Cerita dari Black Teeth, Tentang Perjalanan Bermusik dan Hadirnya Dua Senjata Baru

Cerita dari Black Teeth, Tentang Perjalanan Bermusik dan Hadirnya Dua Senjata Baru

Walau menghadapi pro dan kontra terhadap karya musik mereka, Black Teeth tidak mundur dan terus meliar di ranah musik independen Indonesia.

Memulai cerita tentang Black Teeth, maka kata yang dapat mewakili terbentuknya band ini adalah ketidaksengajaan. Dimulai dari seringnya mengunggah karya berupa curhat dari Said Satriyo (vokal) di salah satu kanal layanan musik streaming, hingga masuknya satu persatu personil yang mengawali formasi Black Teeth, yaitu Eno (drum), Choky (gitar) dan Jerry (bass). Pergerakan grup ini mendapat respon dari dua arah yang berbeda: pro dan kontra, berkenaan dengan lirik yang terkesan sarkastik dan vulgar di tengah balutan musik Punk Rock era 70’an. Black Teeth menuliskan tema secara jujur yang beranjak dari pendapat personal. Hari ini, Black Teeth telah merampungkan dua album penuhnya yang bertajuk S/t (2014) dan Bleki (2016).

Formasi tersebut tidak bertahan cukup lama. Dua musisi kenamaan Indonesia, Choki dan Eno yang juga berkiprah di NTRL tidak hengkang dari tubuh Black Teeth di awal tahun 2017. Sepeninggalnya kedua musisi tersebut, Black Teeth sempat menghilang beberapa waktu. Sampai di sekitaran Bulan April - Mei tahun ini, mereka menemukan pengganti bernama Arya (gitar) dan Morris (drum), dari teman mereka Rey dan Viki (Kelompok Penerbang Roket).

Said Satriyo dan Jerry sempat bercerita tentang kisah awal dari Black Teeth. Mereka mengungkapkan salah satu aib yang paling berkesan saat tampil di Kota Bandung untuk kali pertama. Saat itu, mereka menuai kontroversi karena image dari lagu Black Teeth. Tapi, di satu sisi, akibat aib tersebut mereka mendapat respon yang positif di lain pihak. Sampai saat ini, Black Teeth masih digandrungi oleh para fansnya, yang ketika menemukan flyer bertuliskan nama "Black Teeth", mereka pasti berpesta bersama.

 

Setelah berhasil merilis Bleki, kegiatan apa saja yang kalian lakukan, terutama sejak hadirnya personil baru di tubuh Black Teeth?
Satriyo
: Setelah rilis album kedua, kita memang sempat hilang karena susah bagi waktu. Kita punya kesibukan sendiri-sendiri, terus yang akhirnya ternyata si Choki dan Eno juga punya timeline sendiri sama NTRL yang memang itu rumahnya mereka. Jadi, mereka fokus disana, dan mulai dari April - Mei kita jalan cuma berdua (Satriyo dan Jerry), tanpa Choki dan Eno. Terus kita rilis single kedua judulnya “Pesta Di Neraka”, dan seiring berjalannya waktu kita menemukan dua personil baru. Kita juga nggak ada audisi, cuma nyari-nyari aja, sampai akhirnya gue dikenalin sama Arya. Sebenarnya, waktu itu gue dan Arya dikenalin sama Rey (Kelompok Penerbang Roket), karena waktu dulu KPR sering cover lagu Black Teeth “Bodo Amat” kalau mereka manggung. Gue sempat diajak buat nyanyi, dan disitu gue dikenalin sama Arya oleh Rey. Cari tau tentang Arya di Instagram, kayak kepo pengen deketin cewek gitu (tertawa), terus gue bilang "wah, keren banget nih gitaris umur 19 tahun," dan langsung tembak aja.
Jerry: Kemarin kita juga sempat coba ngejam ya bareng dia?
Satriyo: Iya, kita juga sempat ngejam sama Arya bareng-bareng. Terus, kita sempat dibantu juga sama Viki (Kelompok Penerbang Roket). Waktu itu, kita baru ketemu sama Arya dan sempat bikin video bareng juga sama Viki dan Rey. Nah, jadi Viki ini punya sahabat dari kecil, namanya Morris. Kebetulan, Morris sempat pernah satu band juga sama Jerry dulu. Akhirnya, kita ngobrol nongkrong gitu. Kita nggak jamming sama sekali. Setelah itu, jadi deh dia drummer kita, dan akhirnya kita berempat lagi.

Untuk Arya dan Morris, sebelum gabung di Black Teeth, kalian berdua main di proyek musik apa?
Arya
: Kalau gue sebenarnya solo karir, pakai nama gue sendiri: Arya Novanda, bawain musik Blues Rock. Tapi, gue juga punya proyek trio Blues Rock. Disitu, gue jadi vokalis. Masih berjalan juga sekarang.
Morris: Kalau gue panjang ceritanya nih. Awalnya itu tahun 2005. Dulu, gue sempat sama The Hydrant, terus gue sempat bikin band Alternative juga. Kalau sekarang, selain sama Black Teeth, gue juga jadi additional sama Andra & The Backbone dan proyek sama mantan personil Plastik (Ipang, Didith, dan Aray), namanya Daddy & The Hot Tea mulai tahun 2012. Kalau untuk band sekarang, gue sama Black Teeth, Daddy & The Hot Tea, dan additional Andra & The Backbone.

BACA JUGA - Si Komplotan Urakan Bernama Black Teeth Akan Hadir Selasa Ini!

Apa yang kalian rasain setelah gabung di Black Teeth?
Morris
: Dulu pas awal ketemu nih, gue minum "susu"nya bareng sama mereka (tertawa).
Satriyo: Iya, jadi sebelum kita ngejam, kita minum susu dulu bareng-bareng. Ketika dia mau minum susu bareng kita, "wah, ini orang kayanya OK nih!", ya udah langsung gabung aja. Tapi, kalau Arya minum teh (tertawa).
Arya: Hahaha... Kalau gue belajar minum susu (tertawa), guru gue nih Morris. Sebenarnya musiknya Black Teeth udah sempat gue dengerin juga. Lagunya asyik, walau gue nggak banyak dengerin musik Punk sebenarnya. Cuma, gue suka sama energinya di band ini. Ya udah, bengak lah hahaha...

Gue pingin nanya ke Black Teeth, emang benar penampilan kalian pernah dikecam?
Satriyo: Oh yang itu... Iya, waktu itu sempat main di salah satu acara radio Bandung juga. Jadi, pas kita udah rilis album pertama, kita diundang untuk tampil on air di sebuah kafe di daerah Riau, Bandung, prime time. Waktu itu memang kita minta sama manajer Black Teeth untuk crosscheck ke radio tersebut, "ini beneran kita diminta main di prime time?", soalnya prime time loh. Jadi, waktu itu kita diminta main jam 8 - 10 ya? (Jerry mengiyakan pertanyaan Satriyo). Setelah pihak manajer kita bilang OK sama pihak produser acaranya, ya udah kita langsung datang ke Bandung untuk main di acara itu. Pas udah sampai di kafenya, disediakanlah seluruh sarana susu-susu yang diinginkan segala pihak waktu itu, sekaligus meriahkan suasana kan.
Jerry: (menambahkan) Bahagialah hidup kita waktu itu.
Satriyo: Terus, waktu itu kita main dan tiba-tiba di cut. Jadi, yang harusnya itu live on air dicut sama pihak penyelenggara dan nggak diputar. Waktu itu rasanya kayak cepat banget sih. Pas kita udah main, dicut, digiring ke mobil, langsung dibawa pulang ke Jakarta. Katanya, yang punya radio mau datang, jadi kayak pingin bilang "Black Teeth jangan ke Bandung dulu" (tertawa). Tapi, ternyata di satu sisi momen waktu itu, kita disupport sama Gebeg dan Eben, terus ngundang kita untuk main di acaranya mereka, Extreme Moshpit yang di Ancol kemarin itu.

Selain dari pihak yang kalian maksud itu, ada pihak lain nggak yang mengkritisi tentang lirik lagu Black Teeth?
Jerry: Banyak sih sebenarnya ya?
Satriyo: Iya, banyak sih sampai nyokap gue aja kritik, hahaha...
Jerry: (tertawa) Kalau pro dan kontra, pasti ada lah ya kan, tapi paling berkesan ya acara di radio itu sih, disuruh pulang langsung anjir, hahaha...
Satriyo: Orang radionya bilang, “tuh mobil, langsung masuk! Masuk!

Memangnya, apa alasan kalian bikin lirik lagu yang bernada vulgar? Apa memang itu konsep yang Black Teeth angkat?
Satriyo: Waktu itu pribadi gue memang lagi mengalami fase yang sedang murka sekali. Ini kayak jadi curhat gitu loh. Gue melihat kayak banyak kebohongan-kebohongan dan kemunafikan yang sebenarnya banyak kita temui di kehidupan kita sehari-hari, tapi tidak diangkat dalam sebuah karya. Dalam artian, kita kayak lihat-lihat banyak fenomena yang benar. Orang mabuk-mabukan, bersebutubuh dimana-mana, itu kan semacam apa ya, fenomena-fenomena yang wajar kita temui. Gue coba jujur terhadap diri sendiri untuk mengangkat tema-tema tersebut ke dalam karya musik yang gue buat waktu itu. Nggak ada ekspetasi pingin dilihat orang atau gimana, tapi dari karya tersebut Eno tertarik untuk join dan ngajak Choky sama Jerry sampai jadi album. Di respon sama mayarakat, pro dan kontra, jadi album kedua, dan sekarang kita berempat.

Dari album yang sudah dirilis, perbedaan dari segi temanya bagaimana sih?
Satriyo: Kita dalam songwriting coba eksplor. Kalau di album pertama, mungkin komoditi bukan untuk didengar, karena semuanya serba cepat dan rekamannya pun teknik live record. Tapi, ternyata setelah album pertama keluar dan kita punya pendengar, lanjut album kedua keluar, terus kita kasih nama Bleki.

Balik lagi sama personil baru nih. Kalian pasti akan merilis sesuatu kan bersama dua personil baru ini? Sudah terpikirkan elemen musik seperti apa nantinya di Black Teeth?

Satriyo: Kalau itu...
Jerry: Kalau materi, sebenarnya kita ngerjainnya selalu bareng-bareng. Ya, udah pasti materinya akan sangat Black Teeth, tapi yang namanya ada personil baru, ada otak-otak baru, dan ide-ide baru juga. Balik lagi sih, pasti orang-orang akan menilai kayak, “wah ini beda banget sama yang sebelumnya” atau “sama-sama aja kayak yang dulu”. Cuma, kita merasa di Black Teeth, spirit berkarya masih sama kayak dulu, cuma apa yang nanti keluar ya bagaimana orang yang menilainya beda atau sama aja.

Bagi Aryo dan Morris, mungkin ada tambahan tentang musikalits yang akan kalian tanamkan nantinya di Black Teeth?
Arya: Ya, pasti ada influence baru lah dari kita. Maksudnya, gue juga bukan Punk doang gitu. Beda-beda gitu influence-nya, dan pasti ada tambahan baru lah nantinya.
Morris: Kalau gue, lebih enakin aja sih gue, enakin teman-teman yang lain (tertawa). Gimana, ya kan? Hahaha...
Jerry: Intinya semuanya senang? “Senang om,hahaha...
Satriyo: Karena, menurut Bapak Gebeg (Taring), tetap tersenyum dan main band. Kalau main band tidak tersenyum, tidak usah (tertawa).

Terakhir, kira-kira kapan sih Black Teeth rilis sesuatu?
Satriyo: Pinginnya sih tahun ini...
Jerry: Akhir tahun ini, rencananya. Mau rilisin komik porno (tertawa). Belum tau lah, yang pastinya kita bakal rilisin sesuatu. Kalau ngomongin waktu, kita sebenarnya pingin cepat sih, cuma lihat nanti aja ya?
Satriyo: Iya, kita masih perlu persiapan secara detail.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner