Saya, Konser Mick Jagger Jakarta 1988 dan Konser Rolling Stones Singapore 2014

Saya, Konser Mick Jagger Jakarta 1988 dan Konser Rolling Stones Singapore 2014

Saya adalah 1 dari sekian banyak penggemar berat sebuah grup musik asal Inggris yang bernama The Rolling Stones di Indonesia. Mungkin kalau bicara di Indonesia akan terlalu luas, dan terlalu banyak. Saya persempit, di Jawa Barat. Masih terlalu banyak. Saya persempit lagi, di Kota Bandung. Hmmm…kayaknya masih juga terlalu luas. Dipersempit lagi, di wilayah Bandung Selatan. Ooh…sepertinya sudah mulai mengecil, tapi masih bisa dipersempit. Di daerah Ciganitri tempat saya tinggal. Ya, saya adalah 1 dari sekian bannyak penggermar berat The Rolling Stones di Ciganitri. The Rolling Stones memang salah satu grup musik besar yang sudah lumayan berumur dan masih tetap eksis hingga sekarang. Dan saya, sebagai salah satu penggemar beratnya, sangat sangat berkeinginan untuk satu saat bisa hadir di konsernya. Hingga akhirnya kesempatan itu datang di bulan Maret 2 tahun lalu. Setelah puluhan tahun lalu saya beruntung bisa hadir di konser besar Mick Jagger, vokalis the Rolling Stones, di Jakarta, akhirnya saya bisa menyaksikan kembali Mick Jagger, kali ini bersama grup musiknya.

Berikut ini adalah sedikit cerita  dari konser The Rolling Stones di Marina Bay Sands 2 tahun lalu. Bukan tentang bagus atau enggak konser tersebut. It was  the Rolling Stones concert. Buat saya ngga ada istilah “bagus atau enggak” untuk konser band ini.

Sekitar 26 taun yang lalu, tepatnya 30 oktober 1988, waktu itu umur saya sekitar 13 tahun, masih tinggal di daerah Keranji (Bekasi), bersama dengan tetangga – tetangga dan teman – teman saya yang rata – rata umurnya jauh di atas saya, berangkat ke Senayan dengan menggunakan truk untuk menyaksikan konser tunggal Mick Jagger. Saya enggak ingat dapat uang atau tiket dari mana karena saya pergi tanpa minta ijin orang tua.

Harga tiketnya waktu itu kalau tidak salah 50rb, 30rb dan 20rb. Yang saya ingat kita berangkat subuh sekitar jam 4 dengan harapan bisa sampe ke Senayan pagi sekali sekitar jam 5 atau 6 pagi (jaman itu masih sangat mungkin jarak Bekasi – Senayan ditempuh dalam waktu hanya 1 jam). Tapi ternyata kita salah duga. Pas sampai Senayan, ternyata udah banyak orang yang tinggal di sana. Saya ingat ada “Stoners” asal Wonosobo (karena ada benderanya) pasang tenda dan dia bilang udah 4 hari diam di situ. Edan. Dan saya juga inge, polisi dimana – mana. Menyusul agak siang sedikit, tentara mulai ikut bergembira bersama kita. Ditambah lagi pengamanan swasta dari orang – orang nu badan na sagarede VW Kombi datang berbondong – bondong. Anjing pelacak juga dimana – mana. Lebih kayak mau demo daripada konser. Ya begitu lah kesan saya waktu itu. Gak tau ya kalau orang lain mah.  Dan ya, seperti yang sudah diduga (termasuk oleh orang tua saya, makanya saya enggak dikasi ijin untuk nongton) konser itu di hiasi kerusuhan dan keributan. Kalo ada yang bilang bohong, ya terserah. Yang pasti, saya adalah salah satu yang kena tendang di leher dan sempet diamankan tentara sebelum diambil lagi sama tetangga saya yang namanya Adrian untuk melanjutkan nonton konser. Anyway, saya sangat menikmati konser itu. My first ever concert was from one of my favorite singer. Mick Jagger. Not with the band. YET :P

Waktu itu saya berpikir, mendengarkan lagu “Honky Tonk Woman” dinyanyikan oleh Jagger, meskipun enggak bisa lihat dia di stage dengan baik karena posisi saya SANGAT JAUH PISAN, dan penonton yang SUPER RIWEUH, adalah pretty pretty awesome. Ya, meskipun karena gitarisnya saat itu adalah Joe Satriani, yang membuat sama sekali tidak ada sentuhan The Rolling Stones disitu,  tapi…whattahell. OK banget lah. Saya langsung membayangkan…hmm, kalau suatu saat saya bisa dengar lagu ini lagi dinyanyikan oleh Mick Jagger…bersama The Rolling Stones, akanlah sangat mengesankan.

Dan 26 tahun kemudian….

Tapi saya juga sempet berpikir, baru Mick Jagger-nya aja udah pabeulit gini euy… polisi, tentara, preman, rusuh, kacau lah, tegang, was – was, nggak nyaman nontonnya juga. Belum lagi yang mabuk, copet, tukang palak waduuuhhh..ribet. Sangat – sangat  nggak nyaman. Nah kalau begini ceritanya, gimana kalau The Rolling Stones yang datang. Duuh…sorry to say tapi jujur saja, saya malah jadi punya pemikiran, jangan deh sampai The Rolling Stones datang kesini. Karena udah kebayang nongton-nya juga nggak akan enak nggak akan nyaman. Tapi, ya pengen juga sih, aduh gimana ya….dilema lah.

Akhirnya, 15 Maret 2014 kemaren saya bisa berada di posisi yang 26 tahun sebelumnya saya bayangkan. I was finally at the Stones concert. In Singapore. Yes bukan di Indonesia. Antara senang dan tidak. Tidaknya dulu adalah karena, ya otomatis saya harus mengeluarkan dana yang buat saya bukan sedikit dan tidak gampang. Dan juga saya tidak bisa nonton bersama dengan kawan – kawan sesama Stones Lovers di Bandung. Tapi ya, Alhamdulilah rejeki datangnya tak terduga dan saya tetap bisa berangkat. Senengnya? Ya apalagi kalau bukan karena saya yakin kalau nonton di Singapur akan bisa jauh lebih nyaman dari pada kalau konsernya di sini.

Buktinya? Ok. Ini lah yang mau saya ceritakan. 

Setelah mendarat di Changi sekitar jam 10 pagi waktu setempat, saya bersama kawan saya Glen langsung tergesa – gesa menuju MRT Station di bawah karena ingin buru – buru berangkat ke Marina Bay Sands (MBS) untuk ticket collecting / penukaran tiket. Ini dikarenakan kami berpikir bahwa akan terjadi antrian yang panjang saat penukaran tiket. Secara gitu ini konser The Rolling Stones. Heellooow…

Setelah bingung antara mau beli tiket MRT-nya ngeteng atau beli daily / tourist pass, akhirnya berangkatlah kami ke MBS. Perjalanan sekitar 15 – 20 menit, plus 15 menit  lagi keliling – keliling di MBS nya, nyasar lah, salah naik lift lah, masuk ke kasino lah, akhirnya sampai juga di lokasi ticket collecting yaitu Mastercard Theater. Dan ternyata sodara – sodara…. sepi. Yes sangatlah sepi.

Sempat ada antrian sekitar 8 orang, tapi itu antrian di loket sebelah yang mau nongton Kitaro. Jadi proses tukar tiket berlangsung tidak lebih dari 10 menit saja. Getting closer to the concert. Anxious indeed!!

Beres dari situ, kita mulai survey lokasi. Ternyata venue konser yang sangat mudah dicapai. Keluar MRT tinggal naik eskalator 2 atau 3 kali, sampailah. Kita muter – muter eksplor area di sekitar ballroom. Termasuk cari tahu tentang lokasi penjualan merchandise yang katanya baru mulai on sale after 4 pm. Oke lah. Mulai muter – muter lagi. Di sekitar area konser ada beberapa event lagi yang sedang dan akan berlangsung. Ada pameran property, ada seminar asuransi, ada pelatihan entrepreneur atau apalah saya nggak ngerti dan ada juga wedding tepat di ballroom di bawah grand ballroom tempat konser akan berlangsung. Saya dan Glen sempet cengangas cengenges, ini orang ngimpi apa kawinannya barengan sama konser setun. Waktu dan tempat yang sama pula.

Sempat juga beruntung nyasar masuk ke area VIP Hospitality Suite & Backstage yang lagi disiapin untuk players & team-nya The Rolling Stones tapi sayang tidak bole foto - foto dan akhirnya dengan ramah dan sopan kami dipersilahkan untuk meninggalkan area itu (a.k.a. diusir). Saya sempet bilang: Sorry i didnt know this is restricted area. Terus dijawab, aite mate, you’re way too early for the concert hahaha. Ramah.

Tapi disitu saya mulai merasa agak aneh, kok ini mau ada konser band sekelas Rolling Stones, tapi sama sekali nggak ada tanda – tandanya ya. Oke lah ada beberapa orang yang pake baju bergambar logo lidah atau gambar lainnya yang berhubungan dengan setun. Ada juga poster – poster yang sebenarnya kalau menurut saya lebih  berfungsi sebagai penunjuk arah atau penanda area konser. Bukan sekedar poster promo publikasi atau pajangan doang. Hmmm…waktu itu sudah sekitar jam 12an, 8 jam sebelom acara mulai, ketika kita meninggalkan MBS untuk menuju daerah Chinatown. Makan siang dan istirahat. Saya berangkat dari Bandung jam 1 pagi, dan belum tidur sampai jam ini. Lapar dan capek. Harus istirahat supaya seger pas amedeeuuhh :P

Di kamar hotel, kita mulai cemas karena ngantuk menyerang dan waktu udah menunjukan jam 2 sore. Kalau molor takut kabablasan. Emang masih lama sih ke jam konser, tapi kita berencana untuk dateng awal sekitar jam 4 – 5 an, karena takut akan kehabisan merchandise. Ini beralasan karena dengar cerita dari beberapa kawan yang pernah nonton konser di Singapur sebelumnya bilang kalau merchandise itu cepat abis. The police, Metallica dll.  Apalagi ini The Rolling Stones. Cukup beralasan buat kami. Nggak tau deh kalau orang lain mah. Walhasil tidur pun tak nyenyak, jam 4 bangun dan jam 5 sore berangkat lagi ke MBS. Ajakan makan malam dari beberapa orang kami tolak demi merchandise konser. Pasti rame dan parebut nih. #WAE!!

Sampe lagi di MBS sekitar jam setengah 6 kurang sedikit. Udah lumayan ramai lah. Lebih ramai daripada pas sebelumnya kita kesonoh. Makin banyak yang pakai kaos dan atribut setun lainnya. Mulai banyak yang ngobrol pakai basa Indonesia juga. Tapi tetap keramaiannya masih tidak seperti akan ada konser Rolling Stones. Cenderung seperti keramaian mau acara kawinan. Kita langsung ke lantai 5 seperti yang sudah kita survey sebelumnnya. Deg – degan takut sudah abis atau paling nggak penuh. Sampai di level 5…OOH MY GOOOODDDD!!! Booth merchandise berdiri dengan gagahnya dihiasi berbagai macam merchandise konser yang walaupun hargana awis tapi pikabitaeun. Kosong dan masih banyak stok. Nggak penuh. Nggak rebutan. Apalagi sampai rusuh. Dua nol nih, setelah kecele pas penukaran tiket, sekarang kecele lagi pas beli merchandise. Yaah, lega rasanya deh..bisa pilih – pilih dengan tentram.

Beres urusan merchandise, saya coba untuk cari dimana itu Door 2. Dan ketemulah dengan mudahnya. Masih sepi. 2 jam menuju konser dan hanya ada sekitar 4-6 orang aja disitu. 2 jam menuju konser The Rolling Stones, dan masih sepi. Gimana sih ini?? Di pintu itu berdiri seorang pria berbadan kecil, umur nya sekitar 60 tahunan lah. Dialah sang penjaga pintu. Bukan sekuriti. Tapi penjaga pintu. Saya tanya, jam berapa pintu di buka. Dia jawap, 7pm. Saya bilang, ok thanks, I think I’ll go downstair and get myself something to eat now. Dia bilang, ya ya ya..have yourself and enjoy. Just go back here at 7pm take your time lah. Ramah sekali. Saya turun lagi ke area MRT karena disitu ada 711. Beli makanan kecil dan minum terus nongkrong di luar MBS sambil nonton live music di event plaza dimana ada giant screen yang akan menyiarkan langsung konser dari dalam.

Sekitar jam 7an, Eben nge-wasap dan ngasih tahu kalau dia udah ada di atas. Saya dan Glen naek lagi. Sempet panik sedikit karena salah naek escalator dan kebawa ke Garden di rooftop jadi kudu muter dan turun lagi. Sepanjang perjalanan naik sampe ke Door 2, saya disambut sekitar 2 ato 3 orang panitia. Rata – rata cewek masih muda. Gareulis oge.

Excuse me, are you going to the concert? Have you got you ticket yet? May I have a look?

Oh yes I am. Here’s my ticket.

Lalu biasanya dia menunjukan arah kemana saya harus pergi. Good hospitality and service. Karena dia tahu, atau panitia tahu bahwa akan banyak pendatang orang asing yang akan nonton konser itu, dan pasti akan banyak yang bingung. Saya dan Glen termasuk yang “SOK TAU” dateng duluan untuk cari tau. Padahal sebenernya nggak perlu. Tapi ya udah lah….kagok blo’on hehe

Sampe di Door 2…lagi – lagi sempet kaget lihat antrian yang “agak” panjang. Mungkin ini antrian terpanjang yang saya temui hari itu. Orang – orang tapi begitu pintu dibuka 10 menit kemudian, tidak sampe 5 menit saya sudah melewati Door 2, melewati si bapak penjaga pintu (bukan sekuriti) dan luntang lantung di lobby…yang ternyata, ada booth merchandise lagi. Laah…kecele lagi aja nih kita. Tiga nol.

Saya lanjut menuju ke area yang tertera di tiket saya. Section 205, Row AH, Seat 53. Sebelah kiri panggung, pagigir – gigir sama big screen. Lagi – lagi saya disambut sama mbak – mbak pake jilbab yang dengan ramahnya menunjukan kemana saya harus melangkah. Saya langsung menuju ke Section yang ditunjukan, lalu ke Row AH. Sampai disana, (lagi – lagi) saya disambut oleh seorang perempuan. Kali ini ibu – ibu umurnya sekitar 50 tahunan. Hello have you found your seat yet? May I see your ticket. Dan tanpa diminta dia langsung antar ke seat saya. Saya duduk disitu sekitar 2 menitan. Mencoba mempelajari situasi. Tadinya saya sangat pasrah begitu liat lay out dan saya temukan seat saya ada rada jauh  di sebelah kiri panggung, tapi ya nggak apa – apa lah, niat saya adalah hadir disitu. Nggak bisa lihat jelas nggak apa – apa. Cukup denger The Rolling Stones maen Live juga udah rejeki. Lagian, posisi Keef Richard selalu ada di kiri panggung kok hehehe. Tapi ternyata, not so bad lah. Jarak pandang saya masih bagus. Bisa liat dengan jelas meskipun jauh. Alhamdulilah. Tinggal nunggu jreng ini mah.

Konser mulai masih lama. Saya bangun dan berjalan keluar area Row 205. Si ibu tadi nyamperin dan nanya, Something wrong? You need anything? Saya bilang No everything’s fine. I am just trying to find the restroom because I think once the concert started and I need to take a leak it’s gonna be hectic to find the toilet. Dia jawab, No it’s ok. You go find me I’ll show you the way. Ooh ok then. Enak nih kagak ribet nongton konser. Dan saya pun keluar ke lobby yang nyaman dan banyak makanan.

Ketika konser berlangsung, sekitar lagu ke 3, kejadian lah, pengen pipis. Dan si ibu tadi antar saya sampe area exit door dimana di sebelahnya ada toilet. Gampang padahal mah nggak usah diantar segala bu, jadi malu nih. Kerennya, pas saya keluar toilet, doi masih disitu dan bilang Let’s go I take you back to your seat. Dan dia memandu jalan pake senter. Padahal saya adalah penonton dari kelas yang paling murah di konser itu. Berasa kayak nongton bioskop gitu lah. Dan ini adalah konser The Rolling Stones.


(photo courtesy of www.iorr.org)

Naah…highlight dari semua tetek bengek yang saya ceritaken diatas adalah begini, konser The Rolling Stones “14 On Fire” di Sands Grand Ballroom, Marina Bay Sands Singapore ini mungkin adalah konser yang terbilang “sederhana” dan “kecil” untuk band sekelas mereka. Jumlah penontonnya mungkin. Cuma sekitar 5000 – 6000 orang. “Intimate Concert” kalau istilah kerennya mereun. Dan saya merasa sangat beruntung karena bisa ada disana. Sampai akhirnya bisa pindah posisi ke deket panggung dan lihat my hero Keef Richard dari dekat.


(photo courtesy of www.japantimes.co.jp)

Tapi tetep, yang bikin saya kaget dan kagum adalah, untuk konser band sekelas The Rolling Stones, di tempat seperti MBS itu, dimana ada pertokoan (mall), tempat wisata, tempat kegiatan lain, kawinan, seminar dan lain – lain, bergabung dengan orang – orang lain yang mungkin nggak tau bahwa sedang ada konser one of the biggest rock n roll band disitu…. tapi saya tidak menemukan ada polisi atau sekuriti atau keamanan atau tentara atau ormas yang badannya sagarede kios atau apapun itu yang galak – galak. Pihak panitia hanya menempatkan orang – orang sipil, yang kebanyakan perempuan, dan anak – anak muda, malah ada beberapa lansia juga.

Mereka sepertinya tidak khawatir bahwa akan terjadi sesuatu di konser itu. Sepertinya pemerintah Singapur, penyelenggara termasuk Managemen The Rolling Stones percaya pada warganya dan yakin bahwa tidak akan ada “oknum” yang membuat ulah di situ. Saya sih yakin, kalau pihak keamanan atau polisi atau siapapun itu pasti ada lah..asa nggak mungkin kalo sampe nggak ada mah. Cuman mungkin mereka memang tidak terekspos. Sembunyi - sembunyi manis gitu mereun.

Ini mungkin karena orang – orang di sana sudah sebegitu kuatnya dengan disiplin menaati peraturan, sehingga bisa diyakinkan bahwa kalau memang ada larangan untuk berbuat sesuatu dengan penalti atau hukuman yang akan diberikan, maka larangan itu akan dipatuhi. Dan itu berpengaruh kepada pendatang, tamu atau turis. Ambil contoh antrian di depan Door 2 dimana cuma ada si bapak penjaga pintu (bukan sekuriti), di depan pintu ada garis merah bertuliskan “Please stand before the red line”, dan sampai saatnya pintu dibuka, peraturan itu dipatuhi, tanpa perlu si bapak memperingatkan sekalipun.

Sekarang bayangkan kalau konser itu di adakan di negeri ini…duh…coba bandingin sama sedikit cerita saya di awal tentang konser Mick Jagger di Senayan 26 tahun sebelumnya. Polisi, sekuriti, tentara, anjing penjaga, ormas, preman. Di pintu masuk berdiri beberapa orang yang galak berbadan segede tanggungan kurupuk. Sekuriti, bukan penjaga pintu. Tidak ada yang bisa disalahkan. Ini tidak berlebihan. Dan itu baru Mick Jagger, bukan Rolling Stones.

Apa yang saya pelajari dari sedikit pengalaman yang saya ceritakan diatas adalah bahwa semuanya haruslah kembali ke individu masing – masing, terutama kita – kita para penonton, penikmat konser – konser musik, terutama music rock, baik lokal maupun luar negeri, baik skala kecil apalagi yang besar. Semuanya pasti ingin acara konser berlangsung dengan lancar dan damai tanpa ada keributan atau kejadian yang merugikan.

Terimakasih.

I know it’s only rock ‘n roll, but I like it!

Bassist of:
Pure Saturday
D'Ubz Bandung
A4/Akustun Band

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner