Giliran Band-Band Bandung Coret yang Menggebrak Stage “DCDC Shout Out! Day”

Giliran Band-Band Bandung Coret yang Menggebrak Stage “DCDC Shout Out! Day”

Sumber foto : oleh Agung Rainda

Setiap band yang tampil, dan satu per satu karya yang dipamerkan di “DCDC Shout Out! Day” merupakan cerminan akan hasrat bermusik hari ini

Akhir pekan lalu, pada hari sabtu di Kantinnasion The Panas Dalam “DCDC Shout Out! Day” yang kedua di tahun ini sukses kembali digelar. Hampir sama dengan acara-acara yang telah digelar sebelumnya, yaitu sebagai bingkai yang mengakomodir band-band potensial yang terdaftar dalam naungan DCDC Shout Out!. Kelima band yang kali ini di usung adalah hasil dari kurasi tim DCDC Shout Out!, menghimpun band-band yang berasal dari wilayah Bandung Timur dan sekitarnya.

Kelima band tersebut diantaranya ialah, Tokoh Fiksi, Prabahasa, The joplins, Cloversons dan Dreaming of Greenfields atau nama singkatnya Dog Celtic Punk. Masing-masing dari mereka saling menunjukkan kebolehan, tampil penuh energi, cukup liar mengisi kekosongan riuhnya area Kantinnasion The Panas Dalam yang dihadiri oleh para audiens sejak sore menjelang petang.

Tak hanya sekedar wadah bagi band-band pilihan tadi, “DCDC Shout Out! Day” juga mendorong penuh dari sisi kualitas untuk penampilan mereka. Hal ini ditunjukkan dengan menggandeng salah satu sound engineer sekaligus seorang musisi dan gitaris, yaitu Toteng (Forgotten) untuk membagikan segudang ilmu dan pengalamannya kepada band-band yang akan tampil saat itu ketika simulasi check sound dan workshop di pagi hari.

Saat sesi simulasi check sound dan workshop, dihadapan masing-masing band yang akan melakukan check sound secara bergantian. Poin pertama, Toteng pun menyampaikan tentang bagaimana pentingnya check sound adalah untuk menyelesaikan masalah di pagi hari, setelah itu Toteng membahas tentang bagaimana cara kerja DI Box, dari mulai fungsi, penggunaan secara teknis, hingga alur yang akan dipakai. Kemudian pembahasan pun bergeser ke alat perkabelan, Toteng menjelaskan satu per satu dari mulai fungsi dan perbedaan antara satu jenis kabel dan lainnya.

 

Selain itu, satu hal yang akan menjadi catatan penting sekaligus bekal bagi setiap band disampaikan oleh Toteng mengenai ‘attitude’ ketika check sound, tentang bagaimana setiap band menjaga ‘attitude’ mereka untuk keberlangsungan dalam bekerja sama dengan pihak-pihak yang juga bekerja untuk mendukung penampilan mereka.

Sekiranya waktu mulai memasuki sore hari kurang lebih pukul setengah 5, Tokoh Fiksi mulai diusung untuk naik ke atas stage sebagai band pembuka. Penampilan salah satu unit black and white bla.. blaa.. metal itu, spontan menstimulasi adrenaline untuk naik ke atas rata-rata. Selain musik yang menekan atmosfer, aksi teatrikal yang lengkap dengan kostum jubah hitam mereka itu telah sukses menarik atensi, sekaligus sukses sebagai band pembuka.

 

Setelah Tokoh Fiksi menyelesaikan seluruh setlist nya, selanjutnya giliran Prabahasa untuk mulai menggebrak panggung. Dengan kostum yang cukup random, penampilan dark theatrical punk mereka memukau para audiens ketika beberapa personil mereka itu bergerak lincah, bahkan beraksi liar. Prabahasa menyampaikan satu per satu materi lagu mereka dengan penuh gairah.

 

Setelah memasuki waktu break dan adzan maghrib, rundown pun mulai bergeser menuju acara sharing session. Band-band yang hari itu tampil dan seluruh audiens yang hadir mendapat kesempatan untuk menyerap ilmu dari para ‘gegedug’ band metal yang telah berbicara banyak di kancah musik. Addy Gembel (Forgotten) dan Oki Fadlan (Jasad) saat itu membagikan ilmu, pengetahuan dan pengalaman mereka selama mengarungi luasnya dunia musik, baik dalam skala lokal maupun skala global. Di akhir-akhir sesi ini, Oki Fadlan juga mengajak para personil masing-masing band untuk jamming.

 

Kembali ke lajur utama, saatnya The Joplins tampil di hadapan audiens untuk menunjukkan tajinya. Salah satu unit yang berasal dari Jatinangor sekitaran area Bandung Timur itu, perform membawa musik dengan struktur garage punk atau trashy rock n roll yang kental akan nuansa musik-musik punk era 90an.

 

Masih dari kawasan Jatinangor dan sekitarnya, selanjutnya giliran The Cloversons untuk menjajal stage. Unit pop punk yang mencoba memadukan unsur alternative rock tersebut, tampil cukup kalem dengan banyak berinteraksi bersama audiens. The Cloversons sukses menyelesaikan seluruh setlist yang terdiri materi-materi lagu yang terdapat dalam album perdana mereka.

Acara sabtu malam itu ditutup oleh penampilan dari Dreaming of Greenfields atau dengan nama pendeknya Dog Celtic Punk. Satu per satu amunisi mereka hajar penuh gairah dengan mendominasi panggung. Musik punk yang kawin dengan instrumen unik dari alat tiup bernama Bigpipe, menjadikan mereka kaya akan warna musik. Performa Dreaming of Greenfields di penghujung acara, menutup “DCDC Shout Out! Day” malam itu dengan cara yang epik, ‘two thumbs up’ untuk mereka dan tentunya untuk keempat band lainnya yang tampil memukau.

 

Setiap band yang tampil, dan satu per satu karya yang dipamerkan di “DCDC Shout Out! Day” merupakan cerminan akan hasrat bermusik hari ini. Selain menjadi ruang bagi band-band bawah tanah untuk diangkat ke permukaan, DCDC Shout Out! juga menunjukkan komitmennya untuk mendukung penuh dan mengakomodir band-band potensial saat ini yang seharusnya mendapat tempat dan fasilitas yang lebih baik.

Nantikan “DCDC Shout Out! Day” selanjutnya, yang tentu akan menampilkan band-band lainnya yang dihimpun dari koridor DCDC Shout Out!. Bersiaplah bagi kalian band-band yang telah ter-register di DCDC Shout Out! untuk menunggu giliran tampil di panggung “DCDC Shout Out! Day” lainnya. Dan bagi kalian yang belum melakukan registrasi, silahkan daftarkan band kalian di DCDC Shout Out! (syarat dan ketentuan berlaku) yang dimuat di situs kami www.djarumcoklat.com.

BACA JUGA - Banyak Kejutan Tercipta, “DCDC SHOUTOUT! DAY” Bandung Sukses Digelar

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner