Suguhan Musik Orkestra dan Distorsi yang Menghantam Telinga
Sumber foto : http://redhardnheavy.com
Ketika garangnya bunyi distorsi gitar dipadukan dengan orkestra, maka yang terjadi adalah sebuah sajian dengan lapisan bunyi agresif, liar, dan membakar, setiap gendang telinga orang yang mendengarnya.
Rock dan orkestra. Dua hal ini disajikan dengan rentetan distorsi tebal dengan sayatan string section, yang saat kolaborasi itu berjalan, menjadi menyalahi citranya, yang kadung dianggap sebagai musik lembut, dengan permainan yang melenakan pendengarnya. Ketika itu dipadukan dengan musik rock, maka yang terjadi adalah sebuah sajian dengan lapisan-lapisan bunyi agresif, liar, dan membakar. Hal-hal yang pada akhirnya diterjemahkan-setidaknya-oleh tiga band indie lokal tanah air, yang memang punya musikalitas mumpuni, dan menjadi terdepan di masing-masing warna musiknya. Mereka adalah Koil, The sigit, dan Burgerkill.
Tiga band tersebut, pernah memadukan musik yang terbilang keras, dengan suguhan orkestra yang megah. Seperti misalnya Koil dan The Sigit, yang sama-sama pernah menggelar konser, dengan penambahan musik orkestra dalam komposisi tata suaranya. Musik industrial rock ala Koil, dan Rock’n Roll/Garage ala The Sigit, dikuatkan dengan sayatan-sayatan biola dan cello, yang bersahutan diantara teriakan vokalis mereka, Otong dan Rekti.
Menerjemahkan hal itu menjadi kesulitan tersendiri, dimana tidak setiap aransemen bisa sesuai dengan “jiwa” sebuah lagunya. Namun ketika itu bisa disajikan dengan baik, maka kemegahan akan dirasakan pendengarnya, karena dia dihibur sajian dengan atmosfir lain, yang bisa menambah pengalaman tersendiri, ketika musik rock dan balutan orkestra menyajikan klimaks bagi mereka yang haus akan sajian musik berkualitas.
Jika Koil dan The Sigit menghadirkan aransemen musik orkestra dalam konsernya, maka Burgerkill membawa hal itu dalam pencapaian yang lebih jauh lagi. Band asal Ujungberung ini memboyong komposer muda Alvin Witarsa, untuk melakukan sesi rekaman musik orkestra di Praha, Republik Ceko. Dengan belasan musisi asal sana, yang didaulat untuk memadukan musik orkestra dengan rapatnya komposisi musik dalam lagu-lagu Burgerkill. Sehingga hal ini membuat Burgerkill sekali lagi menorehkan namanya sebagai band yang mencetak sejarah. Mengingat Praha sendiri punya sejarah panjang akan budaya musik orkestranya, dengan karakter lebih agresif dan punya kekhasan sendiri, yang menjadi rujukan bagi banyak musisi di dunia.
Hal ini bisa dilihat dari cuplikan suasana rekaman di Praha, yang menghadirkan teaser menarik, ketika apa yang dirasakan pendengar mengarah pada satu pemikiran, jika hal ini akan menjadi sesuatu yang besar, dan menjadi pencapaian berarti bagi band yang berusia lebih dari dua dekade ini. Apalagi, ditambahkan pula oleh mereka jika projek rekaman di Praha ini, akan ditampilkan juga dalam gelaran Hellshow, yang akan digelar tanggal 15 April mendatang, dengan judul “Killchestra”.
Antusiasme para penggemar Burgerkill, maupun penggemar metal pada umumnya begitu terasa, dan hal ini dibuktikan dengan cepatnya tiket terjual di hari pertama penjualannya. Mungkin banyak diantara pembeli tiket tersebut yang penasaran dengan sajian musik orkestra, ketika itu dipadukan dengan lagu-lagu Burgerkill. Cukup jelas terbayang, ketika rentetan demi rentetan distorsi tebal dari duet gitaris Agung dan Eben, dibalut dengan dinamika naik turun sayatan biola, cello, atau string dan brass section lainnya, ditimpali dengan teriakan parau Vicky, serta dikawal dengan gagah oleh bangunan ritmis bas dari Ramdhan, dan ketukan drum Putra, sebagai orang paling baru, yang bertugas menjaga ritmis lagu Burgerkill tetap menjadi teror, dimana setiap hentakannya adalah lautan energi yang besar bagi penggemarnya.
Comments (0)