn begitu musik metal itu sndri akan terus berdiri tegak dgn karya2x orisinal yg tdk menjemukan, yakinlah pd Diri kita sendri, bahwa kita pasti mampu melawan arus no Metal terutama di th 2019. Sukses Selalu Metal Head Indonesia. Link : https://youtu.be/rnqSfr8Mkyo
You must be logged in to comment.
Load More

spinner