A Page About: Fanny Fakhrizaly dan Bayang-Bayang Kurt Cobain

A Page About: Fanny Fakhrizaly dan Bayang-Bayang Kurt Cobain

Pada medio 90an, Slum menjadi salah satu band grunge yang cukup berpangaruh di ranah musik bawah tanah Bandung. Dan seketika Fanny ‘Slum’,  menjadi role model bagi pecinta Kurt Cobain di Bandung bahkan mungkin di Indonesia.

Bicara soal pergerakan musik bawah tanah Bandung pada era 90an, nama Slum pasti tak asing di telinga para penikmat musik underground pada masa itu. Slum yang digawangi oleh Fanny (Guitar/Vocal), Ucink (Bass), dan Cholay (Drumm), menjadi salah satu band yang sangat mencolok di setiap panggung-panggung underground Bandung masa itu. Bagaimana tidak, dari semua pengisi acara yang sebagian besar didominasi oleh band-band metal, punk, hardcore, dan berbagai musik cadas lainnya, Slum tampil dengan musik Grunge-nya. Hal ini tentu saja mencuri perhatian. Tapi meski tampil dengan musik Seatle Sound nya tidak mengurangi sedikit pun animo para penikmat musik cadas kala itu.

Karena pada tahun itu memang musik Grunge sedang meracuni jagad musik dunia lewat Nirvana-nya. Seketika sosok Kurt Cobain pun jadi idola baru kala itu, dan menjadi trend centre anak muda pada zamannya. Dari mulai attitude dan gaya berpakaiannya pun diadopsi oleh para penggemarnya di seluruh dunia. Termasuk oleh Slum, yang sering diidentikan dengan Nirvana, karena kerap tampil membawakan lagu Nirvana, ketika di atas panggung.

Tak hanya image Nirvana yang melekat pada Slum, tapi juga image Kurt Cobain pun selalu diidentikan pada Fanny, selain gayanya pada masa itu hampir mirip dengan Kurt Cobain, karakter vokal Fanny pun nyaris sama dengan Kurt, ketika sedang bernyanyi. Suara parau, yang jadi kekhasan Kurt Cobain pun dimiliki oleh Fanny, dan mungkin hal ini jadi  indikator Fanny selalu diidentikan dengan vokalis fenomenal Nirvana itu.

Tapi seiring berjalannya waktu, Slum pun lambat laun menghilang dari kancah musik underground Bandung. Sepanjang perjalanannya Slum sudah berhasil  mengabadikan karyanya dalam beberapa album kompilasi, diantaranya Slum pernah masuk ke dalam album kompilasi Grunge Is Dead, salah satu album kompilasi paling bersejarah di Bandung, dan Slum pun sempat membuat split album bersama Gestapo dan NGB yang diberi judul “Gerbang”.  

Tahun 2005 Fanny kembali berkarya, dengan ikut ke dalam album kompilasi Original Soundtrack film 12:00am, bersama Koil, Seringai, Kubik, Logam, dan Kremlin. Dalam kompilasi ini Fanny tidak bersama Slum, tapi bersama band barunya yang bernama Weenie Beenie. Dalam kompilasi ini Weenie Beenie mengisi dua lagu, “Slave Of Machine” dan “Fade In Time”. Seakan ingin melepaskan bayang-bayang Kurt Cobain dan Nirvana, yang sudah terlanjur melekat padanya, di kedua lagu itu Weenie Beenie tampil dengan sound yang lebih progresif, sangat jauh berbeda dengan musik Slum dulu, yang sangat identik dengan Nirvana.  Tapi sayangnya band ini tak bertahan lama.

Dan sekitar tahun 2008, Fanny kembali muncul dengan band barunya yang bernama Beatheaven, dan merilis full album pertamanya yang berjudul Foolovesophy. Album ini mereka gratiskan, semua yang ingin mempunyai lagu-lagu mereka di album ini bisa mengunduhnya secara grastis.

Beatheaven benar-benar berhasil melepaskan Fanny dari image Kurt Cobain dan Nirvana, yang melekat padanya. Lagu-lagunya hadir dengan sound-sound yang modern, tapi masih ada di roots Alternative Rock, dengan banyak menggunakan lirik berbahasa indonesia, yang semakin menajamkan karakter Beatheaven, yang ingin benar-benar menjadi Beatheaven seutuhnya.

Sumber foto: Akun Facebook Fanny Fakhrizaly

BACA JUGA - A Page About: Mengenal Lebih Dalam Sang ‘Penjerat Riwayat’ Pergerakan Musik Bawah Tanah

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner