Mengobrak-Abrik Puisi Karya Sutardji Calzoum Bachri

Mengobrak-Abrik Puisi Karya Sutardji Calzoum Bachri

Di dalam film "AMUK" juga ada scene yang nampilin kayak daftar judul puisi dari beberapa karya puisi Bapak Sutardji, dan judul "AMUK" pun ada disitu. Khusus untuk judul "AMUK" aja, itu menurut loe lebih menceritakan tentang apa sih?
Duh, sebenarnya kalau bahas itu panjang ya. Sastra itu terlalu luas. Itu sebenarnya respon dari orang yang dengar seperti apa. Kalau dari gue sendiri nangkapnya itu adalah sebuah ekspresi dia. "AMUK" itu sebenarnya tentang Tuhan, kayak ada penggalan di filmnya, "carilah Tuhan semaumu, dan carilah apa pun yang kau inginkan semaumu". Berarti, yang dimaksud di situ adalah "caramu". Kalau menurut dia cara mencari Tuhan ya seperti itu, entah itu dia teriak-teriak atau apa. Ada juga metafora suara kucing, entah kenapa dia suka kucing, dan itu semua diangkat sama dia.

"Sastra itu terlalu luas..."

Ke depannya, apakah akan ada lanjutan dari film ini? Versi kedua mungkin atau proyek lainnya?
Karena ini proyek dari Badan Arsip Nasional, itu jadinya hak mereka. Kalau memang mereka calling kami untuk bikin versi selanjutnya, ya kami bikin lagi.

Selain puisi dari Sutardji ini, apa sempat bikin dari puisi penyair lain gak?
Ya. Gue sama MC Eloops juga punya proyek musik, namanya Angkatan Udara. Kami udah bikin album, cuma belum rilis aja. Lirik kami itu semuanya puisi, misalnya dari Wiji Thukul dan W.S Rendra.

Kalian kan udah bikin beberapa musikalisasi puisi nih, gimana proses kalian merespon karya tulisan puisi tersebut?
Nah
, jadi kami coba respon (sesuai dengan) apa yang (memang) menurut kami. Misalkan, kalau kami lagi dengar suara apa, kami merespon dengan berpikir, "kayaknya ini lebih cocok untuk itu", gitu. Ya udah, kami coba selalu merespon, karena kebetulan juga gue memang dari kampus seni dan ada sense ke situnya. Apa yang kami tangkap secara seniman dan seniman sebenarnya, jadi seniman sastra dan seniman musik. Kami coba gabungin aja, sama tambah lagi film, jadi sebuah paket yang utuh. Karena, film itu kan utuh, di dalamnya udah ada audio, visual, dan lain sebagainya.

Menarik ya kalau untuk genre hip-hop melakukan musikalisasi puisi penyair lama. Sebelum kalian melakukan ini, apa kalian menemukan kesamaan dari musisi hip-hop lain nggak?
Kalau sejauh ini mungkin masih jarang sih. Mungkin, bisa dibilang musikaliasi puisi ini pernah dilakukan oleh Homicide di beberapa track-nya. Kalau dari gue sih, kenapa engga kami bikin suatu hal yang baru dan menawarkan suatu hal yang baru. Jadi, kami juga cross genre, dari sastra bisa masuk ke hip-hop dan juga sebaliknya. Karena, dua hal ini nggak jauh, cuman orang nggak ngeuh aja. Kebanyakan orang kalau lihat acara hip-hop ya musik dan rap aja. Tapi, kalau kita bisa menawarkan musik sama puisi, ada massa orang hip-hop-nya, juga ada massa orang sastranya. Jadinya sesuatu yang baru.

Balik lagi ke lagu di film "AMUK". Di film itu, kalian ngemix lagu-lagu Indonesia lawas kan? Lagu Indonesia apa aja yang kalian mix?
Campur sih itu. Apa aja, ya sedapatnya gue aja yang di-mix. Balik lagi, itu juga respon dari gue, ketika gue nemu satu kaset dan gue kira lagu di kaset itu cocok, ya udah di-mix aja, yang menurut gue itu nyambung sama sastra itu sendiri. Gue mau sharinghip-hop itu kan kultur dan budaya yang banyak kita tahu dari Amerika, dan mereka itu bikin musik hip-hop dari musik-musik Amerika juga. Karena gue di Indonesia, gue coba menawarkan hip-hop tapi musiknya Indonesia. Hip-hop itu berat banget sama sample, nah di sini gue coba menawarkan bahwa musik Indonesia itu keren-keren dan bisa juga dipakai di hip-hop sample base.

"...gue coba menawarkan bahwa musik Indonesia itu keren-keren dan bisa juga dipakai di hip-hop sample base."

Teknis ini udah loe mulai sejak kapan?
Dari 2002. Eh, dari 2001 sih pas awal-awal gue belajar. Kalau dulu sih gue masih pakai Walkman. Dulu gue belum punya MPC, belum punya ini dan itu. Gue coba menggabungkan, misalnya ada empat Walkman, satu Walkman sample musik Indonesia, satu Walkman drum break dan lain sebagainya. Prosesnya itu gue rekam pakai mixer, yang fungsinya bisa bekerja kalau dia hidup aja, dan itu pun durasinya cuma sepuluh detik. Di waktu yang bersamaan, gimana caranya dari empat sources ini bisa jadi satu loop. Akhirnya, gue jadiin satu instrumen, dan dalam prosesnya juga waktu itu gue nggak pitch, nggak bisa atur tempo. Ngakalinnya pakai baterai bekas yang udah mau habis. Baterai bekas yang mau habis itu kan kalau dipakai untuk Walkman suara kaset kan jadi ngelendoy, jadi gue pakai itu kalau butuh suara yang berat.

Loe kan punya juga proyek musik Angkatan Udara dan bentar lagi mau rilis sesuatu, itu rilisan perdana atau udah kesekian kali?

Iya, ini kayaknya yang pertama dan official deh. Karena, di proyek musik itu kami lebih mentingin live performance. Kami nggak mikirin target rilis kayak gimana dan segala macam. Lebih santai dan jalanin aja. Tapi, kalau untuk Danger Dope, gue memang lebih fokus untuk bikin album. Sekarang albumnya udah lima. Kalau albumnya Danger Dope, itu adalah sebuah dokumentasi tentang apa yang udah gue lakuin.

Terakhir nih, kayak apa sih materi Angkatan Udara yang nanti mau dirilis?
Sebenarnya ini materi lama dan kebetulan ada label yang menawarkan, namanya Pita Hitam Records. Yang punya label bilang, "kalau kalian mau rilis apa, nanti hubungi gue aja", ya udah kami mau coba bikin lagi sekarang. Waktu itu sempat terhalang ini dan itu, sampai akhirnya kesampaian, kita akan rilis album pertama Angkatan Udara. Nanti, di dalam materi Angkatan Udara yang bakal rilis itu ada tujuh materi lama, yang disitu MC Eloops masih nge-rap, baik tentang sosial dalam berkesenian, dalam pertemanan, dan dalam hip-hop itu sendiri.

Foto: Matahari Mahardhika (@matajingga)

BACA JUGA - Eye Feel Six: “Lirik Musik Kami Sederhana, Termasuk Tentang Situasi Negara Saat Ini”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner