Song Review : Jason Ranti -

Song Review : Jason Ranti - "Pulang Ke Rahim Ibunya"

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers departemen promosi demajors

Lagu “Pulang Ke Rahim Ibunya” seperti mengamini apa yang pernah ditulis oleh Soe Hok Gie jika nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, atau mati tapi mati muda.

“Ia mulai bertanya untuk apa disini, dia punya rencana pulang ke rahim ibunya..”

Potongan lirik di atas diambil dari lagu Jason Ranti berjudul “Pulang Ke Rahim Ibunya”, yang seharusnya membuat malu deretan musisi folk lainnya yang masih berkutat soal senja, hujan, dan secangkir kopi sebagai syarat penulisan lirik. Karena nyatanya hidup tidak selalu baik-baik saja, dan Jason Ranti tahu akan hal itu, hingga dia menuliskannya lewat lagu. Saat pergantian tahun banyak diidentikan dengan harapan dan impian yang ingin diwujudkan, Jason Ranti membuatnya menjadi paradoks dengan merilis lagu berisikan rasa skeptis tentang hidup, dan menawarkan pilihan kembali ke rahim ibu, sebagai bentuk pernyataan jika tidak ada hal baru di tahun yang baru.

Kadang menjadi skeptis bisa membuat pikiran menjadi waras dengan tidak terbebani harapan dan ekspektasi, yang bukan tidak mungkin bisa melahirkan depresi jika keinginannya tidak terwujudkan. Jason Ranti tahu jika ketika kita memiliki semuanya, maka bukan tidak mungkin kita bisa kehilangan semuanya. Lagu “Pulang Ke Rahim Ibunya” seperti mengamini apa yang pernah ditulis oleh Soe Hok Gie jika nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, atau mati tapi mati muda. Lisa, tokoh fiktif yang dituliskan Jason Ranti dalam lagu ini mengartikan itu secara ‘telanjang’, dan hasilnya adalah sebuah lagu dengan sudut pandang menarik, jauh meninggalkan syair picisan seperti kisah cinta Romeo dan Juliet versi generik yang berbunyi “...aku takkan bisa hidup tanpamu, aku bisa mati”.

Jika MV dan Doyz berhasil menyuguhkan ‘buku panduan’ hip hop 101 untuk para rapper swag yang masih terbata-bata mengeja aksara, maka Jason Ranti melakukan hal yang lebih kurang sama. Dengan hanya diiringi gitar kopong, dia mengembalikan folk agar tidak terlihat seperti singa ompong tanpa taring, karena bukan tidak mungkin barisan liriknya mampu memantik nyali untuk lantang bersuara, dan tidak hanya berkutat pada romantisme hujan kala senja. Entahlah, sudah berapa kali saya mengulang kata hujan dan senja karena begitu bosannya dengan kata itu. Mungkin Rara Sekar bersama Banda Neira nya dulu menjadi pengecualian, ketika grup musiknya bahkan dengan gamblang membuat konser bertemakan hujan. Orang cantik mah bebas.  

Kembali ke Jason Ranti. Jeje, biasa dia dipanggil adalah penyair yang tidak tahu permisi, dengan semua lirik satir dan kalimat lancang yang dia utarakan, dengan ditimpali musik yang mengalun pelan, namun punya daya ledak hingga melekat di kepala. Kamu bisa secara random mengutip lirik lagu Jason Ranti yang mana saja, lalu letakan lirik itu pada kaus atau jaket, maka hampir bisa dipastikan kamu akan terlihat cult, mengingat banyaknya lirik lagu Jason Ranti yang punya hook-hook menarik, nonjok di banyak sisi, ketika om Iwan sudah terlalu tua dan mas Bim Bim sudah terasa banal dengan lagu-lagu ciptaannya.

Secara musik, lagu “Pulang Ke Rahim Ibunya” memang tidak berisikan bahan diskusi seru perihal olah tata suara atau pun pernak-pernik pemoles musik agar nampak ‘berisi’. Namun cukup bagi Jason Ranti, yang hanya dengan gitarnya mampu bicara banyak, menyentuh banyak sudut pikiran manusia, bahkan yang terdalam sekalipun, perihal kegamangan akan hidup, mati, dan labirin diantaranya, hingga rasanya tidak mungkin jika lirik awalnya yang berbunyi “Lisa berhenti hidup tapi tak juga mati” itu lahir dari pikiran yang dangkal, mengingat itu adalah gambaran dari potret besar kehidupan manusia urban yang sudah menyerupai robot. Banyak yang sudah tidak menemukan arti hidup, ketika mereka semua hanya berkutat pada persoalan untuk bertahan hidup, dimana mereka bekerja karena keharusan bukan karena keinginan. Dalam lagu ini, Jeje bernyanyi karena dia ingin bernyanyi, didengar atau tidak, merdu atau tidak. Sepertinya dia mempersetankan itu. 

BACA JUGA - Song Review : Harlan - Tak Baik Maruk

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner