Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Tiga)

Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Tiga)

Saya berada di antara nyata dan tidak. Tapi ini menyenangkan juga, dalam hati saya berucap dan Lester kembali berkotbah, “Jangan kau lupa, untuk putarkan aku satu album penuh Lou Reed/ The Velvet Undergrounds – Transmitter dan “Dare” dari The Human League setiap tanggal 30 April ya. Oh ya, jangan terlalu digubris  kecaman Zappa yang melegenda itu, aku sudah berdamai dengannya. Saya, dia (Zappa), Dusty, Morrison, Mama Cass, Janis, Esther “Jinx” Dawson, dan si cantik ‘Leia’ Carrie Fisher (aktris dan seorang deadhead – fans fanatic Grateful Dead) – kita melakukan orgy kemarin sebagai isyarat damai dan lambang persahabatan!”, teriaknya sambil berkedip, kumis tebal ulat bulu-nya membulat. Ia tertawa jahat lalu menjauh terbang dijemput unicorn yang dikusiri Denny Sakrie.  Botol Nyquill tadi sudah berubah jadi ‘saritem’ atau sari temulawak.

Sepintas dan samar-samar saya melihat sosok gempal yang familiar dengan pendiri majalah Aktuil, ia adalah jurnalis gaek kawakan Alm Denny Sabri. Ia tidak sendiri, ada William S. Borrough, Jack Kerouac juga mahaguru Hunter S. Thompson dan Dr. Gonzo – Raoul Duke yang hilang. Sosok-sosok itu berdiri disana seperti mengiyakan ucapan Lester kepada saya.

Sebuah delusi, ilusi, imajinasi, metafisik, proyeksi astral, fiksi belaka atau efek peyote dan jamur? Saya pun terbangun esok harinya, denyut jantung berdegup kencang dan keringat keluar dari semua bagian pori-pori tubuh saya. Oh, iya ternyata saya lupa. itu semua karna efek jamur sialan di dalam omelet saat sarapan  kemarin pagi rupanya.

Tuntaskan dan tuliskan restu maha suci itu gumam saya dalam hati! Meski ada ketakutan entah faktor apa tentang tulisan saya kali ini.  Pada bagian ini pula saya merasakan  ada bekas air liur mengering yang berbau asam menyengat di pipi dan sedikit muntahan di baju Aleister Crowley bootleg kesayangan saya yang kekecilan.

Saya pun memberanikan diri kembali ke album Ballads of The Freedom Youth dan masih di bahasan trek “Mr. Glass” dan “Martyr” yang tertunda karena ditemui  para idola saya dalam sesi halusinasi. Untuk komparasi, versi awal miliki Rafi jauh lebih menyenangkan. Pertama karena saya lebih memilih Annie Arrow atau karya Fredy S untuk bahan masturbasi imajinatif saya, membacanya dengan hikmat, pikiran melayang-layang kesana-kemari dan tanpa sadar jari jemari perlahan merogoh ke daerah yang kalian tahu sendiri. Bukan wilayah privat milik pribadi, tetapi pasangan yang nyatanya sudah mulai berkeringat sehabis menari-nari kesetanan dan horny lebih dulu di depan saya, lalu bersenandung sebentar, proses ambil nafas sambil mendengarkan tembang “I Wanna Be Your Dog” milik The Stooges. Berulang-ulang. Konstan tak berjeda, ya benar! ini berdasarkan pengalaman pribadi.

Bersambung ke bagian 4

BACA JUGA - Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Dua)

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner