Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Empat)

Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Empat)

Dalam renungan sempat saya bertanya dalam hati, “kuartet ini rata-rata kelahiran tahun berapa ya, kok bisa membawakan rock purba dengan sound sangat modern?” Tidak menyalahkan juga, arus informasi, digitalisasi, dan globalisasi sedang deras-derasnya. Jika tak cermat, bisa tersesat di dalamnya. Positivisme saya terpecut, mungkin hampir mirip ketika saya kecil. Orang tua mereka, keluarga dan lingkungan menjadi faktor sentral memberikan suapan harmoni rock 4 sehat 5 sempurna. Beruntungnya mereka menjadi seniman betulan, sedangkan saya hanya band cover sekolahan yang dianugerahi telinga peka dan selera musik yang lumayan. Jenjang bermusik terhenti ketika lebih nikmat sebagai apresiator, jurnalis atau music enthusiast. Soal bagus tidaknya, yang sesuai selera hati saya beserta seluruh kompleksitas karya musik juga proses pembuatan di dalamnya. Tidak asal-asalan dan tidak semua musisi juga handal membuat karya musik. Alasannya bukan perkara mudah membuat sebuah karya musik. Terutama yang benar-benar esensial dan diingat sepanjang masa.

Tarik kesimpulan dari sembilan nomor yang terdapat pada album debut berjudul Ballads of the Freedom Youth, album ini merupakan peringatan bahwa pekik Black Horses perlu diwaspadai. Meski mediocre, peranan Black Horses sebagai “kuda hitam” yang liar, akan sulit dijinakkan di catur musik Indonesia. Memberikan tamparan keras kepada speaker satu set yang membuat para koboi rock’n’roller tua tersadar, mereka bukan siapa-siapa apalagi merasa superior karna  sudah merasakan manggung di festival Woodstock kw cabang Eropa timur, Polandia. Tidak perlu congkak karena sudah jauh-jauh meraba kancah internasional. Persoalannya lebih ke karya musik mereka  apakah layak atau tidak untuk dinikmati.  Berjaya di negeri sendiri, tidak ada salahnya. Sebagai upaya retrospektif, bisa tengok kumpulan VA Those Shocking Shaking Days (2011) rilisan Now-Again Records. Sebagian besar musisi di dalam kompilasi tersebut tidak berbagi panggung langsung dengan Jefferson Airplane, Buffalo Springfield, Canned Heat, Led Zeppelin, The Who  atau nama besar band rock barat, tetapi reputasi rock Indonesia diakui oleh dunia dan membantu mempetakan musik rock khususnya, di Asia Tenggara sejak 5 – 6 dekade lalu.

Layaknya setiap album rock yang pernah lahir ke dunia ini, kelebihan dan kekurangan tetap ada. Hal yang wajar dan sejatinya harus begitu. Agar seimbang. Sedikit masukan saja, mungkin agar berhati-hatilah dalam memilih slogan atau jargon.  Bukan soal terlihat keren semata,  dan sumpah serapah.  Ini soal memajukan musik rock Indonesia,  menghargai sejarah panjang dan melanjutkannya.

Di akhir, saya tersadar sebuah era baru rock Indonesia baru saja dimulai. Meski sempat padam, pesimis, namun sayup-sayup bara api kembali berpendar. Dijaga dan diwujudkan dengan cukup menjanjikan oleh Black Horses.  Oya, sebagai catatan penting. Album Black Horses yang mendaku sebagai "ERA BARU ROCK INDONESIA", dari 9 lagunya, tidak ada yang berbahasa Indonesia. Tetapi pantaskah album Ballads of The Freedom Youth disebut sebagi wakil dari era baru rock Indonesia atau? sila menilai sendiri. Saya butuh The Brims

Salam rock Indonesia, semoga berumur panjang.

BACA JUGA - Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Tiga)

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner