Mengupas Forgotten dari Mata Sang Drummer

Mengupas Forgotten dari Mata Sang Drummer

Zalu di Album Kaliyuga

Kurang dari setahun, Zalu sudah dipercaya untuk mengisi drum di album Kaliyuga (SEM Records/2017). Ini juga bukan pengalaman yang mudah ia lalui. Salah satu cara ia menguasai materi adalah dengan mendengarkan lagu-lagu untuk materi Forgotten sepanjang perjalanannya dari rumah – kampus – studio. Materi untuk album ini diawali dengan guide yang dibuat oleh Toteng dan Gan Gan (gitar). Zalu mengisi part drum juga dengan pengawasan mereka.

“Awalnya saya kaget, saya mikir ‘bener ini teh?’ (ini tuh benar terjadi?). Senang iya, deg-degan juga, malah lebih besar, karena tanggung jawabnya besar. Belum setahun (rekaman Kaliyuga dimulai di tahun 2016) dan sudah garap album. Coba bayangkan! Malah, ada lagu yang dibuatnya di studio, “Satu Darah Dendam”. Saya harus langsung isi part drum di situ. Saya teliti, analisa dan bisa digarap setelah dua sampai tiga jam,” papar Zalu. Ia memakan waktu tiga hari untuk merekam sebelas lagu dalam album Kaliyuga. Sebenarnya, ini terbilang cepat mengingat Zalu adalah “anak baru” yang usianya belum setahun.

Ternyata, ada campur tangan dari Papap (ex-Jasad) yang sempat menjadi “guru”nya anak-anak death metal terutama di Ujung Berung. Lewat les drum dengan Papap, kemampuan Zalu dalam menguasai peranti drum makin terasah. Ia bisa menjadi “alumni Pisces Studio” atas rekomendasi dari para personil Demigod. Saat itu, ia “disekolahkan” oleh Demigod dan berdampak besar pada perjalanan bermusik Zalu.


Konser Kemarin…

“Waaahhhh…,” (belum saya menyelesaikan pertanyaan, Zalu sudah memotong) “…Nervous-nya berlebihan, hahaha. Alasannya, karena ini konser pertama, saya bawain sekitar sepuluh lagu dan saya manggung dengan Forgotten. Siapa sih yang gak tahu Forgotten?” jelasnya. “…Dan menjadi drummer itu sorotan. Dulu, yang jadi drummer Forgotten tuh Abah Andris, Hendra, dan Rifky. Mereka bukan drummer main-main, punya nama besar dan punya karakter sendiri. Ditambah lagi, mereka datang dan main sepanggung,” tambah Addy Gembel.

Konser yang dibicarakan adalah konser yang dilaksanakan secara kolektif atas nama Liga Musik Nasional (LIMUNAS). Acara ini digelar di Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung pada tanggal 5 Agustus 2018. Ada dua band yang tampil, yaitu Godplant dan Forgotten. Ini menjadi ajang yang ditunggu para Terlaknat (sebutan untuk penggemar Forgotten), karena biasanya Forgotten tampil di panggung festival. Di sini, mereka tampil selama satu jam setengah dengan kapasitas venue yang tidak terlalu besar sehingga konsep intimate gigs lebih terasa. Ini juga menjadi ajang “pembuktian” untuk Zalu, bahwa ia memang layak sejajar dengan nama-nama besar di ranah death metal tanah air.

Ditanyai tentang penampilannya, Zalu dan Addy Gembel mengakui bahwa secara keseluruhan Zalu bermain dengan baik. “Cuma, awalnya, pas naik panggung. Anjir, pingin nangis,” ungkap Zalu yang disambut dengan tawa Addy Gembel. “Kamu juga nangis pas turun panggung!” kata Addy Gembel. “Iya, soalnya bisa sukses dan gak ada trouble. Jadi, ah… Sedih lah!” jawab Zalu, disambung lagi dengan tawa.

Dari cerita-cerita Zalu, jelas masalah utama yang dihadapi Zalu adalah tentang rasa tegang yang kerap ia rasakan setiap akan tampil dengan Forgotten, sampai hari ini. Ketika ditanya tentang caranya mengurangi ketegangan, ia hanya menjawab dengan satu kata: berdoa (sepertinya dia satu-satunya personil Forgotten yang berdoa. Oh, bareng Toteng juga). “Lagu tuh hafal, tapi gak tahu di panggung ada jin apa, hahaha,” canda Zalu. Berarti, doa Zalu belum cukup kuat.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner