A Page About : Ketika Mengingat Perseteruan Oasis Dan Blur

A Page About : Ketika Mengingat Perseteruan Oasis Dan Blur

Atas nama waktu luang dan keadaan yang memungkinkan untuk mengingat saat Oasis dan Blur berseberangan dalam sebuah perang media, yang mengangkat perselisihan dua band raksasa britania tersebut.

Ada pada satu keadaan ketika waktu menghendaki ingatan saya kembali ke masa ABG, dimana ketika itu saya berada di kubu Blur, saat Oasis dan Blur berseberangan dalam sebuah perang media, yang mengangkat perselisihan dua band raksasa britania tersebut. Atau sama halnya ketika era hip metal mulai diangkat ke permukaan, ketika ada isu menarik antara permusuhan Limp Bizkit dan Slipknot, lewat banyaknya propaganda melalui poster yang saling menghujat antara kedua band tersebut. Saya yang memang masih labil ketika itu, menelan mentah isu permusuhan itu menjadi serius dengan menganggap orang yang menggemari Oasis adalah tak lebih dari musuh yang harus saya benci.

Sampai pada akhirnya Noel Gallagher (Oasis) dan Damon Albarn (Blur) berada disatu bar yang sama untuk minum bir bareng, isu permusuhan itu menjadi hal yang lucu untuk saya ketika saya mengingat lagi ke masa itu. Bahkan ketika saya menulis ini, pemutar musik yang menemani saya ngetik, sedang memutar lagu Oasis yang secara sadar saya dengarkan, bahkan saya repeat karena dilagu Oasis yang berjudul “Go Let It Out”, ada part bass line yang saya suka, dan enak didengar. Tidak ada lagi kubu Blur si anak kampus, dan Oasis yang mewakili kelas pekerja dalam hal ini. Semuanya atas nama musik yang saya putar di perangkat komputer saya.   

Memilih menjadi fanatik dari salah satu kubu agaknya menjadi satu kesalahan, yang ditakutkan akan menjadi bumerang yang menyerang balik keyakinannya, ketika orang yang didukungnya ternyata mengecewakan. Apalagi menjadi fasis dengan menganggap kubu sebelahnya selalu salah, dan kubunya lah yang paling benar. Karena seperti apa yang diteriakan Homicide jika “fasis yang baik adalah fasis yang mati”, maka selalu ada celah untuk keduanya bisa salah dan bisa benar.

Mengingat perseteruan Oasis dan Blur, lalu menghubungkannya dengan apa yang tergambar di televisi setiap harinya, dimana perselisihan menjadi tajuk berita utama disana sini, dari mulai perseteruan antar pendukung sepak bola, sampai soal agama. Kondisi semacam ini seakan menegaskan pernyataan Dave Mustaine yang berujar, “killing people for football and religion is something i don’t understand”. Sebuah keresahan Dave tentang betapa orang mudah sekali terprovokasi oleh hal yang menurut Dave tidak seharusnya dijadikan dasar atas sebuah permusuhan. Atau bisa juga ditambahkan “killing people for pilkada is something i don’t understand”, seandainya Dave tahu keadaan sosial politik di tanah air.

Namun lepas dari itu, ini sudah ketiga kalinya saya repeat lagu Oasis tadi, dan harus saya akui jika lagunya emang enak. Adapun selain itu, selalu ada pilihan tombol mute untuk orang-orang yang kita follow, agar tidak terlalu berisik di sosial media belakangan ini. Lagipula tidak ada satupun yang harus dimusuhi selain diri sendiri ketika mempunyai rasa benci.

“Don’t hate what you don’t understand, and give peace a chance” – John Lennon

Sumber foto : http://www.nme.com 

BACA JUGA - The Dynamic Duo, Pemerkuat Warna Sebuah Band

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner