Lima Vokalis Paling

Lima Vokalis Paling "Mangprang" (Bagian Pertama)

Sumber foto : Pinterest.com

Seorang vokalis yang punya karakter “Mangprang” dalam dirinya bisa terlihat dari sikap “keras kepalanya”, lewat penuturan dari caranya bernyanyi, bahkan diluar panggung, dengan semua pergerakan yang dia lakukan.

Jika seorang drumer adalah orang yang berperan penting dalam fondasi musik sebuah band, maka seorang vokalis adalah tombak dalam band itu sendiri. Seperti halnya karakteristik tombak yang tajam, seorang vokalis pun harusnya bisa merepresentasikan ketajaman itu, baik dari cara dia menyanyikan ketajaman lirik dalam lagu-lagunya, sikapnya, maupun pergerakan yang dia buat dalam bandnya. Tidak hanya “garang” di atas panggung, namun juga bisa menularkan pergerakan yang baik, khususnya bagi penggemarnya. Karena musik yang baik adalah yang mampu menggerakan, dan tidak hanya sekedar hiburan atau selayang dengar saja. Lebih dari itu, musik harusnya bisa punya isian lebih dari sekedar kumpulan melodi yang dibalut harmoni saja. Dan seorang vokalis adalah orang yang bertugas membawa musiknya jadi punya sesuatu untuk disampaikan.

Adalah kata “Mangprang”, dalam bahasa sunda, yang dirasa sejalan dengan karakteristik tombak yang tajam tadi. Kata ini punya artian semangat yang berapi-api, juga berani dengan apa yang dia yakini dan suarakan.  Seorang vokalis yang punya karakter “Mangprang” dalam dirinya bisa terlihat dari sikap “keras kepalanya”, lewat penuturan dari caranya bernyanyi, bahkan diluar panggung, dengan semua pergerakan yang dia lakukan. DCDC merangkum lima orang vokalis band, yang dirasa bisa merepresentasikan kata “Mangprang” dalam sosoknya. Siapa saja mereka?

Addy Gembel (Forgotten)

Addy Gembel adalah dua orang pribadi yang berbeda ketika dia di atas panggung dan di luar panggung. Sebagai seorang “provokator” yang “melaknat” ratusan penggemarnya, dengan semua sumpah serapah, dan caci maki dia lewat penuturan lirik sarat kritik, yang anehnya masih terbaca indah, dengan balutan gaya bahasa puisi, dan padanan kalimat yang berima serta punya pilihan diksi menarik ini, punya sorot mata yang menyala di atas panggung. Pembawaannya yang seperti itu, kemudian berbalik 180 derajat, ketika dia melepaskan atribut sebagai vokalis Forgotten, menjadi seorang yang hangat dan murah senyum. Sosoknya yang banyak terlibat kegiatan sosial ini, berangkat dari keresahannya tentang banyak hal tidak beres di negara ini. Ketajaman lirik yang dia buat lahir dari pengamatan, pengalaman, dan akumulasi perasaannya yang selalu resah, dengan banyaknya ketimpangan yang terjadi. Hal itu kemudian berbuah keresahan, yang dia tumpahkan dalam lirik-lirik lagunya. Sampai akhirnya puncak dari keresahan itu dia tumpahkan, ketika dia berteriak lantang di atas panggung, dan menularkan energi negatif dalam dirinya, untuk memaki hal-hal yang dia anggap musuh bagi dirinya.

Arian 13 (Seringai)

Dua puluh tahun lebih mendedikasikan dirinya sebagai seorang vokalis, membuat nama Arian 13 menjadi diperhitungkan, sebagai seseorang yang “mangprang”, baik itu dari cara dia bernyanyi  di atas panggung, maupun dari kebiasaan dia membuat “onar”, dengan apa yang dia lakukan. Salah satu “keonaran” yang dia lakukan misalnya ketika membuat kaos Lencana, dimana didalamnya Arian memberikan kritik lewat kalimat “Melindungi dan Melayani Siapa”, yang seperti banyak dari kita tahu, jika slogan itu adalah plesetan dari jargon instansi aparat pemerintah. Atau ketika dia berorasi mengkritik kebijakan seorang menteri, yang dia utarakan saat dia manggung. Hal ini berbuntut “marahnya” sebuah ormas terhadap dirinya, yang dianggap sedang menebarkan kebencian lewat orasinya. Seperti halnya Addy Gembel di atas, Arian juga merasa perlu bersuara tentang hal-hal yang menurutnya tidak beres. Hal itu tergambar salah satunya lewat lirik lagu “Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan)”, yang dilatar belakangi keresahan Arian dengan ulah sekelompok orang yang memaksakan ideologinya terhadap banyak orang. Sehingga hal itu kemudian dimentahkan Arian lewat penggalan lirik yang berbunyi “individu merdeka!” (dengan tanda seru), dan kepalan tangan para Serigala Militia di udara.

Cholil Mahmud (Efek Rumah Kaca)

Berbeda dengan dua orang vokalis di atas, Cholil tidak lahir dari band yang mengusung musik cadas dalam lagu-lagunya. Pembawaannya pun cenderung lebih kalem jika dibanding dua orang vokalis di atas tadi. Dengan potongan rambut dan stelan kemeja rapih, yang menjadi ciri khasnya di atas panggung, membuat dia jauh dari kesan “garang”. Namun namanya bisa masuk dalam jajaran vokalis “mangprang”, adalah karena ketajaman lagu-lagunya, yang dia presentasikan dengan penjiwaan yang dalam. Hal tersebut mudah dibuktikan bahkan hanya dengan penggalan lirik lagu “Di Udara”, yang berbunyi seperti ini ; “Tapi Aku Tak Pernah Mati”. Lewat lagu tersebut Cholil mewakili jiwa-jiwa orang yang berjuang dengan apa yang mereka yakini. Dia mampu memerankan sosok yang punya sikap keras kepala lewat karya-karya yang dia buat. Tidak hanya lewat lagunya saja, sosoknya juga mampu bersikap dengan pergerakan yang dia buat bersama bandnya, seperti misalnya ketika Efek Rumah Kaca memberikan doktrin jika pasar bisa diciptakan, sebagai bentuk statement jika dia dan bandnya tidak mau tunduk terhadap pasar, yang notabene nya banyak dianggap “tuhan” bagi banyak orang, sebagai patokan mereka dalam membuat karya.

BACA JUGA - Lima Vokalis Paling "Mangprang" (Bagian Kedua)

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner