Iksan Skuter dan Balakosa; Sebuah Perjalanan Spiritual dan Introspeksi

Iksan Skuter dan Balakosa; Sebuah Perjalanan Spiritual dan Introspeksi

Tentang Tur Balakosa

Tur Balakosa dimulai dari 6 Agustus 2019 di Kota Jember, Jawa Timur dan berakhir pada 6 Oktober 2019 di Kota Bandung. Sebanyak 23 kota ia sambangi, tersebar di daerah-daerah Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, bahkan Timor Leste.

Sekitar 90% dari total kota Tur Balakosa diawali dari kedatangan manajemen Iksan Skuter ke simpul-simpul yang kebanyakan masih kawan-kawan dekatnya untuk menanyakan kesediaannya terlibat dalam Tur Balakosa. Tidak ada masalah soal lokasi yang harus berkapasitas berapa banyak, atau bagaimana sound system-nya, yang penting mereka melaksanakan pertemuan, bersilaturahmi, berkomunikasi, bertukar ide, pengalaman dan sebagainya, karena konsepnya adalah konser intim, lebih condong pada ajakan untuk berkarya dan saling berbagi. Dalam penyelenggaraan Tur Balakosa pun rata-rata ada musisi daerah masing-masing yang Iksan Skuter ajak untuk berkolaborasi di panggung.

"Kenapa nominal itu muncul, karena menghargai proses berkesenian, bukan masalah seni kemudian menjadi mahal, tapi tolong hargai si seniman itu dalam membuat karya. Tolong hargai waktu yang ia buang untuk anak-istrinya. Karena membuat karya seni saya kira bukan hal yang mudah."

Harapannya, setelah tur terlaksana, mereka bisa berkomunikasi lagi dan berkarya bersama. "Kita, musisi-musisi atau kreator karya apapun bentuknya pasti punya kendala yang sama: waktu, modal, banyak hal. Saya ingin mengajak mereka untuk menyiasati itu menjadi karya-karya yang saya yakin energinya lebih bagus dibandingkan ketika kita ada di posisi yang lebih mapan," ungkapnya. Ia juga bercita-cita untuk membuat album kompilasi bersama mereka dan aktivitas lainnya yang melanjutkan hasil jejaring itu.

Ia kemudian tertawa lepas saat pertanyaan soal respon pendengar dilontarkan padanya. "Jelek," katanya, sambil terbahak-bahak. "Tapi, apapun itu, yang penting kita sudah sharing soal menghargai karya seniman, bukan hanya pada Iksan Skuter, tapi pada seluruh seniman yang ada di manapun. Kenapa nominal itu muncul karena menghargai proses berkesenian, bukan masalah seni kemudian menjadi mahal, tapi tolong hargai si seniman itu dalam membuat karya. Tolong hargai waktu yang ia buang untuk anak-istrinya. Karena membuat karya seni saya kira bukan hal yang mudah," ucapnya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner