Review Album : Kurosuke – Self Titled

Review Album : Kurosuke – Self Titled

Napak tilas awal dari sebuah proyek musik ‘alter ego’ bernama Kurosuke.

Di satu waktu, kotak surel saya berisikan sebuah press rilis yang mengabarkan bahwa ada rilisan album baru bernama Kurosuke. Siapa Kurosuke dan seperti apa musiknya ? sampai di salah satu kalimat dalam siaran pers itu menyebutkan bahwa ini adalah proyek musik alter ego dari seorang personil Anomalyst, Christianto Ario. Dan lewat kemunculan itu juga ia menyatakan bahwa baru saja merilis album penuh bertajuk self titled.

Nama Kurosuke dipilih oleh Ario untuk proyek musik barunya ini. Yang tak lain dan tak bukan itu sebuah singkatan dari jenis makanan kesukaannya, 'kuro susu keju' (kurosuke). Nama yang secara tidak langsung ber-entitas bahasa Jepang itu, selain bentuk perwakilan atas kegemaran dari seorang Ario, juga memiliki rasa penasaran yang kuat akan materi dalam albumnya. Dengan sigap, salah satu layanan musik streaming yang menampung karya album ini dipilih untuk mendengar dalam format digital 9 track yang diselipkannya.

Dimulai dari track pertama “Awake”. Kurosuke memberikan gambaran lansekap situasi jalanan ibukota dengan bisingnya suara kendaraan, dikombinasikan lewat suara ambience sebagai intro. Masuk lagu kedua, “Tapestry” mulai meyakinkan pendengar lewat petikan gitar jangly bernuansa lo-fi, dan dilagu ini juga suara Ario mulai muncul dengan malasnya. Lalu di track ketiga, Kurosuke ternyata masih betah memanjakan kuping pendengarnya lewat lagu “Snooze”, dengan irama pop bernuansa jazzy lagi-lagi meyakinkan kalau musiknya serupa dengan Ducktails atau Mac Demarco. Baik dari segi tempo, serta nuansa musiknya yang lamban berayun-ayun dibaluti dengan elektronik yang kental tak luput dari fikiran. Masuk di lagu keempat yang diawali oleh ketukan drum elektronik di lagu “Intoxicated Calls”, mulanya seperti mengubah pakem musik Kurosuke, ternyata masih sama saja dari sebelumnya. Cuma yang membedakannya adalah, di lagu ini lebih banyak menggunakan elektronik ketimbang gitar seperti di lagu-lagu sebelumnya. Bahkan sampai di lagu “Fantasy”.

Di lagu keenam, “Midnight” seperti bentuk pengulangan dari keempat, cuma yang membedakannya adalah di lagu ini dimainkan dengan lebih lembut. Begitu juga lagu “Glitches” yang mengulang dari lagu ketiga, Kurosuke masih terus membuat nyaman pendengarnya lewat tempo musik lamban dan vokal yang bermalas-malasannya. Dan semakin membuat malas adalah lagu “Oceans Tide”, yang hanya genjrengan gitar pelan dan vokal saja, tapi di lagu ini ada yang membedakan ketimbang lainnya yaitu penggunaan piano. Dan setelahnya berlalu dengan “Awaken”.

Secara keseluruhan album ini menarik. Tapi hampir keseluruhan tracknya terkesan monoton. Jika membandingkan dengan band beraliran serupa Kurosuke, mereka mampu membuat diferensasi di jalur Lo-fi Pop, namun tidak dengan album ini. Tapi disatu sisi ada yang menarik dari album ini, yaitu dapat didengarkan dalam kesendirian atau ditengah malam sunyi sembari menyantap mie instan bukan dalam keramaian. Semoga saja album keduanya dapat lebih baik dari ini.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner