Red Voqus, “Heresy”, dan Tentang Kebenaran Di Antara Para Pelecehnya

Red Voqus, “Heresy”, dan Tentang Kebenaran Di Antara Para Pelecehnya

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Red Voqus

"Setelah pulang dari Jerman, ramai fenomena mengenai kebenaran. Tidak hanya dalam ruang lingkup SARA, namun hampir di segala aspek bermasyarakat dan berketuhanan. Itu latar belakang terciptanya “Heresy”, ujar Alit.

Mengedepankan alunan rock sebagai identitas karyanya, grup musik Red Voqus seakan membayar hutang budi mereka terhadap musik rock dengan karya yang sejalan dengan citra yang melekat dengan genre musik ini, keras dan membakar. Satu hal yang kemudian mereka tuangkan dalam lagu berjudul “Heresy”, yang kemudian mereka daulat menjadi sebuah single.

Menariknya, dalam pola kreasi yang mereka buat, Kuartet rock ini berani mencampurkan unsur etnik Indonesia seperti Gamelan Bali dan Sinden di dalam musiknya. Perpaduan etnik dan kontemporer ini menjadi sebuah suguhan yang mampu menguatkan estetika karya dan hal-hal esensial, dari lagu yang mengangkat tema mengenai seseorang dalam pencarian kebenaran ini.

Khalid Jaladian, vokalis Red Voqus yang akrab dengan panggilan Alit ini mengaku jika lagu tersebut dilatari dari pengalaman dirinya yang sempat tinggal cukup lama di Jerman. Dirinya merasa cukup resah dengan suatu hal yang disebut oleh kelompok yang merasa memegang kebenaran, hingga hal tersebut kemudian menjadi pemantik pola kreasinya untuk melahirkan sebuah lagu.

"Setelah pulang dari Jerman, ramai fenomena mengenai kebenaran. Tidak hanya dalam ruang lingkup SARA, namun hampir di segala aspek bermasyarakat dan berketuhanan. Itu latar belakang terciptanya “Heresy”, semua proses yang ditempuh seseorang dalam proses mencari kebenaran," ujar Alit.

Selain itu, Alit yang juga berperan sebagai produser dalam pembuatan lagu “Heresy” ini menjelaskan jika “Heresy” sebenarnya memiliki arti pelecehan agama. Namun pesan yang berusaha disampaikan adalah, tokoh pencari kebenaran tersebut menyadari bahwa kebenaran tak hanya dipegang oleh kaum sepihak.

"Tokoh di lagu ini merasa bahwa yang ia pegang selama ini salah, menyadari bahwa semua ini relatif. Kegalauan dan ketidakpuasan yang berlebih membuatnya depresi, bingung mencari kebenaran namun berujung mati pun bukan sebuah jawaban. Kata "Heresy" itu sendiri dipakai sebagai ironi terhadap sekelompok yang mengakui bahwa mereka tahu betul soal kebenaran," lanjutnya.

Andika Rahimy selaku pemain drum Red Voqus menambahkan bahwa proses produksi dilakukan di SAE Institute Jakarta. Drummer yang ternyata sudah pernah manggung dalam gelaran festival musik terbesar di kota Quebec, Kanada bernama Envol Et Macadam ini mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang sudah berkontribusi dalam pembuatan lagu Heresy.

"Saya Andika Rahimy selaku drummer, Alit selaku vokalis, Gian Van Den Bos selaku gitaris, dan Jordanio Maximilian Brilliano Hutapea atau Jojo selaku bassis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai single “Heresy” ini jadi. Khususnya kepada Luthfi Maajid, mahasiswa SAE Institute yang menjadi recording engineer dan mastering engineer, Fhasyyati dari Coltrains sebagai pengisi sinden, Bli Gunk dan Topan dari Sanggar Tari Dwipayana Nusantara selaku pengisi gamelan," tutupnya. Seperti apa lagunya? simak melalui tautan di bawah ini.

BACA JUGA - Morgensoll Gambarkan Peliknya Dinamika Hubungan di Video Klip “Sense Of Belonging”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner