Resensi Lagu Hindia -

Resensi Lagu Hindia - "Jam Makan Siang"

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Hindia

Lagu “Jam Makan Siang” dari Hindia seakan menjadi pelarian banyak orang yang mungkin ‘kalah’ dalam hidupnya. Entah itu karena ekonomi atau tuntutan lainnya yang tidak mempersilakan dia menjadi ‘pemenang’.

“Aku ingin membeli, kamu ingin membeli, kita ingin membeli, semua orang ingin membeli. Apa yang dibeli, mimpi yang terbeli. Sebab harga barang tinggi, tiada pilihan selain mencuri”. Potongan lirik tersebut diambil dari lagu Iwan Fals berjudul “Mimpi Yang Terbeli”. Lagu Iwan Fals barusan kemudian menemukan sinonimnya saat Efek Rumah Kaca juga melahirkan lagu dengan tema serupa berjudul “Belanja Terus Sampai Mati”. Tidak cukup sampai disana, musisi Baskara Putra, vokalis dari band .Feast, yang belakangan tengah asik dengan proyek solonya, Hindia, menguatkan tema tersebut untuk kembali muncul ke permukaan, yang digambarkan lewat single ketiganya berjudul “Jam Makan Siang”.

Dengan potongan lirik yang penuh hook-hook menarik di sepanjang lagunya, kita bisa mengutip bagian mana saja, seperti misalnya kutipan lirik “Sosial media jual beli surga”, yang ditulisnya dengan rapper yang layak diperhitungkan bernama Matter Mos. Potongan kalimat “Jam Makan Siang” yang dijadikan judul lagu oleh Hindia menjadi sebuah analogi menarik tentang interpretasinya soal ‘membeli mimpi’, seperti yang diutarakan oleh Iwan Fals di atas.

“Sejujurnya ini hanya ocehan warga saja. Perihal apa saja yang ada di benak saya saat melamun di siang bolong. Biasanya saat istirahat makan siang di kantor. Memikirkan harga rumah yang makin tidak masuk akal, memikirkan politik, memikirkan karir idaman. Kurang lebih memikirkan segala hal-hal di hidup saya yang belum tercapai, atau yang masih menggangu”, ujar Baskara saat menjelaskan lirik singel ketiganya tersebut.

Penuturannya itu tanpa disadari menjadi satu hal umum terjadi di benak banyak orang saat istirahat makan siang. Mungkin banyak diantara kita yang masih berstatus karyawan atau mungkin buruh, yang tidak jarang kerap terpana dengan ‘kemegahan’ tempat dia bekerja, namun kemudian menjadi kontras dengan kondisi ekonominya. Mempunyai keinginan untuk punya rumah sendiri, rasanya menjadi terlalu muluk, ketika gajinya mungkin hanya cukup membayar sewa kontrakan yang tidak seberapa besar.

Lagu “Jam Makan Siang” dari Hindia seakan menjadi pelarian banyak orang yang mungkin ‘kalah’ dalam hidupnya. Entah itu karena ekonomi atau tuntutan lainnya yang tidak mempersilakan dia menjadi ‘pemenang’. Lepas dari musiknya yang diolah sedemikian rupa agar menarik, Hindia punya sensivitas penulisan lirik yang bisa mendekatkannya dengan banyak pendengar, karena lagunya terasa ‘relate’. Tidak sibuk berkutat pada pemilihan diksi-diksi yang membuat jarak cukup lebar, dengan yang mungkin kurang mengerti sastra. Hindia berceloteh panjang lebar tentang apa-apa saja yang menjadi keresahannya.

Satu lagi potongan lirik yang kiranya menarik untuk dibahas adalah ketika Hindia menuliskan “Kita manusia makhluk mulia. Kita butuh uang untuk gali liang”. Lirik tersebut menjadi paradoks dengan penuturan yang gelap, dan di saat bersamaan menjadi sebuah sajian satir yang menghardik tentang definisi mulia dari manusia tersebut, yang bahkan saat mati saja, kita manusia masih perlu uang untuk menggali kuburan kita sendiri. Apakah manusia mulia itu yang ber-uang? Apakah uang menjadi satu hal yang mulia melebihi manusia?

Diakui atau tidak .Feast dengan Baskara dibelakangnya menjadi sebuah band yang layak diperhitungkan dengan kekuatan persona dan kedalaman lagu yang mereka punya. Satu hal yang kemudian dikuatkan juga melalui proyek solonya yang bernama Hindia ini. Nampaknya penulis lirik lagu-lagu Efek Rumah, Cholil Mahmud, jangan terlalu nyaman di negeri paman sam, jika tidak ingin gelarnya sebagai penulis lirik nomor satu di Indonesia digantikan oleh Baskara Putra.

“Jam Makan Siang” sejatinya bukanlah tentang makanan apa yang kita makan saat siang hari. Tapi jam makan siang adalah tentang pelarian dari kenyataan, jika ada ruang-ruang yang begitu nyaman kita singgahi, dimana disana kita bisa menjadi apa saja yang kita mau, mendapatkan apa saja yang kita inginkan, serta makanan apa saja yang ingin kita makan. Hindia lewat lagunya mengajak pendengar untuk menempati pojokan kursi di baris paling belakang, dan mempersilakan kita (pendengarnya) melamunkan apapun yang kita mau. Setidaknya sampai istirahat usai, dan kita kembali ke realita dengan pekerjaan kita.

BACA JUGA - Song Review : Jason Ranti - "Pulang Ke Rahim Ibunya"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner