Seni Kontemporer Manja dalam Tembang Pop Sunda Olahan Swasembada Meong

Seni Kontemporer Manja dalam Tembang Pop Sunda Olahan Swasembada Meong

Kenapa memilih Bahasa Sunda untuk proyek album ini? Apa karena alasan historis kah? Atau ada misi budaya kah? Atau memang secara estetika penggunaan bahasa sunda ini menarik?
Mungkin, karena keseharian saya juga bisa dibilang hampir 85% aktif menggunakan Bahasa Sunda, atau konteks lainnya sebenarnya saya bicara tentang posisi dimana Bahasa Sunda hari ini yang sudah mulai ditinggalkan. Mungkin, secara prakteknya masih dipakai oleh generasi muda, tapi secara literasi atau kebudayaan dan keseniannya lah yang terdekat, notice gak sih anak muda tuh. Ternyata, masih banyak pertanyaan juga, bahwa anak muda sekarang itu seperti sungkan atau nggak gaul lah memakai Bahasa Sunda yang baik dan benar.
Mungkin, adanya cross culture juga dari pendatang yang masuk ke Bandung, dan mereduksi patern-patern kebudayaan disini. Saya merasakan beberapa nilai yang bergeser dalam tatanan sosial, di masyarakat Bandung pada khususnya. Semakin jarang anak muda yang tahu kesenian Sunda, seperti longser misalnya. Gambaran sosialnya lebih kurang seperti itu. Padahal, menurut saya kebudayaan Sunda itu menarik. Saya tuh seniman yang lahir dan besar di Bandung, setidaknya harus tahu lah kebudayaan Sunda itu seperti apa. Yang terdekatnya, dimulai dari Bahasa Sunda itu dulu.

"Saya merasakan beberapa nilai yang bergeser dalam tatanan sosial, di masyarakat Bandung pada khususnya."

Jika dikerucutkan lebih spesifik ke budaya pop Sunda yang Amenk amati, ada tidak yang punya “spirit punk”, sebagaimana karya-karya Amenk sendiri yang lekat dengan image itu?
Sejauh yang saya amati, nggak sih. Mungkin, tentang mekanisme berkarya secara genre, mungkin ada perkembangan. Tapi, itu sendiri tidak bisa disebut "pemberontakan", karena kan punk sendiri tidak ada pattern yang establish, punk tuh harus seperti ini, kan nggak. Pop Sunda berkembang sebetulnya, tapi rasa berontaknya sepertinya tidak ada. Misalnya, menyoroti politik atau keadaan-keadaan sosial yang termajinalkan, itu saya tidak menemukannya sejauh ini.
Fenomena pop Sunda sendiri kesulitan untuk dimodernisasi, patternnya selalu seperti itu. Bahkan, jika harus dikatakan, proyek album pop Sunda saya ini mungkin tidak bisa dimasukan dalam pattern pop Sunda itu sendiri. Mungkin, konsep seperti yang saya buat ini tidak akan diakui juga sebagai bagian dari pop Sunda. Karena, saya merasa banyak yang menyalahi aturan dan tidak lazim dari cara pendekatan eksperimental saya terhadap kesenian pop Sunda itu.
Saya sendiri memberi pilihan lain dari pop Sunda itu terhadap publik, dan seperti riset secara tidak langsung. Karena dasarnya saya senang musik, hobi mengumpulkan kaset, sampai akhirnya saya bersinggungan dengan lagu pop Sunda itu sendiri, dan yang saya tangkap dan terjemahkan menurut versi saya ya seperti di album ini. Mungkin, ini akan jadi satu-satunya album pop Sunda yang punya spirit punk itu tadi. Karena, saya memberontak, hahaha...

"Mungkin, ini akan jadi satu-satunya album pop Sunda yang punya spirit punk."

Untuk cover albumnya sendiri, apa itu berbanding lurus dengan apa yang Amenk katakan “fenomena spesifik” itu tadi. Dan apakah ini jadi semacam sindirian atau satir dari Amenk terhadap fenomena itu?
H-3 sebelum rilis, saya baru mengerjakan cover itu. Jadi, tidak dikonsep sejak awal. Sempat terpikir, saya ingin telanjang di cover itu, biar kayak John Lennon. Tapi nggak jadi, karena nanti kasihan yang lihat. Tidak niat mau nyindir atau mau satir juga. Kebetulan saya baru beli baju Nirvana, dan kepikiran kalau foto pas sholat pakai baju Nirvana, lucu nggak ya. Ya hal-hal spontan seperti itu saja. Karena, memang konsepnya karya album ini kolaborasi, dari mulai lagu yang saya buat bareng Rangga Aditya Bintara A.K.A Maung, fanzine, yang saya buat bareng Ferry Firmansyah (terdapat dalam bundling album ini), displaying, yang perilisannya dipamerkan juga di Selasar Sunaryo. Ada banyak kontribusi orang lain juga, dan pada akhirnya karya ini jadi kaya akan perspektif.

BACA JUGA - Respon Seniman Amenkcoy dalam Album Reissue Harry Roesli

Foto: Dokumen Pribadi Amenkcoy

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner