KAAWG Merayakan Momen Istimewa Mereka Lewat Album ‘Rima Riang’

KAAWG Merayakan Momen Istimewa Mereka Lewat Album ‘Rima Riang’

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers KAAWG

Album berjudul Rima Riang diakui KAAWG sebagai analogi tentang segala sesuatu yang dialami juga dilakukan, dan selalu mempunyai nilai tersendiri yang bernilai istimewa.  

Berdiri sejak tahun 2014 lalu, Kaawang Awang (selanjutnya ditulis dengan KAAWG), menjadi satu dari sekian banyak band asal Bandung, yang mencoba menyelamatkan ‘wajah’ musik kota Bandung yang kadung identik dengan julukan ‘barometer musik’ Indonesia tersebut. Mengusung genre musik folk, pop, serta eksperimental dalam identitas karyanya, KAAWG banyak mengangkat cerita-cerita yang realistis dalam lagu-lagunya. Band yang digawangi oleh Fatham Ridwan (gitar & vokal), Digun (bangsing/suling & vokal), Zulfikar (cajon/perkusi & vokal), dan Tibong (bas) ini, membawa berita terbaru yang kiranya menarik untuk diberitakan kepada publik luas.

Band yang sebelumnya telah merilis dua single berjudul “Repeat” dan “Salah Sasaran” (2015-2017) ini menggelar showcase Pra-Launching debut album mereka pada 26 februari 2019 lalu, dan secara resmi meluncurkan debut albumnya tersebut dengan judul Rima Riang. Lewat debut albumnya tersebut mereka berhasil mengemas 10 repertoar/lagu dengan menguak kisah internalisasi hidup masing masing personel kedalam debut albumnya ini.

Tentang pemilihan judul albumnya sendiri, menurut rilisan pers yang DCDC terima, kata Rima Riang diambil dari sebuah momen dimana para personil merasakan pengalaman yang diakui mereka cukup menginspirasi. Ditambahkan pula oleh mereka jika ditengah perjalanan dengan hujan yang cukup deras, mereka menemukan sesosok gadis kecil telanjang dada yang riang menikmati curahan hujan. Fakta menariknya adalah, Gadis kecil yang menari riang menikmati curahan hujan tersebut bernama “Rima”. Karena alasan itulah akhirnya mereka merasakan perasaan ingin mengulangi momen tersebut, meski pada kenyataannya momen itu tidak akan bisa kembali terulang kembali. Maka akhirnya hal itu ‘diabadikan’ dalam bentuk debut albumnya.

Lebih jauh tentang Rima Riang, menurut mereka hal tersebut adalah sebuah analogi tentang segala sesuatu yang dialami juga dilakukan, dan selalu mempunyai nilai tersendiri, karena menurut mereka semua kejadian itu tidak akan terulang kembali, dan bahwasannya semua hati itu adalah ciptaan yang maha kuasa. Mereka percaya bahwa ciptaan tuhan tidak akan sama, tak terkecuali dengan sebuah kejadian. “setiap kejadian bisa saja ter-reka namun momen tidak akan sama terasa”, ujar mereka.

Secara proses kreatif mereka dalam berkarya, diakui mereka jika karya yang mereka hasilkan bukan semata-mata kisah konyol yang dicurahkan masing-masing personil, tetapi tentang situasi belakangan ini yang seringkali jadi ganjalan bagi kehidupan mereka, seperti apa yang mereka gambarkan dalam lagu “Electric War”. Dalam lagu ini KAAWG merepresentasikan kegelisahannya akan kehidupan di lingkungan sekitar kami yang kebanyakan lebih menghabiskan waktu di dunia maya dibanding interaksi sosial pada umumnya.

Selain itu, ada juga kisah perihal minimnya “kebebasan”, problematika di keluarga, patah hati, hingga cerita tentang hidup dan kematian. Sedangkan secara musikal, musik rakyat atau lazim disebut dengan folk menjadi benang merah yang mereka olah dengan instrumen yang kembali di eksplorasi, sehingga menyajikan beberapa nuansa yang cukup kontras di setiap repertoar lagunya. Sampai akhirnya hal tersebut mereka jadikan sebagai interaksi sosial, yang tertuang dalam sepuluh judul di album mereka, yakni “Safari”, “Las Vegas” (Mimpi), “Malam”, “Shifted”, “Electric War”, “Repeat” (Menuju Tiada), “Mistery”, “Tanda Tanya”, “Portal”, dan “Rima Riang”. Lagu-lagu ini diakui mereka akan menyerukan suasana sesuai suasana hati yang mereka rasakan pada saat penggarapan album Rima Riang ini.

Album ini resmi dirilis secara digital pada 15 maret lalu, dan tersedia di beberapa platform musik seperti: Bandcamp, Spotify, Soundcloud, iTunes, dan beberapa platform musik lainya. Tepat pada tanggal 25 maret album ini juga dirilis dalam bentuk fisik sebanyak 350 keping CD dan 100 bundle boxset yang berisi T-shirt dan pouch.

BACA JUGA - Dari Saluang Hingga Tibetan Voice; Mari Sambut "People Hate People" dari AfternoonSay!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner