Song Review : Menangkap Momen Psikadelik Dalam Lagu De Tohtor

Song Review : Menangkap Momen Psikadelik Dalam Lagu De Tohtor

Perpaduan musik yang disajikan pada lagu “Butterfly Mandala”, tertangkap oleh telinga, yang kemudian diterjemahkan kembali dalam bentuk imajinasi menjadi sebuah mozaik nan abstrak

Dalam sebuah lagu berjudul “Butterfly Mandala”, De Tohtor membukanya dengan sebuah senandung pujian-pujian (atau mungkin bisa dibilang mantra) Saiwa (Shiwa dalam bahasa sunda). Menarik, baik itu dilihat dari segi estetika maupun esensinya. Selain itu dalam lagu “Butterfly Mandala” terdapat lirik yang terdiri tiga bahasa, yakni menggunakan bahasa Inggris yang dibalut dengan glossarium bahasa Sunda dan India, secara estetika lagu ini bisa memberikan keindahan yang memberi gambaran tentang nilai-nilai yang berisi mitos dan paham metode-metode “ageman” selama ini. Setidaknya untuk awam seperti saya, sederhananya pujian-pujian tadi secara konteks spiritual berhasil membuka pendengaran saya dengan sentuhan mistis didalamnya.

Kemudian bangunan musiknya diteruskan dengan bunyi pedal steel gitar yang menandakan intro lagu “Butterfly Mandala” telah dimulai. Memadukan blues grass dan sedikit sentuhan etnik musik india didalamnya, apalagi diperkuat dengan bebunyian perkusi/tabla di lagu itu. Menghadirkan nuansa psikadelik, yang jika divisualkan menjadi seperti gambar mozaik, dengan permainan tata cahaya, dan perpaduan warna-warni yang dibalut asap dari dupa.

Perpaduan musik yang disajikan tertangkap oleh telinga, kemudian diterjemahkan kembali dalam bentuk imajinasi menjadi sebuah mozaik nan abstrak, sekaligus memberikan gambaran dari momen Psikadelik, yang memang dibuat sebagai atmosfir lagu tersebut. Perihal kontruksi makna yang terkandung dalam kata Psikadelik itu sendiri jadi sesuatu yang abstrak, benturan dari semiotik itu sendiri, dimana hitam tidak berarti hitam, atau gelap tidak berarti gelap. Ada di dalam batas imajinasi antara garis warna dan suara.

Sampai ketika lagu akan menuju klimaksnya, komposisi yang terbangun antara musik, tata cahaya, dan adegan teatrikal semakin dinamis mengikuti tempo lagu. Semakin cepat dengan bunyi-bunyian dari distorsi gitar, nyanyian yang semakin keras disenandungkan dengan penjiwaan yang dalam, serta hentakan drum yang mengawalnya sampai coda lagu.

Lagu “Butterfly Mandala” dibuat sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies. Bagaimana melihat budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna lewat lagu tersebut. Ketika De Tohtor bukan hanya sedang memainkan musik dalam pertunjukannya, tapi mereka adalah bagian dari suara, ketukan, dan musik itu sendiri. Untuk hal ini, musik adalah simbol, dan lagu “Butterfly Mandala” adalah makna yang terkandung di dalamnya. Sampai kemudian, unsur-unsur yang ada dalam lagu tersebut bisa merepresentasikan ide, keadaan, situasi, dan perasaan si pendengar lagu tersebut.

Sumber foto : Dok. Pribadi DeTohtor

BACA JUGA - Song Review : Sisi Romantis Parahyena Lewat Lagu Di Bawah Rembulan

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner