Suara-suara Eksotisme Tak Berbatas - Timur dan Barat Menjadi Kesatuan

Suara-suara Eksotisme Tak Berbatas - Timur dan Barat Menjadi Kesatuan

Jalur yang dipilih adalah keluar dari batas nyaman memainkan instrumen musik tradisional, menembus stereotype dan menahbiskan diri menjadi avant garde apabila tidak terlalu jumawa menyebutnya. Pandangan umum dimentahkan, mengusung serta memainkan intrumen musik tradisional ke level lebih tinggi tanpa menghilangkan semangat ke-Nusantara-annya atau bahkan menyepelekannya terlebih tidak menghargai nilai-nilai adat istiadat. Tidak seperti itu. Komposisi musik terdengar dipengaruhi elemen musik kontemporer dengan sentuhan ekspresionisme yang kental berbalut aksi panggung dramatis ala intensitas rocker gaek.

Dikutip dari artikel yang dimuat oleh The JakartaPost, “Indonesia memiliki banyak alat musik tradisional yang mampu menciptakan ritme yang hebat dan melodi yang unik dan khas. Keindahan itu sayangnya menghilang. Itulah mengapa Percussion Experimental dibentuk: untuk memadukan modern dan tradisional untuk melestarikan tradisional,” kata pendiri Percussion Experimental dan drummer Amien Arroysi. Perkusi Eksperimental memainkan melodi progresif yang setidaknya selain dari unsur tradisional, sangat jelas terpengahruhi musik karya musisi Stewart Copeland, Level 42 atau Neil Peart. Theatric. Pertunjukan Perkusi Eksperimental - Ber(isi)k! yang diadakan di Galeri Indonesia Kaya semakin hidup  dengan lagu-lagu eklektik yang diiringi oleh tarian.

Penampilan Perkusi Eksperimental selalu dibumbui pertunjukkn teatrikal lewat tariannya. Pilihan lagu yang mampu memompa hati seperti "Pesona Indonesia", "Sakala" yang mengartikan kesempurnaan dan "Senandung". Bagi yang menyaksikannya di panggung Galeri Indonesia malam itu, seperti menonton Dream Theater melalui versi yang lebih menarik; gamelan. Layaknya sebuah band, Amien adalah penjaga tempo melalui departemen drumnya. Menjadi lebih lengkap dengan kehadiran gitaris dan pemain bas - tugas Amien menjaga agar musik tetap stabil sebagai konduktor di balik instrumen andalannya. Ada hal yang menarik lainnya dari Perkusi Eksperimental, adalah para pemain alat musik gangsa yang di mana mereka memainkannya saling terkait satu dengan yang lain, fungsinya sebagai melodi dan irama Perkusi Eksperimental.

Eksotisme ciri khas musik tradisional Indonesia tetap dijaga secara utuh dan seakan menyatu menjadi Perkusi Eksperimental itu sendiri. Tidak dilunturkan sampai-sampai dihilangkan. Dijaga sedemikian rupa menjadi identitasnya. Ditambahkannya porsi dengan sentuhan seruling pada grup musik tersebut, menyegarkan memori earworm pendengar ke tahun 1970-an dan 1980-an, ketika band-band Britania Raya mengusung rock progresif dengan length panjangnya. Sentuhan alat musik tradisional pun juga menjadi ciri khas era tersebut, sebut saja King Crimson. Sebagian sukses dan mayoritas dari grup tersebut gagal total menanamkan pengaruh-pengaruh "eksotis" Timur ke dalam musik mereka, sedikit saja yang berhasil. Tak lalu dilupakan begitu saja, meskipun Krautrock didominasi alat musik synthesizer, analog modular dan lainnya, bagi sebagian kalang mengamini bahwasanya, eksperimental pun turut hadir di negeri beer itu dan tidak dipungkiri bahwa synthesizer adalah instrumen musik modern 'tradisional' bangsa Jerman.

Perkusi Eksperimental menjadi contoh lain. 'Sebagian yang berhasil' menurut subyektivitas saya pribadi. Mereka dengan (seakan) begitu mudah mengeksplorasi timur dan barat bersamaan. Menyatukannya sedemikian rupa menjadikannya hasil olahan eksplorasi musik tak berbatas - tak bersekat. Potensi lain yang dimunculkan, instrumen musik tradisional Indonesia semakin naik pentas (atau naik kelas-red) skala internasional. Tidak sedikit ekspat maupun 'bule-bule' dari kedutaan maupun swasta turut hadir menjadi saksi mata aksi mereka di panggung galeri Indonesia kaya.

BACA JUGA - Perjalanan Bottlesmoker Dalam Proyek Drawing Cities Decoding Chords Berakhir di Kota Singapura

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner