Jualan Brutal Versi Deni ‘Brutal Mind Records’

Jualan Brutal Versi Deni ‘Brutal Mind Records’

Kini rilisan fisik yang tercatat dalam katalog Brutal Minds sudah mencapai 126 band dari seluruh dunia. Belum termasuk rilisan merchandise berlisensi

Label yang berdiri sejak tahun 2009 ini diawali dari kecintaan Deni pada musik sub-genre brutal deathmetal. Pria dengan nama lengkap Deni Lisain mengaku tertarik dunia label record berawal dari rajin membeli sekaligus mengkoleksi rilisan band dari berbagai record label yang ada di Amerika dan Eropa. Sempat tergabung dalam sebuah band slamming deathmetal namun akhirnya memilih fokus menjadi importir.

“awal terbentuknya Brutalmind karena kita kesulitan untuk dapet barang yang kita mau. Tahun itu ada sih yang menyediakan produk-produk kaya gitu, cuman emang dikit banget. Akhirnya kita putuskan untuk gerak sendiri jadi importir produk rilisan dari luar. Namun tahun 2013 atas saran seorang kawan akhirnya kita putuskan untuk memproduksi sendiri. Dari yang awalnya produksi baju berlisensi sampai akhirnya produksi album juga”, ujar Deni.

Deni bareng Brutal Mind mengawali langkah bisnisnya dibidang record label dengan modal jejaring pertemanan. Sistem promosi dan penjualan masih mengandalkan informasi dari komunitas lokal. Hadirnya aplikasi Facebook di Indonesia dirasakan betul manfaatnya oleh Deni. Jaringan komunikasi global lewat dunia digital membuat peluang bisnis makin terbuka.

“tapi aku juga masih ngalamin tuh yang namanya sistem hidden cash. Jadi kalo ngorder sesuatu dari luar negeri duitnya dibungkus karbon diselundupkan dalam amplop. Daniel (Bonga-Bonga) tuh yang ngajarin. Karena saat itu sistem transaksi digital masih belum umum. Kartu kredit atau paypall juga yang punya masih dari kalangan terbatas dan bikinnya ribet banget. Diakalinnya yah pake cara gituan”

Menurut Deni yang paling banyak dipesan itu produk dari Amerika. Selain memesan lewat record label Deni juga sering memesan langsung kepada bandnya. Cara berkomunikasi yang lazim digunakan saat itu dilakukan lewat aplikasi MySpace.

“biasanya kalo udah tertarik saya bakalan ngirim pesan ke bandnya. Biasanya yang pertama dilakukan adalah penawaran transaksi dengan sistem barter dengan produk-produk band dari Indonesia. Kalo mereka ga mau yah terpaksa beli cash”

Dalam perjalanannya bersama Brutal Mind akhirnya Deni memilih fokus untuk menggarap pasar domestik.

“saat itu sama sekali ngga kepikiran kalo market lokal itu sebuah potensi bisnis yang besar. Emang jenuh aja maen jadi importir apalagi segmen musik brutal death sama gore grind ini kan marketnya dikit banget”.

Akhirnya Deni mulai fokus memproduksi dan merilis merchandise berlisensi resmi dari band-band luar negeri untuk dipasarkan didalam negeri.

“milih bandnya juga bukan karena pertimbangan market tapi lebih keselera pribadi aja. Saya suka bandnya, kontak mereka tawarin buat dilisensi ya udah saya rilis produknya”.

Diawal menggarap merchandise beberapa band dari Taiwan, Filipina dan Ekuador pernah bermitra dengan Brutal Mind. Sistem royalti yang diterapkan biasanya dari persentase produk. Dari sekian jumlah yang diproduksi sekian produk menjadi royalti untuk band. Untuk melengkapi bisnisnya akhirnya Brutal Mind juga melakukan produksi dan merilis produk audio dalam format cakram padat.

“saat itu sistem transaksi trade kan masih jalan,jadi kita kepikiran untuk merilis band lokal biar bisa jadi alat tukar sama produk luar”.

Tidak ada tim khusus yang dibentuk oleh Brutal Mind untuk mencari band-band yang akan dirilis. Mayoritas band yang telah bergabung di Brutal Mind adalah hasil dari pengajuan band kepada record label.

“Jujur saya tuh jarang banget sengaja nyari band yang akan dirilis oleh kita, banyaknya bandnya pada ngirim demo ke kita. Terus kita punya tim reviewnya. Kalo cocok baru kita ngobrol sama bandnya. Ngomongin apa planningnya, dealingnya mau kaya gimana. Kalo ga lolos review yah kita bilang maaf ke bandnya belom bisa kerja bareng ama kita”.

Saat ini bisnis yang dijalankan Brutal Mind terus berkembang dengan hadirnya tim kerja berjumlah delapan orang. Masing-masing fokus dengan bidangnya masing-masing. Dari mulai desainer, administrasi, videographer dan bagian sirkulasi barang. Selain itu juga Brutal Minds telah memiliki agen-agen distributor yang tersebar dibeberapa kota di Indonesia. Terkait dengan beberapa band yang suskses secara penjualan di Brutal Minds, Deni menekankan itu adalah hasil kerjasama dua pihak. Artinya tidak semua urusan lantas dibebankan pada label. Band juga perlu perlu untuk mempromosikan dirinya agar bisa tetap muncul dipermukaan.

Kini rilisan fisik yang tercatat dalam katalog Brutal Minds sudah mencapai 126 band dari seluruh dunia. Belum termasuk rilisan merchandise berlisensi. Info terbaru dari Brutal Minds, bulan Februari 2022 ini mereka meluncurkan program perilisan produk audio dengan konsep yang diberi nama ‘Flashback Brutality’. Menurut Deni program ini ingin mengajak brutal freaks (sebutan untuk penggemar musik brutal death metal) untuk kembali kemasa lampau, mengenang band-band yang ‘sakit’ pada zamannya dan masih relevan untuk didengarkan pada masa sekarang.

Rilisan terbarunya adalah album Disinfected yang diambil dari penampilan live mereka di festival Rottrevore Death Fest 17 tahun silam. Buat band dengan genre spesifik brutal deathmetal yang tertarik bergabung dengan label Brutal Minds bisa secara langsung mengirimkan demo tape mereka lewat e-mail info@brutal-mind.com

BACA JUGA - Musik Dan Merchandise Menurut Arian13

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner