Semangat ‘Indie’ Adalah Warisan Leluhur

Semangat ‘Indie’ Adalah Warisan Leluhur

Pergerakan musik ‘indie’ itu seakan berbanding lurus dengan budaya leluhur kita, yang selalu menjunjung tinggi guyub, gotong royong, dan berdikari. Ringan sama dijinjing, Berat sama dipikul.

Dari dulu band atau musisi indie itu seperti tidak pernah kehabisan semangat dalam menghasilkan karya. Meski dengan segala keterbatasan, para “pelaku” indie ini tak pernah surut semangatnya untuk berkarya. Padahal semua proses seperti produksi, distribusi, dan promosi itu digarap mandiri. Bukan karena para “pelaku” indie itu hebat, tapi itu semua bisa terwujud karena semua proses itu dilakukan secara kolektif. Semua bergerak sesuai kemampuan dan keahlian masing-masing. Bukan karena money oriented, semua terjadi karena ideologi pertemanan.

Di era digital seperti sekarang memang banyak terjadi perubahan dalam pola pergerakan indie. Terutama pada proses promosi, kemudahan teknologi lewat sosial media atau platform digital lainnya, saat ini terasa sangat membantu dalam proses promosi karya-karya dari band indie. Bukan hanya urusan promo, tapi sosial media dan sejenisnya juga bisa jadi ajang gotong royong penggalangan dana, atau saat ini dikenal dengan istilah Crowdfunding pada penggarapan sebuah karya.

Itu pula dulu yang dilakukan oleh kelompok musik Pandai Besi dalam penggarapan album Daur Baur (rilis tahun 2013). Album yang direkam secara live di studio rekaman legendaris Lokananta. Crowdfunding itu diinisiasi bukan semata-mata agar album itu rilis, tapi itu dibuat, untuk keberlangsungan studio rekaman legendaris di negeri ini.

Tapi pertanyaanya, apakah kemudahan teknologi seperti sekarang ini akan jadi boomerang bagi ‘nilai’ dari pergerakan indie itu sendiri? Karena di era digital sekarang ini, tidak menutup kemungkinan kalau indie tidak akan menjadi sebuah pergerakan lagi. Tapi indie akan menjadi segmen pasar baru, yang akan mendatangkan persaingan yang sangat keras. Karena pasca runtuhnya banyak record label arus utama, itu akan menjadikan band dan musisi yang semula ada di arus utama itu akan  beralih ke jalur indie.

Hal itu yang perlu di khawatirkan, bukan khawatir karena akan kedatangan “kompetitor” baru. Tapi khawatir mereka yang belum pernah mengalami fase “gerilya” ini akan menggeser culture indie yang guyub, gotong royong, dan berdikari ini menjadi ajang persaingan pasar yang orientasinya hanya pada profit.

Sumber Photo: http://sawyerfrench.blogspot.co.id

BACA JUGA - "Sudah Terlambat", Alunan Kesejukan Mata dan Telinga dari Westjamnation

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner