Video Musik Trio Rock Superfine Ajak Selami Depresi dengan Bijak

Video Musik Trio Rock Superfine Ajak Selami Depresi dengan Bijak

Foto didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan.

Dua tahun berlalu pasca album mini Rabbit Hole yang dirilis Bhang Records muncul ke permukaan, grup trio yang meleburkan diri ke dalam esensi rock, Superfine akhirnya merilis musik video berjudul serupa dengan album "Rabbit Hole" tersebut. Superfine adalah trio pengusung rock purba yang beranggotakan Nancy Christ (vocal), Tiar Renas (gitar), dan Ghusni Ibrahim (gitar).

Terhitung sejak Sabtu, 13 April 2019, musik video milik Superfine dapat disaksikan melalui kanal YouTube resmi milik Bhang Records. Tanggung jawab penggarapan visual lagu "Rabbit Hole", Superfine mempercayakan tata visual kepada kolektif Gerombolan Struzzo yang juga berasal dari Bandung, kemudian diarahkan oleh penulis dan juga director Roufy Nasution. Sosok Roufy dirasa tepat untuk menggambarkan alur cerita tentang perjalanan ruh (pria) yang sudah nyaman berada di surga, namun ruh tersebut menolak sebuah tugas yang harus diembannya untuk kembali hidup di dunia.

“Secara alamiah “Rabbit Hole” dimaknai ke dalam dua bentuk. Bentuk pertama adalah tempat yang belum bisa dilihat oleh makhluk hidup dan bentuk tersebut adalah tempat yang mempunyai arti kebahagiaan atau hal-hal yang menyenangkan lainnya. Sedangkan bentuk kedua adalah sebuah tempat yang bisa dirasakan oleh seluruh makhluk hidup dan bisa dipakai untuk berlindung dari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Roufy Nasution, menjelaskan latar belakang cerita.

Untuk urusan siapa pemeran ruh pria yang menjadi karakter utama, diperankan oleh seorang aktor yang juga performing artist; Ali Imran berperan sebagai ‘Unborn Man’ dan bersanding dengan tokoh perempuan atau ‘Earth Woman’ yang diperankan oleh Maria Kristina. Di luar daripada itu semua, video musik ini turut melibatkan ragam kerja kolektif dari berbagai lintas disiplin ilmu, d iantaranya Magentalangit (lighting artist), Self Original Toy (SOToy) (Toys) dan rekan-rekan sejawat lain yang ikut serta berkontribusi.

“Apa yang kami pikirkan sejak awal, pada akhirnya bukan lagi ada pada titik se-esensial atau se-dalam apa mereka-mereka yang terlibat dalam video klip ini menerjemahkan isi dan makna lagu “Rabbit Hole”. Karena lebih dari itu ada hal yang jauh lebih penting, terutama untuk kami rayakan; yakni sebuah perayaan kebahagiaan dalam konteks yang paradoksal, atau pun sebaliknya. Satu catatan penting lain, ragam dekonstruksi, diskursus hingga kolaborasi yang terjalin justru menjadi hal yang paling menarik dan selalu kami syukuri atas apapun yang terjadi terhadap karya-karya kami, termasuk music video “Rabbit Hole”,” beber Tiar Renas.

Cerita di balik lagu "Rabbit Hole" cukup kompleks. Lagu ini terinspirasi dari kondisi mental – gangguan kejiwaan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik serta jiwa pada individu akibat sering disepelekan. Dalam konteks yang lebih luas, biasa dikenal dengan depresi. Dilansir berdasarkan data dari badan kesehatan internasional WHO dan sampai dengan tulisan ini dimuat, tercatat lebih dari 300 juta orang di dunia mengalami depresi. Ringan hingga berat, dengan kondisi depresi yang berbeda-beda. Depresi yang dimaksud, kemudian ada yang ditangani dengan obat-obatan, ada pula dengan pendekatan psikologis. Mereka yang kurang beruntung, urung ditangani atau tidak sempat tertolong, sebagian besar memillih menyudahi hidupnya. Mengobatinya ringkas. Singkat.

“Rabbit Hole” tidak bermaksud untuk meromantisasi bunuh diri, tapi tidak juga mengutuk langkah-langkah individu yang mengalami hal itu dan mengambil ‘jalan akhir’ tersebut. Superfine mengatakan, semua itu kembali ke pribadi masing-masing dan persepsi setiap individu, karena toh pada akhirnya individulah yang menentukan dengan mutlak pengalaman jiwa apa yang dibiarkan (atau terjadi) di kehidupannya.

“Pada akhirnya pesan dari lagu “Rabbit Hole” adalah jangan menyepelekan depresi, bila kita terlanjur terjatuh di dalamnya (sengaja atau tidak sengaja), nikmatilah dan habitati, jadikanlah itu kekuatan lalu ‘matilah’, dan lahirlah kembali,” ujar Nancy Christ’.

Selain video musik, lagu “Rabbit Hole”—termasuk album mini yang menaunginya, dapat dinikmati dalam format digital seperti iTunes, Spotify, serta pelantar musik lainnya. Selain itu, format kaset pita, dengan bonus aplikasi Music Art Station (MAS), yang mana merupakan salah satu solusi bagi pendengar/pembeli yang tidak memiliki alat pemutar kaset pita sebagaimana rilisan fisik yang ditawarkan namun tetap ingin memilikinya. Dapat diakses lewat aplikasi MAS.

BACA JUGA - Ultraviolence Menuntun Ber-Safari Menuju Sisi Gelap

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner