Review

Review "Lost" (Reprise Version) - Post Human; Mari (Kembali) Tersesat!

Dualitas musik, tidak monoton. Alurnya masih seperti film thriller mengandung plot twist yang versi reprise-nya jauh lebih sulit diterka. Post Human menyuguhkan sebuah realita kehidupan saat ini. Di mana pudarnya kemanusiaan, dijejali modernisasi dan tetek bengek globalisasi. Tuan terpelajar tapi tak bernalar. Kemunduran hakikat manusia. Kompas humanis yang tak berfungsi. Senang-senang lalu layu dan menunggu mati.

Pendengar kembali diajak tersesat dalam labirin musikal tak berujung, melalui kepiawaian Rizki Iskandar merintih, bernyanyi, disisipi growl dan scream di pertengahan hingga akhir lagu. Tetap dengan dobel bas-nya yang solid oleh Getha Azzam dan Boris. Domu mempermanis dengan riff gitar yang menyayat. Lebih kelam dari versi awalmya. Depertemen drum yang masih dipegang Richard F Mutter, anak dari drummer Richard Mutter yang tak perlu disangkal lagi mampu memberikan bebunyian yang dibutuhkan oleh “Lost” versi reprise. Menghujam dan padat.

Ragam unsur coba dinadakan oleh Post Human dalam “Lost” Reprise. Pendengar dibiarkan ikut hanyut dan merasakan perubahan alur naik lalu turun, sesaat di tengah lalu melayang tak tentu arah. Hal yang masih jarang dilakukan musisi muda saat ini. Cermat memainkan nuansa, cerdas merubah pola. Sulit ditebak. Progresif. Mengutip dari tulisan saya tentang mereka tahun 2018 lalu, “Bisa kita sematkan absurd? Hmm tidak juga, absurdisme? Mungkin saja. Atau abstrak seperti karya seni rupa? Bisa jadi. Intinya mereka mampu melukiskannya dengan dimensi abstraksi yang beresensi dari kata ‘Lost’ itu sendiri. Keadaan linglung dalam istilah psikologi. Linglung tentang dunia saat ini."

“Lost” versi reprise kembali menjinakkan saya. Versi ini mengingatkan saya kepada Porcupine Tree album In Absentia (2002), Deadwing (2005), Fear of Blank Planet (2007), dan The Incident (2009). Tidak terlalu keras secara sound tapi mengena di hati. Sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang selalu merasa tidak relate dengan keadaan di sekitar saat ini. Cocok sekali bagi mereka yang sedang merasa jengah dengan kehidupan monoton dan hilangnya rasa kemanusiaan di lingkungan terdekat.

Sila dinikmati dalam piranti musik kalian dalam volume posisi maksimal! Mari (kembali) tersesat.

BACA JUGA - Post Human, Band Dengan Dua Basis yang Tertarik Angkat Teori Elisabeth Kübler Ross

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner