Album Review: Paint In Black (Self-Titled)

Album Review: Paint In Black (Self-Titled)

Album self-titled dari Paint In Black menjadi bukti geliat ranah musik metal kota Metro, Lampung.

Paint In Black adalah band pengusung musik modern heavy metal asal Metro, Lampung yang diisi oleh formasi Rio (vokal), Dedi (bass), Achmar (gitar), Feby (gitar), dan Wawan (drum). Mereka merilis album pertamanya pada bulan April 2018 lalu dalam bentuk compact disk (CD). Album self titled milik Paint In Black ini menjadi "anak sulung" setelah kurang lebih berkiprah di skena musik metal underground selama 10 tahun.

Menyimpan materi mereka dalam gawai sama dengan mendengarkan lagu tersebut berulang-ulang. Sebagai pendengar dengan pengetahuan musik metal yang amat minim dan masih menganggap Black Sabbath sebagai band metal dengan musik paling sangar, tentu saya akan berpikir dua kali untuk mendengar lagu mereka berkali-kali. Tapi, kali ini saya mencoba me-review album milik Paint In Black, dan saya harus rela membiarkan telinga saya dicabik-cabik oleh mereka.

Tidak ada yang cukup menarik untuk saya bahas di bagian cover album. Didominasi warna hitam, mereka menampilkan logo band dengan karakter font huruf tipikal band metal lainnya. Ada ikon yin-yang, dimodifikasi menjadi dua gambar singa berwarna hitam dan putih sedang bertarung dibalut kobaran api. Sepertinya, ini merupakan gambaran dari pertarungan antara sifat baik dan sifat buruk. Di dalam CD, mereka menyelipkan sebuah buku lirik. Setelah membaca semua lirik, saya menyimpulkan bahwa album ini bercerita tentang kehancuran dunia yang disebabkan oleh sifat iblis yang turun ke bumi, menyebarkan kemunafikan, keresahan, dan ketakutan. Selanjutnya, saya mulai tertuju pada dua buah lagu instrumen yang disimpan di awal dan di akhir album.

Dua lagu instrumen itu adalah “Intro” dan “Krisi”. Apa yang mereka ingin sampaikan lewat dua lagu instrumen itu? Ketika menyimak komposisi musik “Intro”, lagu ini seolah menjadi pembuka dan perkenalan musik yang mereka suguhkan. Melalui “Intro”, mereka mencoba menggiring pendengar untuk masuk lebih dalam menuju lagu selanjutnya. Komposisi modern metal yang dirangkum di dalam album ini seolah menarik saya ke pusaran kerumunan orang di arena moshpit. Berbeda dengan lagu “Krisi” yang merubah suasana secara drastis. Alunan petikan gitar clean dengan irama lambat menjadi saat di mana saya bisa menarik nafas panjang, setelah merasakan sesaknya berada di tengah kerumunan orang dalam area moshpit.

Secara keseluruhan, musik yang disuguhkan di album ini bisa dideskripsikan dengan beberapa kalimat. Paint In Black memainkan musik modern metal yang memainkan riff gitar rendah sarat distorsi, cabikan jari yang bertubi-tubi menghantam senar bass dan  disempurnakan oleh ritme hentakan drum yang kencang dan rumit. Perjalanan karir dan pengalaman mereka di dunia musik metal selama sepuluh tahun adalah modal yang cukup untuk mampu memproduksi album dengan kualitas yang baik. Adanya campur tangan Zoteng (Forgotten) yang menangani proses rekaman, mixing dan mastering mampu memperkuat karakter musik Paint In Black.

Album ini memang layak untuk dikoleksi. Selain kualitas produksi rekaman yang baik, Paint In Black adalah bukti dari geliat produktivitas dari komunitas metal dari Lampung.

BACA JUGA - Album Review: ‘Ancaman’ Ekspektasi dari Album “Berbagi Kamar”-nya Rekah

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner