DCDC Killchestra Journey - Eindhoven Blue Collar Underground
Melanjutkan kisah perjalanan Burgerkill dan tim DCDC Killchestra di hari kelima ketika berangkat ke Eindhoven, Belanda.
Jam tiga sore tanggal 5 Maret 2018, kami akhirnya tiba di Bandara Schipol, Amsterdam dan segera makan siang di sana. Jam lima sore, kami berkereta api menuju Eindhoven dan akhirnya tiba sekitar pukul enam sore di Stasiun Kereta Api Eindhoven, disambut oleh kawan-kawan kami, Ricky Insanity dan Intanzari. Ricky dan Intan adalah dua kawan yang menginisiasi perjalanan kami di Belanda kali ini, sekaligus juga yang mempersiapkan tur Burgerkill Oktober mendatang. Dari stasiun Eindhoven, kami bermobil menuju hotel di mana kami menginap, Blue Collar Hotel. Ketika kami tiba, salah satu kawan kami di Eindhoven, Daffa, murid saya ketika mengajar di sekolah yang lama, juga sudah ada dan bergabung bersama kami.
Tim DCDC Killchestra bersama Ricky Insanity dan Intanzari di Eindhoven | Foto: Anggra Bagja
Blue Collar Hotel dalam banyak hal sangat merepresentasikan simbol musik rock Eindhoven. Bangunan ini dulunya merupakan pabrik Philite SA seperti yang selesai dibangun Philips tahun 1929 dengan arsitek J.R. Bouten. Pada awalnya, pabrik ini memproduksi plastik sintetis, namun kemudian memproduksi juga plastik dan logam ketika mereka membentuk kelompok industriawan bernama PMF atau Pabrik Mesin Plastik dan Logam. Bangunan ini awalnya terdiri dari tujuh tingkat dan pada akhir 1930an, menara lonceng ditambahkan sehingga tinggi bangunan naik menjadi 60 meter. Awalnya, menara itu terbuat dari beton bertulang yang sama dengan permukaan bangunan, tapi ketika diganti tahun 1996, bangunan ini dibuat dari bahan batu kaca. Saat ini, warna coklat digantikan oleh biru Philip dan logo perusahaannya diperbaiki, menjadi sebesar tiga lonceng yang sudah terpasang. Keempat simbol ini memberitahu setiap warga Eindhoven yang bepergian dengan kereta api, bahwa dia sudah kembali ke rumah. Tahun 2010, Klokgebouw dinominasikan untuk mendapatkan Penghargaan Budaya Brabant.
Eben dan warga lokal Eindhoven | Foto: Anggra Bagja
Comments (0)