Plagiat  dan Azas “Kebetulan” (bag. 2)

Plagiat dan Azas “Kebetulan” (bag. 2)

“Selama tidak lebih dari 8 bar (atau 7 atau entah berapa), maka tidak bisa disebut menjiplat atau plagiat”.

Kurang lebih begitulah istilah yang sempat menjadi ramai beberapa tahun ke belakang, kalau tidak salah saat itu ketika lagu Sheila On 7 yang berjudul “Anugrah terindah yang pernah kumiliki” dianggap menjiplak nada dari lagu “Father And Son”- nya Cat Stevens (Yusuf Islam). Coba kalao sedikit kita dengar bagian lagu ini:

Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna-warna indahmu

Lalu dengar lagu ini:

It's not time to make a change,
Just relax, take it easy.
You're still young, that's your fault,
There's so much you have to know.

Kalau diperhatikan memang ada sedikit kemiripan nada di 2 lagu itu. Tapi kalau saya bole bilang, kayaknya tidak ada unsur penjiplakan disitu. Mungkin memang hanya sekedar kebetulan. Sama dengan lagu Isyana dan Maroon5 yang sebelumnya saya ceritakan. Saya ingat betul waktu itu bagaimana ramainya orang – orang membicarakan tentang lagu Sheila on & yang dianggap menjiplak lagu Cat Stevens, sampai akhir keluarlah “fatwa” mengenai “selama tidak lebih dari sekian bar bla bla bla….” tadi. Entah siapa yang pertama mencanangkan “fatwa” tersebut. 

BACA JUGA - Plagiat dan Azas “Kebetulan” (Bag. 1)

Di tahun 90an & 2000an juga sempat ramai perbincangan mengenai jiplak menjiplak ini. Lagu – lagu band Potret seperti “Bagaikan Langit” & “Diam” dianggap menjiplak lagu “Good Life” & Say It Ain’t So” dari Weezer. Tapi sebenernya fenomena ini sudah ada dari tahun – tahun sebelumnya. Banyak sekali lagu – lagu di Indonesia yang ternyata sama dengan lagu – lagu dari luar negeri. Kalau kita bicara soal plagiarism atau penjiplakan, wah saya tidak tahu harus bersikap gimana. Contoh dari beberapa lagu – lagu lama yang menurut kuping saya, dan mungkin beberapa orang lain sama dengan lagu lain (luar negeri) adalah :  Hatimu Hatiku – Somewhere Between, Kopi Dangdut – Moliendo Café, Merah Delima – Under The Boardwalk dan bahkan lagu tradisional seperti Panon Hideung sama dengan lagu asal Negara eropa timur berjudul “Dark Eyes”. Apakah contoh lagu – lagu tadi memang hasil jiplakan atau memang kebetulan mirip, atau malah sudah mempunyai izin seperti cerita lagu Dewa19, saya kurang apal.

Beberapa dari lagu tersebut hanya ada yang hanya mirip sebagian, tetapi ada juga yang mirip secara keseluruhan. Ada yang cuma mirip di bagian instrument, misalkan gitar atau piano “lick” nya saja…ada yang mirip dibagian nyanyi atau vokalnya. Atau mungkin hanya sekedar “keidean” karena didasarkan oleh pengaruh musik seseorang atau “ter-influence”. Tapi bisa jadi cuma karena perasaan saja, seperti misalkan, ada sedikit fill gitar Mas Andra Ramadhan (Dewa19) di lagu Kirana terdengar seperti fill gitar Steve Howe (YES) di lagu Changes. Lalu melody di lagu Huma Di Atas Bukit yang terdengar seperti melody gitar lagu Firth Of Fifth-nya Genesis. Intro petikan gitar lagu “Sore Tugu Pancoran” bang Iwan Fals terdengar seperti intro petikan gitar lagu Kansas “Dust In The Wind”.

Oh satu lagi contoh adalah…lagu tema grup lawak Warkop “nongkrong di warung kopi” buat saya terdengar sama dengan lagu “Guide Me Home My Georgia Moon” yang kalau tidak salah adalah milik penyanyi country jaman baheula bernama Mel Tillis. Entah kebetulan atau tidak saya juga tidak tahu. Mungkin karena pada awal kemunculannya grup lawak Warkop memang sering memparodikan lagu – lagu asing dan pada saat itu jenis music “country” memang sedang digemari. Ya saya sebagai penggemar berat Warkop dan penikmat musik “country” terutama “Bluegrass” sih seneng – seneng aja.

Oke, kembali lagi ke masalah plagiarism. Perkara ini bisa menjadi urusan besar sampai ke ranah hukum apabila memang ada pihak – pihak yang ingin mengangkatnya. Kasus yang terakhir terdengar di dunia internasional adalah ketika sebuah grup musik rock bernama Spirit mengklaim bahwa intro fenomenal lagu “Stairway To Heaven” milik grup rock legendaris Led Zeppelin menjiplak intro lagu miliknya yang berjudul “Taurus”. Kasus ini diajukan oleh pihak yang mengaku mewakili grup Spirit. Kasusnya sendiri diajukan atas nama gitaris Spirit, Randy Wolfe yang sudah meninggal tahun 1997, yang diklaim sebagai pencipta intro lagu “Taurus” yang di jiplak oleh gitaris Led Zeppelin, Jimmy Page untuk intro lagu “Stairway To Heaven”. Kasus ini menjadi perhatian dunia musik international & Jimmy Page sendiri sempat menjadi bahan cercaan dan di-bully di social media karenanya. Setelah melalui masa siding beberapa kali, akhir nya pengadilan memutuskan bahwa Jimmy Page & Led Zeppelin tidak bersalah dengan dasar bahwa “tidak ada kemiripan” dari kedua intro lagu tersebut. Saya sendiri sempet penasaran dan mencoba mendengarkan dengan seksama kedua intro lagu tersebut, dan hasilnya….saya sama sekali tidak mengerti. Gelap. Karena memang tidak ada kemiripan.

Led Zeppelin cleared of plagiarism in Stairway case

“Led Zeppelin did not copy the opening chords of Stairway to Heaven from the US band Spirit, a US jury has found”.

It said the riff Led Zeppelin was accused of taking from Spirit's 1967 song Taurus "was not intrinsically similar" to Stairway's opening.

Jimmy Page and Robert Plant said they were grateful to "put to rest questions about [its] origins... confirming what we have known for 45 years".

The case was brought on behalf of Spirit's late guitarist, Randy Wolfe.

During the trial, defence lawyers argued the chord progression in question was very common and had been in use for more than 300 years.

The plaintiff's lawyers had argued Led Zeppelin became familiar with Spirit's song after the two bands played on the same bill at a club in Plant's hometown in Birmingham in 1970, a year before Stairway to Heaven was released in 1971.

Begitu kurang lebih isi berita dari BBC.com mengenai kasus ini. Untuk info lebih lanjut silahkan cek di sini

Masalah plagiarism atau penjiplakan ini memang sangat sangat mengganggu. Ketika ada anggapan bahwa kreatifitas di musik cuma dibatasi oleh “Solmizatio” (solmisasi) yang cuma tujuh nada; Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si lalu kembali lagi ke Do yang naik 1 oktaf, maka kecenderungan terjadi kesamaan nada di antara 1 lagu dengan lagu lainnya adalah sangat sangat besar. Tetapi ini memang tidak bisa di jadikan pembenaran sebagai “azas kebetulan”. Karena sebenarnya banyak cara untuk mengolah lagu agar bisa terdengar berbeda.

Sebagai pemusik saya dan juga kawan – kawan lain pasti dipengaruhi atau “ter-influence” oleh pemusik lain. Hal ini juga bisa menjadi factor yang akhrnya bisa menyeret ke lahan plagiarism atau setidaknya “kebetulan mirip”. Karena pada dasarnya saya dan kawan – kawan saya di Pure Saturday adalah penikmat karya – karya dari band progresif seperti Rush, Marillion, Genesis, YES dan juga band – band Hard Rock macam Motley Crue, KISS dll, maka ketika album terakhir Pure Saturday muncul pengaruh dari band – band tersebut terdengar sangat jelas, dan saya tidak mengelak ketika ada yang bilang: “De, lagu horsemen intro na niru intro Run Like Hell – Pink Floyd nya?”. Emang iya. Ngga seluruhnya, tapi the idea of the tones was indeed influenced by that song. (Untuk jelasnya, silakan baca blog saya, ademuir.tumblr.com

Kalau kurang hati – hati, hal ini bisa dengan gampang nya menjadi senjata bagi orang – orang untuk menempelkan label “penjiplakan” kepada musisi. Kalau kita browsing di internet dan mencari berita atau apapun yang berkaitan dengan plagiarism atau penjiplakan, akan banyak sekali kita temukan artikel atau tulisan yang menurut saya sebagai “one sided prejudiced”, tuduhan tanpa tahu cerita sebenarnya, tanpa pikir panjang. Seperti cerita lagu “Cintaku Tertinggal Di Malaysia”. Kalaupun ada penjelasan atau klarifikasi, tudingan akan dengan mudah bergeser ke arah labeling sebagai “tidak kreatif”.

Kasus plagiarism juga tidak pandang bulu. Dengan berbagai macam cerita saya diatas dan di tulisan sebelumnya, saya tidak bermaksud untuk menggiring opini bahwa musisi di Indonesia itu miskin kreatifitas dan cumin jago niru.  Masalah ini banyak terjadi di dunia, dari yang skala kecil hingga besar, dari artis kelas kacang sampai artis kelas jambu Bangkok. Dari yang terbukti tidak bersalah seperti Led Zeppelin hingga yang akhirnya harus membayar denda serta uang rolyalti yang super duper besar karena memang terbukti bersalah.

Pemusik sekelas John Lennon pernah bermasalah ketika lagu The Beatles berjudul “Come Together” dianggap mirip dengan lagu “You Can’t Catch Me” milik Chuck Berry. Coldplay pernah dituntut oleh gitaris rock Joe Satriani karena ada bagian lagu “Viva La Vida”, kalau tidak salah bagian reff-nya; “Be my mirror, my sword and shield, my missionaries in a foreign field…” yang nadanya dianggap meng-kopi nada lagu “If I Could Fly” milik Joe Satriani di bagian reff-nya juga; “tooeett teeet teee teeeettt…toeettt teeet…” (Tidak ada liriknya karena emang instrumental. Tapi nadanya kurang lebih begitu lah). Kalau di dengar – dengar memang sedikit mirip. Tapi setelah proses persidangan, akhirnya dinyatakan tidak ada kemiripan.

Kasus yang terbilang cukup besar dan fenomenal adalah ketika lagu rap yang awal 90an berjudul “Ice Ice Baby” menjadi hits di hamper seluruh belahan dunia. Lagu ini menggunakan sampling basslines dari lagu Queen & David Bowie berjudul “Under Pressure”. Hampir semua orang menganggap dan berpendapat bahwa intro bass yang fenomenal tersebut adalah jiplakan jelas – jelas dari lagu “Under Pressure”, kecuali Mister Vanilla Ice sendiri yang kekeuh bahwa itu bukanlah nada jiplakan. Pada akhirnya, beliau mengakui dan setuju untuk membayar denda serta royalty kepada Queen & David Bowie dalam jumlah yang terbilang sagat besar, karena lagu “Ice Ice Baby” sendiri pada saat itu sangat lah popular dan laku dimana – mana.

Terkadang, si artis atau pemilik / pembuat karya tidak mempermasalahkan apabila ada karya lain yang dianggap mirip atau menjiplak karya miliknya. Selama mungkin karya tersebut tidak jelas – jelasan atau 100% mirip dengan karyanya. Tapi jangan lupa, aka nada pihak lain yang selalu siap sedia meng-“handle” masalah ini. Ada yang namanya pemegang hak cipta, atau publisher atau apapun yang sejenis. Dalam kasus lagu “Come Together”, tuntutan datang dari pihak yang mengklaim sebagai pemegang hak cipta dari karya – karyanya Chuck Berry. Sementara Chuck Berry nya sendiri terkesan masa bodoh dengan masalah ini. Mungkin yang ada dipikirannya saat itu, kalau tuntutannya berhasil ya lumayan jadi duit, kalo ngga pun ya ngga apa – apa toh udah banyak duit. Just goofing around though.

Apakah memang ada hukum atau UU yang jelas dan kuat mengenai masalah ini saya juga kurang tahu. Mungkin ada kawan – kawan yang lebih mengerti tentang “legal matters” dari urusan plagiarism ini maka akan sangatlah membantu. Membantu para musisi dan juga public untuk tidak dengan gampang mengeluarkan pernyataan atau tudingan mengenai plagiarism atau penjiplakan.

Apa yang saya tulis disini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan siapapun, atau membongkar aib / cacat siapapun. Hanya sekedar gambaran apa yang memang sudah dan banyak terjadi disini bahkan dimanapun. Ide dan kreatifitas dalam bermusik itu tidak terbatas dan bisa datang dari manapun dan keluar sebagai karya dalam bentuk yang banyak dan dalam berbagai rupa. Publik atau pendengar punya hak untuk memberikan penilaian apapun. Terkadanag tanpa piker panjang. Hanya saja memang tidak gampang untuk membuat satu karya yang 100% berbeda dengan karya lain. Maka dari itu diharapkan, jangan gampang pula lah public untuk menilai karya tersebut. For personal purpose, fine by me. For public purpose, think deeply.

Bassist of:
Pure Saturday
D'Ubz Bandung
A4/Akustun Band

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner