Memorandum by Perunggu : Sebuah Catatan Fase Paruh Baya

Memorandum by Perunggu : Sebuah Catatan Fase Paruh Baya

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Perunggu

Makna album Memorandum berfungsi sebagai catatan, di mana secara garis besar berkaitan dengan irisan hidup para personel ketika menginjak fase usia paruh baya, bersama segala macam dinamika dan problematikanya

Katanya selalu ada hikmah dibalik musibah. Kutipan bijak seperti itu agaknya menjadi relevan dengan yang dihadapi banyak musisi selama masa pandemi dua tahun belakangan ini. Masa tidak menyenangkan ini agaknya berbanding lurus dengan kreativitas musisi yang seolah mendapat trigger untuk terus melahirkan karya. Seperti dengan yang diamini oleh kolektif musik Perunggu. Trio meyakini jika merilis karya pada masa pandemi adalah sebuah keharusan, sebagai suatu tanda keeksisan demi memanaskan jiwa kesenian dalam diri mereka.

Lebih dari sekedar memanaskan ‘mesin kreasinya’ dengan satu buah lagu atau single, trio mengganjarnya dengan sebuah debut album penuh mereka berjudul Memorandum. Band yang terdiri dari Adam Adenan (bass, kibor, piano, vokal latar), Ildo Hasman (dram, vokal latar) dan Maul Ibrahim (gitar, vokal utama) ini menuturkan jika pemilihan judul albumnya tersebut merupakan kepanjangan dari memo, atau pengingat.

Selain itu, mereka juga mengaku jika makna album ini berfungsi sebagai catatan, di mana secara garis besar berkaitan dengan irisan hidup para personel ketika menginjak fase usia paruh baya, bersama segala macam dinamika dan problematikanya. Semua itu tampak jelas tergambar dalam sebelas nomor yang disajikan di album ini.

Corak musik rock apik gubahan Perunggu sanggup mendorong semangat kita untuk tegar menjalani hari demi hari kehidupan. Ditambah lirik lagu yang bercerita dalam bahasa Indonesia memastikan para pendengar tak perlu mengernyitkan dahi untuk memahami maksud dan pesan yang disampaikan.

Ditambahkan pula oleh mereka jika ide album ini bermula pada Februari 2020 sewaktu Adam Adenan tengah menempuh studi di Inggris dan proses kreatif terjadi lewat pengiriman demo mentah via surat elektronik. Tak lama berselang pandemi Covid-19 menghantam. Surutnya aktivitas membuat energi mencipta karya tidak terbendung, walhasil total 18 lagu berhasil tertulis selama masa itu. 

Agar materi mentah mampu digarap secara rapi serta elegan, anak-anak Perunggu menggamit Giovanni Rahmadeva, penabuh dram unit indie rock Polka Wars yang telah ‘menemani’ Perunggu sejak pengerjaan EP Pendar (2020) sebagai produser album ini. Di tangan beliau sejumlah lagu dieliminasi dalam upaya mencapai kematangan sebuah karya penuh sehingga tidak ada satu pun formula aransemen yang redundan di setiap lagunya.

Beberapa musisi tamu juga dihadirkan di sini. Dennis Ferdinand diajak sebagai co-producer. Lalu Bima Errawan yang membuat kedalaman Memorandum terdengar layaknya pesta sonik enam senar. Ada juga hara, penyanyi perempuan yang syahdu bersenandung untuk lagu Prematur.

Dengan pengerjaan yang cukup panjang, memperlihatkan kesungguhan Perunggu dalam memeluk kecintaan mereka terhadap musik. Dan persembahan Memorandum inilah pembuktian terbaik untuk dibingkai sebagai sebuah tonggak.

“Musik adalah hal yang sama sekali tidak mungkin kami tinggalkan. Ini album yang dikerjakan dengan serius. Meskipun waktu dan biaya yang dikeluarkan cukup besar, lucunya kami tidak merasa rugi. Karena kami cinta mati sama musik, dan mengerjakan album ini membuat kami senang menjalani segala macam pengorbanannya,” pungkas Maul Ibrahim. Simak lagunya melalui tautan di bawah ini.

BACA JUGA - Circafaith Menebar Optimisme Lewat EP ‘Apocalypse’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner