A Page About: Terjangkit Virus Musik Eksperimental

A Page About: Terjangkit Virus Musik Eksperimental

Mendengarkan Tragic Comedy di tahun 2017 membuat saya ingin kembali pada tahun 2006 dan mencari tahu mengapa saat itu tidak banyak yang berani membuat karya semacam ini. Beberapa nama muncul sebenarnya, sebut saja grup yang digawangi oleh Ekky Dharmawan dan teman-temannya, atau Guruh Gipsy dan musisi-musisi rock Indonesia lain pada era '70-'80an. Jika membandingkan dengan luar negeri, tentu mereka lebih gila. Ada beberapa yang terbersit ketika memperluas ruang, seperti Sigur Ros, Jesu, M83, atau Explosions In The Sky. Inilah album favorit saya dari Polyester Embassy.

Di album ini, ada satu track yang menjadi andalan saya, yaitu "Polypanic Rooms". Sulit sebenarnya menentukan ranking pertama, karena "Orange Is Yellow" tadinya menempati urutan teratas, kemudian berganti dengan beberapa track lain, dan akhirnya dapat saya putuskan "Polypanic Rooms" lah yang saya paling sukai. Alasan saya memutuskan track yang sempat dikover oleh Katije & Piering itu sebagai andalan adalah partitur musiknya ramah dinikmati oleh telinga saya. Alunan musiknya sangat melankolis, dari part awal sampai akhir. Dari petikan bassnya saja sudah sangat menjelaskan bagaimana musik Polyester Embassy. Lalu, permainan drum dengan tempo upbeat dan synthesizernya semakin memicu pendengar untuk mendengarnya lebih jauh serta terbuai di dalamnya. Meski saya rasa vokal Elang Eby terdengar "terlalu muda", semua bisa dimaafkan dengan porsi instrumental yang lebih dari cukup.

Kembali lagi, album Tragic Comedy seakan menjadi virus bagi saya pribadi. Sulit untuk saya lepas dari kecanduan. Saya harap Polyester Embassy bisa terus berkarya seperti ini. Berinovasi tanpa lepas dari karakternya, karena mereka menjadi salah satu band yang tidak bisa disamakan dengan band-band lainnya.

BACA JUGA - A Page About: Tuhan yang Seperti Apa yang Seharusnya Mati?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner