Radikal Ideologi Berjudi dalam Kisah Empat Babak
Dibuka dengan asa yang beku atau mati-nya perasaan dalam merasa apapun yang terjadi di sekitar. Tubuh yang gontai tersesat dalam peraduan mengais kebenaran. Tanpa arah yang pasti. Dibuai impian-impian akan kesejahteraan semu. RDLG cermat menyusun apa yang sejatinya sedang dirasakan sebagian besar individu saat ini. Berpijak pada pasir hidup yang pelan tapi pasti menarik utuh-utuh siapa saja yang berada di atasnya. Tatanan dunia baru, penuh salah kaprah.
Insan - insan terpecah belah
Mencoba menyusun rangka awalnya
Suapiku dengan segala legenda
Entah nyata atau ilusi belaka
Pada bait kedua, RDLG semakin mempertegas. Dikaitkan dengan menjamurnya ajaran, nasehat, ilmu, prinsip, ideologi dan hal-hal sejenisnya yang dewasa ini dikonsumsi bulat-bulat tanpa proses penyaringan.
Merubah individu, memecah belah. Mundur beberapa langkah ke belakang tanpa sadar semakin memundurkan pola pikir. Nalar dikesampingkan. Menjunjung tinggi imajinasi – ilusi – bias disanjung di antara nyata. Berita bohong lebih "benar" adanya berbanding kisah sebenarnya. Realitas atau kenyataan jadi urusan belakangan. Menuntun "jari-jari" kebablasan berselancar dengan gawai pintar menuju jurang terdalam kebohongan.
Perih kurasa, benakku melukiskan bencana
Dirasuki ku neraka dengan siksanya
Tempat ku berkhayal memaksa ku letih
Menjelma ku menjadi sebuah bayang tanpa cahaya
Keresahan yang dirasakan disumpali dogma-dogma tentang "kebenaran" dengan berbagai versi. Tercerai berai. Diterpa kelelahan menerka semuanya. Berimbas pada sempitnya ruang berpikir dan bersikap. Tersekat-sekat ilusi belaka. Menjadi bayang-bayang tanpa raga.
Mencermati, menyimak dan menikmati lagu beserta penggalan lirik single "Hambar" membuat diri terpaku tuk berpikir keras. Berkaca diri, menyentuh jengkal demi jengkal alam bawah sadar kita. Menghayati bagamaima sejatinya seorang manusia memaknai hidup. Lagu ini mengajari kita bahwa nilai kemanusiaan jauh lebih luhur ketimbang legenda, kisah, identitas berlandaskan agama, suku maupun budaya serta nilai-nilai universal lainnya. Berada di ambang batas kebingungan yang menuntun untuk tetap mencari dan terus mencari. Tetap mengembara meski mengerti arti kebenaran sudah di pelupuk mata.
“Di saat nulis gue masih bertanya, sekarang sepertinya gue sudah menemukan jawabannya. Tapi ada yang bilang menemukan kebenaran lebih bahaya daripada mencari kebenaran.” – Armando Mamangkey, vokalis RDLG
Comments (0)