Buku “Punguti Aksara” : Punguti Kenangan Soal Musik Dari Samack

Buku “Punguti Aksara” : Punguti Kenangan Soal Musik Dari Samack

Bagi yang berkutat dalam pendidikan jurnalisme, terutama tentang musik, buku “Punguti Aksara” dari Samack ini sangat direkomendasikan

Tidak banyak buku yang menuliskan tentang musik dan dinamika didalamnya. Walaupun tidak banyak, namun hampir semuanya masih melibatkan penulis-penulis yang dahulunya aktif dalam pergumulan dalam skena musik dikotanya masing-masing. Orangnya masih itu-itu juga. Semacam terjadi stagnasi regenerasi di ranah literasi dunia musik. Kenyataanya memang hari ini menulis segala sesuatu tentang musik memang jadi pilihan akhir dan dianggap paling militan. Semua ingin menulis yang remeh temeh dan berharap begitu bukunya dirilis lalu diangkat jadi film populer. 

Sebagai sebuah karya tulis, buku tentang musik memang masih dibutuhkan. Musik ternyata tidak hanya cukup didengarkan. Ada hal lainnya yang tidak bisa ditangkap oleh indera pendengaran. Tentang hal tersebut Samack nampaknya paham betul, karena mungkin saja dalam benaknya ada pengalaman rasa yang perlu diceritakan terkait dengan musik dan dinamikanya.

Buku berjudul “Punguti Aksara” adalah buku kesekian yang ditulis oleh Samack. Sebagai seorang yang aktif di skena musik kota Malang dan aktif menulis tentang musik di berbagai media, perjalanan literasi Samack tidak hanya melulu berkutat di kota sendiri. Banyak tulisannya tentang musik menembus batas genre dan wilayah geografis. Telinga seorang Samack  mengandung kadar ke ikhlasan yang tinggi. Dia mampu dijejali berbagai jenis musik dari yang paling berisik hingga yang paling membosankan dalam standar kita.

Kalian ingin cerita tentang apa ? thrash metal? punk rock? jazz? Indie pop? Semua kisahnya ada dibuku ini. Lengkap. Itulah kesan yang akan kita tangkap ketika membaca buku ini. Memuat 29 tulisan dan sebagian besar pernah diterbitkan di berbagai media. Buku yang diterbitkan oleh penerbit Pelangi Sastra ini memuat 318 halaman. Buku ini memang terbilang tebal bagi yang tidak suka membaca. Namun, gaya tulisan dengan bahasa tutur membuat buku ini enak dibaca. Pilihan diksi yang membumi dan kesederhanaan membangun paragraf adalah ciri dari penulis. Ringan tapi bergizi. Bagi yang sok intelek dan berharap ada kajian rumit soal musik yang dihubungkan dengan teori filsafat dan dunia metaverse dengan analisa canggih lebih baik jangan baca buku ini.

Membaca buku ini seolah kita sedang mendengarkan seorang sahabat lama yang bercerita tentang segala pengalaman spiritual yang pernah dia alami lewat musik. Pengalaman romantik masa kecil, curahan hati lewat review musik yang dia dengarkan, obrolan penulis dengan tokoh-tokoh music, hingga cerita sentimental tentang dinamika skena musik di kotanya. Bagi yang berkutat dalam pendidikan jurnalisme, terutama tentang musik, buku ini sangat direkomendasikan.  Selamat bung Samack atas terbitnya buku ini !                  

BACA JUGA - “Bandung Pop Darling” : Tonggak Sejarah Perkembangan Scene Pop Bandung

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner