12 Pelajaran Penting dari DCDC x Hellshow “Killchestra” 2018

12 Pelajaran Penting dari DCDC x Hellshow “Killchestra” 2018

Kali ini, dari kacamata seorang penonton biasa yang kebetulan hadir di situ, saya coba mencatat hal-hal yang (mungkin) penting dan layak diperhatikan. Terlepas dari segala puja-puji dan kritik, juga kelebihan dan kekurangan yang terjadi, berikut ini 12 hal yang mungkin bisa dipelajari dari penyelenggaraan Hellshow 2018:   

1. Gagasan besar dan konsep matang 
Ide Burgerkill menghelat serial Hellshow mungkin serupa dengan niat Ozzy yang membangun Ozz Fest, Megadeth yang punya Gigantour atau Metallica yang bikin Orion Fest. Semenjak informasi Hellshow 2018 itu pertama kali diumumkan kepada khalayak, kita bisa menduga kalau festival musik metal tersebut bakal dikemas seru dan menyenangkan.

Sementara, DCDC x Hellshow “Killchestra” adalah ide yang lebih besar lagi. Konon, konsep perkawinan antara musik metal dan orkestra ini merupakan yang pertama kalinya digelar di Asia dan kedua di dunia – setelah yang dilakukan Metallica pada tahun 1999 silam.

"Ide awal konser orkestra sudah ada sejak tahun 2012. Kami ingin menggelar konser eksklusif dengan format berbeda. Prosesnya memang panjang, dan akan banyak kejutan," tutur Ebenz dalam sesi konferensi pers, lima hari sebelum pertunjukan.

Bagaimana Burgerkill merangkai program rekaman orkestra di Praha (Ceko), set konser spesial di DCDC x Hellshow “Killchestra”, hingga dibarengkan dengan momen perilisan album Adamantine menjadi satu paket itu adalah hal yang menarik, sekaligus cerdas. 

Itu semua juga tanpa melupakan khittah Hellshow sebagai suatu perayaan untuk bersenang-senang bersama semua kolega Burgerkill dan komunitas metal. Semua kudu bergembira, sekali pun berpesta di neraka.

Band dengan gagasan besar, fanbase yang masif, serta enerji ekstra memang patut untuk bikin hal seperti itu. Untuk memperkuat eksistensinya, sekaligus berkontribusi balik pada komunitas atau scene-nya. Sebenarnya, semua band juga bisa melakukan hal yang sama, sesuai porsi dan kemampuan, di wilayahnya masing-masing.

2. Konten adalah kunci!
DCDC x Hellshow “Killchestra” sepertinya mengamini amanah pujangga barat yang bersabda, “content is the key!”. Sebab, kemasan acaranya memang cukup menarik dan kaya. Menu utamanya adalah satu panggung festival yang sarat distorsi dan satu set panggung khusus bagi Burgerkill untuk format orkestra.

DCDC x Hellshow “Killchestra” juga bukan sekedar pertunjukan musik belaka. Di sana juga ada konten lain yang disiapkan dengan matang dan serius. Mulai dari eksibisi atau pameran artwork, diskografi, dan merchandise Burgerkill. Ditambah dengan Metal Market yang menggoda nafsu belanja #JajanRock, serta sesi talkshow dengan musisi dan para pelaku. Belum lagi sejumlah gimmick ringan macam lomba kostum atau peluncuran burger.

Ya, ada banyak sekali keseruan di sepanjang hari itu.

3. Pemilihan line up yang tepat
Memilih line up atau penampil di panggung itu gampang-gampang susah. Daya tarik utama setiap pertunjukan musik memang ada di situ. Pengisi rundown panggung festival DCDC x Hellshow “Killchestra” kemarin terbukti cukup melegakan.

Burgerkill bersama timnya mengkurasi band-band yang tampil. Mulai dari Suaka yang datang jauh-jauh dari Amrik, Hurt ‘Em yang menggerinda, Taring yang menggigit, Extreme Decay yang ngebut, hingga Forgotten yang menutup set di petang hari dengan laknat, eh indah.

Oh iya, DCDC x Hellshow “Killchestra” juga masih memberi slot bagi band-band baru melalui ajang DCDC ShoutOut!, bukti kalau proses regenerasi memang kudu berjalan terus.   

4. Produksi yang rapi, serius, dan mewah
Totalitas dan kerja keras yang penuh sepertinya paling tampak pada lini produksi DCDC x Hellshow “Killchestra”. Kalau kita mengenal baik Burgerkill, hal seperti itu pasti dipikirkan sangat matang, rapi dan serius. Hasilnya memang tidak main-main.

Hari itu, set panggung utamanya cukup gagah dan mewah. Kualitas sound system milik Sumber Ria sangat prima. Lighting-nya pun cemerlang. Semuanya tampak maksimal. Pol. Benar kata kawan saya yang bilang: Musik metal itu mahal, bung!

Burgerkill sendiri mengakui kalau Hellshow merupakan “sebuah proses panjang yang menguras tenaga, pikiran, dan waktu akhirnya bisa terlaksana dengan baik dan menyenangkan. Didukung kerja keras juga komunikasi yang baik dari semua pihak yang terlibat menghasilkan sebuah karya dan sejarah baru bagi musik Indonesia.”

5. Semua kudu sesuai porsinya
Hal yang jarang terjadi pada pertunjukan musik skala besar di Indonesia adalah porsi yang adil dan seimbang pada sisi artistik dan komersil. Apalagi, jika itu melibatkan pihak sponsor atau mitra kerja.

Ternyata itu ‘hanya’ soal bargaining saja. Tawar-menawar konsep, pas, tancap gas!

Membawa brand Hellshow yang sudah kuat, tentu Burgerkill, DCDC, dan ATAP Promotions punya power untuk menjaga sisi artistiknya supaya bisa terpenuhi secara ideal. Soal penempatan logo di panggung, misalnya. Itu hal yang simpel tapi kerap diabaikan (atau dikalahkan?!). Belum lagi, pada item-item produksi yang lain.   

Tempo hari, Stephanus Adjie pernah menulis, “bekerjasama dengan korporasi besar adalah sah dan dibutuhkan dalam era industri sekarang ini. Selama idealisme tidak terganggu dan visi misi kepentingan kedua belah pihak bisa berjalan beriringan.”

Pada akhirnya, semua memang kudu sesuai dengan porsinya. Sebuah kolaborasi yang elok dan harmonis sudah dilakoni tim DCDC, ATAP Promotions, serta Hellshow. Semua senang, semua hepi.

Samack

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, Supermusic, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktifitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (1)

Comments (1)

  • Enodimedjo
    Enodimedjo
    25 May 2018
You must be logged in to comment.
Load More

spinner