Musik Dan Merchandise Menurut Arian13

Musik Dan Merchandise Menurut Arian13

Merchandise memiliki peranan penting dalam sebuah band, karena hal itu dapat menjadi nilai tambah dan juga dapat menentukan kualitas dari band itu sendiri

Berbicara seputar musik dan band tidak melulu berputar pada pembahasan tentang lirik dan nada. Lebih jauh dari itu terdapat beberapa aspek yang juga menunjang keberlangsungan antara keduanya, salah satunya adalah merchandise. Salah satu musisi yang mengamini hal tersebut adalah Arian13. Dalam suatu kesempatan wawancara, vokalis dari band Seringai ini mengamini bahwa merchandise sangat penting diperhatikan dalam sebuah band, karena dapat menambah kualitas dari band itu sendiri.

Selain berperan sebagai frontman di Seringai, Arian juga ternyata sangat teliti dalam urusan artistik. Bahkan ia mengakui bahwa hampir 97 persen dari visual-visual merchandise di Seringai itu dikurasi oleh Arian, baik itu ilustrasi ciptaan ia sendiri ataupun dari  ilustrator lain.

Gue juga bisa dibilang yang paling rewel soal artistic, jadi hampir 97 persen dari visual-visual merchandise Seringai itu gua yang kurasi,” ucap Arian.

Meski beberapa waktu belakangan dirinya dirinya sudah tidak terlalu banyak membuat ilustrasi karena masalah waktu, Arian mengaku jika untuk mensiasati hal tersebut dia mencari illustrator-illustrator lokal yang memang sudah banyak sekali yang berbakat. Ditambah munculnya komunitas-komunitas illustrator lokal dan untuk yang sesuai dengan image Seringai atau Lawless Jakarta itu sekarang lebih mudah dicari ilustratornya.

“Untuk di Lawless Jakarta juga jadi gua punya staff yang mendesain dan membuat ilustrasi, di luar itu juga gua banyak mencari illustrator. Jadi sejujurnya untuk sekarang gua justru ga banyak bikin ilustrasi karena ga sempet, tapi gua banyak memanage ilustrator-ilustrator lokal.” Jelas Arian

Menyinggung soal illustrator, Arian mengakui bahwa ketika ia ingin menggunakan jasa illustrator biasanya ia lihat secara subjektif, dalam artian Arian menyukai ilustrasinya dan harganya juga cocok. Harga yang cocok di sini bukan berarti harganya harus murah, tetapi Arian menjelaskan bahwa rata-rata illustrator akan dibayar per satu ilustrasi dengan harga kisaran 300 sampai 500 ribu, dan menurutnya harga tersebut terlalu murah. Karena jika dihitung dari profitnya, harga tersebut tidak cocok dan merugikan bagi si illustrator.

“Menurut gua harga segitu kemurahan, karena ketika Seringai bikin t-shirt itu kami sudah bisa bikin minimal 300 pcs. Jadi kalo kita hitung profitnya dan si illustratornya hanya dibayar dengan harga 300 ribu itu kasian banget sih.” Ucap Arian.

Lebih jauh tentang band dan merchandise, Arian kemudian menceritakan perjalanan band Hip-Hop asal Bandung, Homicide, yang dari awal terbentuknya band ini, Herry ‘Ucok’ Sutresna selaku personil gup ini selalu memproduksi t-shirt meskipun tidak mempunyai karya. Apa yang dilakukan oleh Ucok, Arian akui adalah langkah branding yang next level. Karena Ucok mampu menciptakan desain-desain yang menarik perhatian dan lambat laun orang-orang mulai mengenal Homicide. Bahkan ketika Homicide mengeluarkan karya berbentuk lagu, secara otomotis orang-orang langsung mengetahui karyanya. Hingga akhirnya Ucok menjadi salah satu legenda di kancah musik bawah tanah di Bandung.

Menurut Arian, Ucok Homicide mampu membuktikan bahwa kesuksesan sebuah band dapat dimulai dari mana saja dan merchandise adalah salah satunya. Oleh karena itu, pembuatan desain adalah bagian vital dalam membuat merchandise. Karena desain lah yang akan menentukan seberapa pantas merchandise bersaing di dalam pasar. Arian juga menyebutkan bahwa merchandise itu bukan dilihat dari seberapa besar dan terkenalnya band, tetapi seberapa bagus kualitas dari merchandisenya. Karena ia mengakui bahwa tak sedikit band-band besar yang mengeluarkan merchandise dengan kualitas yang bisa dibilang “kurang” dan monoton.

Dalam penjualan merchandise band, menumbuhkan “pride” dari para fans ketika membeli pun harus diperhatikan. Arian menceritakan awal-awal Seringai memproduksi t-shirt, di mana pada saat itu mereka hanya membuat 100 buah dan Arian punya pemikiran jika t-shirt yang diproduksi ingin habis terjual, maka desainnya pun harus bagus. Artinya, untuk menumbuhkan “pride” itu adalah dengan cara memaksimalkan kualitas dari merchandisenya itu sendiri, mulai dari bahannya harus enak dipakai, bagus dan sablonnya pun harus yang terbaik.

Dari apa yang dilontarkan oleh Arian mengenai merchandise, maka bisa disimpulkan bahwa merchandise itu sangat mendukung dan jadi penunjang band itu senidiri. Bahkan di masa sekarang, bisnis ini sudah menjadi pekerjaan utama dan menjanjikan berkat aplikasi toko online. Tetapi bukan berarti ketika merchandise band sangat laku, karya-karya musik dari bandnya kurang diminati atau dalam kata lain semangat bermain bandnya sudah pudar. Menurut saya mending bikin clothing line atau konveksian aja haha.

BACA JUGA - Peluang Musik Dalam Tren NFT

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner