Pelarangan Ponsel Dalam Konser

Pelarangan Ponsel Dalam Konser

Akhirnya beberapa musisi sepakat, bahwa tujuan datang ke konser musik adalah untuk mendalami interaksi dan atmosfer di dalamnya, karena hal itulah yang sangat mahal. Pro-kontra pun terjadi.

Tahun 2018 akan diramaikan dengan banyaknya penyelenggaraan konser tunggal, baik musisi lokal maupun mancanegara. Incubus dan Paramore, adalah dua di antaranya. Selain mereka, Jack White pun akan merapat ke ibukota pada Maret nanti, menggelar konser perilisan album barunya Boarding House Reach. Namun Jack punya aturan tegas. Dia mengeluarkan regulasi ketat terkait penggunaan ponsel saat menyaksikan konsernya yakni "phone-free" alias bebas dari ponsel.

Agar konser berjalan tertib, pihak penyelenggara konser telah menyediakan kantung khusus untuk menyimpan ponsel penonton. Bunyi sebuah pernyataan regulasi konser Jack White, salah satunya adalah: "Tidak ada perangkat foto, vidio, atau rekaman audio yang diperbolehkan. Kami rasa Anda akan lebih menikmati jika selama konser hanya sesekali saja melihat handphone dan merasakan musik dan membagikan cinta (interaksi) secara personal". Sikap Jack bukan hal baru. Musisi lain seperti Adele, Madonna, hingga Beyonce pernah melakukan hal serupa.

Regulasi ini sendiri belum banyak diterapkan di panggung musik Indonesia. Karena itu, sikap masyarakat pun beragam. Ada yang setuju ponsel dilarang digunakan saat konser, tapi ada juga yang memaklumi penggunaan ponsel. Alasan terkuat adalah untuk mengabadikan momen – dan bentuk pemakluman mengingat hal inisudah menjadi kultur plus pemahaman tersendiri bagi masyarakat. Sedangkan alasan untuk melarang adalah demi keintiman dan proses pertukaran energi dalam konser itu sendiri.

Teknologi memang tak bisa dibendung, maka poin utamanya adalah bagaimana kenyamanan dalam konser tetap bisa terjaga. Orang datang dengan membeli tiket. Idealnya sih, mereka menikmati konser dengan nyaman, tanpa terdistraksi dengan smartphone – terlebih nonton live music itu berbeda dengan mendengarkan audio.

[pagebreak]

Ada dua sisi mengenai hal ini. Beberapa musisi justru merasa diapresiasi ketika ada penonton yang mengabadikan aksi panggungnya. Bagi mereka, hal itu adalah sebuah momentum yang perlu diabadikan sebagai arsip dokumentasi, untuk kembali dikenang. Di era sekarang, sangat penting untuk punya dokumentasi audio-visual. Eksistensi dalam sebuah kejadian penting untuk menjadi sejarah khusus.

Para fans mungkin punya pemahaman yang lebih dalam terkait ‘local wisedom’ satu ini. Penampil dan penonton itu ibarat raja dan ratu. Bahkan beberapa kawan saya, sejak awal sudah berkeinginan untuk mengabadikan semua momen selama konser – terlebih karena tak semua konser pada akhirnya bakal merilis DVD konser eksklusif tersebut secara global. Jika handphone dilarang secara tegas, kesannya seperti mengusir penikmat musik itu sendiri. Hal semacam itu bisa saja menyebabkan penonton jadi enggan datang.

Sudut pandang tentang konser masih sangat luas. Ada yang memandangnya sebagai pure hari besar musisi, ada pula yang memandangnya sebagai pemandangan indah yang luar biasa langka nan berharga – ibarat jalan-jalan ke luar negeri, lalu melihat pemandangan bagus. Momen di suatu tempat terlihat lebih berkesan ketika diingat – bahkan daripada setelah difoto, terus dilihat lagi. Karena beberapa orang ada yang bertipe sangat mencintai peristiwa. Mereka yakin peristiwa punya ruang dan waktu yang tak mungkin mengulang ‘rasa’ yang sama.

Meski begitu, musisi perlu dihormati saat tampil dalam sebuah konser. Bagi musisi, konser adalah ritual khusus, karena di sana mereka menjadi sumber pertukaran energi dengan penonton. Ada kalanya, musisi justru merasa risi ketika ada penonton yang terus menerus memandangnya bernyanyi dari layar handphone. Ratu pop dunia, Madonna, pernah sangat gemas ketika konser di Jakarta. Dia menegur salah satu penonton yang sibuk merekamnya, hingga jarak wajah Madonna sangat dekat layar gawai. “Penonton bayar mahal untuk melihat aku di sini, kenapa Anda sibuk dengan handphone?”, Madonna langsung menegur si penonton di tempat.

[pagebreak]

Saat Coldplay 'Membenci' Handphone

Saat Coldplay membawakan “Charlie Brown” dalam salah satu konsernya di Chicago (Agustus 2017), Chris Martin (vokalis) tiba-tiba ‘orasi’ di tengah-tengah penampilan. Lagu tersebut sudah jalan seperempat, lalu Chris mendadak memberhentikan lagu. Dengan spontan, ia menghimbau dan bicara sejenak pada penonton.

“Konser ini adalah gabungan energi kita semua. Kita (seakan) mampu membuat hujan dan angin ‘berhenti’. Kami di sini, berdiri bersama 65.000 lautan manusia. Tapi dari atas panggung, saya melihat di depan kami ada sekitar 15.000 layar handphone terangkat ke udara. Padahal, ini hari besar kita. Maka saya mohon, hanya untuk satu lagu saja, kalian simpan sejenak cell-phone kalian. Hanya untuk lagu ini saja, saya mohon! Setelah hari ini, kalian akan kembali ke realitas masing-masing: kerja, tidur, nonton, baca buku, makan, gunakan handphone. Mari rayakan pertemuan ini. Kita merespon bersama semua beat yang ada. Jump! We can jump together! Hingga kalian di barisan paling belakang sana, jump, kita rayakan hari ini sebagai salah satu momen terindah di hidup kita. Hanya untuk satu lagu ini saja, wahai 65.000 jiwa manusia. No cell-phone please, just music, just blend us, and we can see what will happen...”

Akhirnya Chris kembali meminta personil lain untuk mengulang lagu “Charlie Brown” dari awal; sejak intro – dan, ya, semua penonton semakin ‘menggila’ dengan histeris.

Pelarangan ponsel memang ada baiknya diterapkan untuk lebih menikmati atmosfer panggung musik yang ditampilkan. Lebih-lebih jika aksi panggung sang idola dikatakan tak biasa. Namun, semua kembali lagi kepada penonton, apakah ingin merasakan konser musik pada momen itu juga, atau mengabadikan momen untuk kembali dikenang di masa yang akan datang. It depends.

Sumber foto : Devian Art

BACA JUGA - Peran ‘Anjing’ Muncul Yang Dalam Karya Musik Independen Tanah Air

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner