Menyelami Sosok Ratih dalam Album Terbaru Deredia ‘Bianglala’

Menyelami Sosok Ratih dalam Album Terbaru Deredia ‘Bianglala’

Sumber Foto : Diambil dari rilisan pers Deredia

Secara konsep, album ini menarik langgam pop yang mengambil latar waktu Indonesia era 1950-an, dengan sosok Ratih sebagai peran utamanya

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menentukan materi sebuah lagu, ada yang menciptakan lirik berdasarkan pengalaman pribadi, kisah percintaan, atau menciptakan satu tokoh dalam menceritakan sebuah lagu. Menanggapi pernyataan terakhir, nampaknya hal itu turut menjadi pola kreatif yang dibawa oleh Deredia dalam menciptakan benang merah album baru terbarunya yang berjudul Bianglala. Dalam album ini Deredia membentuk satu tokoh Bernama Ratih dan membangun ragam cerita di dalamnya.

Secara konsep, album ini menarik langgam pop yang mengambil latar waktu Indonesia era 1950-an. Sebagai gambaran, di era itu Sebagian besar warga dunia (termasuk Indonesia) tengah menikmati aroma kemerdekaan pasca berakhirnya Perang Dunia II. Di sini Ratih baru tumbuh dewasa, menikmati keceriaan bersama orang-orang terdekat, sampai dimabuk asmara.

“Cerita di album ini aku kembangkan dari elemen hidup Ratih, tokoh rekaan yang aku ciptakan. Ia memasuki masa remaja di dekade 1950-an; sudah paham cinta, berpacaran, sampai menuju pernikahan. Dia berhubungan dengan eks tentara asing yang bertugas di Indonesia,” kata Louise Monique Sitanggang, penulis lirik sekaligus penyanyi Deredia.

Kisah itu dijabarkan dalam tujuh lagu yang berdurasi total selama 21 menit ini. Lagu pembuka, “Pergi Tamasya”, menceritakan kegemaran Ratih berwisata bersama keluarganya mengisi waktu di akhir pekan. Tak heran, lagunya bernuansa ceria dengan bebunyian aneka perkusi. Karakter suara dan cerita di lagu pembuka ini menggambarkan nuansa keseluruhan album.

Keceriaan itu masih berlanjut di lagu kedua, “Bala-bala”, yang sering memantik eforia ketika dibawakan di panggung Deredia. Sesuai judulnya, lagu ini memang bercerita perihal kudapan merakyat, yakni bala-bala atau gorengan bakwan. Menyimak liriknya yang mendetil, pendengar bisa membayangkan gorengan bakwan garing yang masih hangat. Itu masih ditambah pula dengan penyebutan “kopi hitam atau teh tubruk” sebagai minuman pengiring yang tepat. Disebut juga “cabe rawit atau bumbu kacang” yang bisa menambah rasa gurih atau pedas. Ah, rasanya jadi ingin segera menyantap bakwan.

Bala-bala itu adalah cemilan kesukaan Ratih,” ucap Louise.

Di aksi panggungnya, Louise sering membawa bakwan dan membagikannya kepada Teman Perjuangan, sebutan bagi penonton setia Deredia. Irama polka yang rancak mengundang badan bergoyang.

Selain bertamasya dan menyantap bakwan, kegemaran lain Ratih adalah berpesta dansa di rumah, kebiasaan yang merebak di kalangan muda-mudi di dekade 1950-an. Pesta itu dihadiri handai-taulan, juga berpasang-pasangan. Lirik “Tuan-tuan menggoda/Nona-nona terlena” menggambarkan keseruan lagu berjudul “Pesta Dansa”. Tak lupa, Louise mengimbuhkan menu kudapan, seperti “Kopi, dodol, bakpia, onde-onde, lumpia”.

Seolah plot dalam film, album ini juga menceritakan kisah romansa Ratih yang tertera dalam sejumlah lagu. Tembang “Menanti Kekasih”, misalnya, menggambarkan penantian Ratih pada kekasihnya yang pulang ke negara asal. Rupanya, mereka memadu kasih jarak jauh, atau long distance relationship.

Pertemuan dua sejoli itu diceritakan pada lagu intim “Malam Bergelora”, yang dilepas sebagai singel pada Februari 2023 lalu, menjelang hari kasih sayang. Api asmara mereka membara pada lirik “Kecupan di bibir yang kau berikan/Membawa gelora di hatiku.” Dijelaskan Louise, seperti dalam lirik lagunya, pasangan Ratih ini wangi. “Sehingga terjadilah percumbuan itu di dinaungi bintang-bintang,” kata Lousie. Alunan langgam slow waltz menambah syahdu.

Namanya hubungan jarak jauh, perpisahan tak dapat dihindari. Babakan ini diceritakan dalam lagu “Senandung Perpisahan”. Lagunya sendu, bernuansa hawaian yang membuai. Ini lagu kesukaan Louise yang bahkan membuat dirinya sebagai penulis merasa terbawa perasaan alias baper.

Album Bianglala dari band Deredia resmi mewujud dalam format compact disc (CD) pada 6 Desember 2023 lalu. Format fisik ini melengkapi format digital yang telah mengudara sejak Juni 2023 silam. Tokoh imajinasi Ratih mewujud dalam ilustrasi gambar yang hanya bisa dilihat dalam lembar-lembar sampul kemasan CD produksi label rekaman demajors ini.

BACA JUGA - Hadapi Masalah dengan Senyuman, Nath The Lions Rilis Single Anyar “Sedikit Saja”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner