DownForLifeForIndonesia - Saatnya Mengulang Sejarah di Tanah Eropa
Jurnal perjalanan Down For Life menuju Wacken Open Air, Jerman bagian pertama (30 - 31 Juli 2018).
L’histoire se répète. Meminjam pepatah dari bahasa Perancis, katanya sejarah akan berulang. Seperti juga yang pernah saya dengar dari Kimung bahwa sejarah membentuk alur secara organik, natural, dan dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Tapi, kali ini sedikit berbeda. Ini bukan tentang sejarah yang berulang dengan sendirinya, tapi ini adalah saat kita mengukir dan mengulang sejarah dengan sengaja.
Senin, 30 Juli 2018
Down For Life dan seluruh tim yang berangkat ke Wacken Open Air, Jerman
Sekitar pukul 15.00 WIB, kami—manusia-manusia dengan belasan tas besar—berkumpul di Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Kami, yaitu Down For Life dan tim dari DjarumCoklatDotCom (DCDC) akan berangkat ke Jerman, memakai maskapai KLM yang akan lepas landas pada pukul 18.35 WIB. Tujuan kami adalah Wacken Open Air, festival heavy metal bergengsi dan terbesar di dunia. Dua band dari Indonesia berkesempatan untuk tampil di panggung Wacken Open Air 2018, salah satunya adalah Down For Life sebagai kandidat dari Metal-Battle, sub-program yang ada di Wacken Open Air.
Sekali lagi, ini tentang mengulang sejarah dengan sengaja. Tahun lalu, kami memberangkatkan Beside, band metal dari Bandung sebagai perwakilan dari Indonesia di ajang Metal-Battle. Kali ini adalah waktunya Down For Life, memboyong nama Solo untuk kemudian dikonversi menjadi atas nama Indonesia. Mereka tampil di W.E.T Stage, salah satu dari delapan panggung di Wacken Open Air pada tanggal 1 Agustus 2018.
Persiapan Down For Life di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta | Foto: Karina Supriaman
Adjie (vokal), Isa (gitar), Rio (gitar), Jojo (bass) dan Latief (drum) ditemani oleh Agus Danny Hartono sebagai perwakilan dari DCDC, Benny Bahow sebagai perwakilan dari GTV, Dwi Fitriani dan saya (Karina Supriaman) sebagai perwakilan dari PT. ATAP Promotions. Bersamaan dengan kami, berangkat juga Man (Jasad) yang bertugas sebagai juri di Metal-Battle, Jerman. Tugas Man tak berhenti sampai di situ, karena Jasad juga diundang untuk tampil di Wacken Open Air. Hanya saja, personil Jasad yang lain akan berangkat keesokan harinya.
Kami sengaja berkumpul lebih awal demi menghindari keterlambatan dari drama yang biasanya terjadi menjelang boarding. Benar saja, pertama tas Jojo harus digeledah ketika screening karena ada barang yang dianggap mencurigakan (padahal maksudnya adalah efek bass) dan proses check-in serta baggage drop-off yang memakan waktu lebih dari dua jam. Alhasil, lewat dari pukul enam sore kami baru bisa duduk di kursi pesawat. Kami terbang tepat waktu menuju bandara pertama, Kuala Lumpur International Airport.
(dari kiri ke kanan) Benny Bahow, kawan dari Imigrasi, Latief, Adjie, Jojo, Man, Dwi, Isa, Rio | Foto: Karina Supriaman
Comments (0)