Menelisik Pergerakan Rifki 13 dalam Seabrek Proyek Musik Independen

Menelisik Pergerakan Rifki 13 dalam Seabrek Proyek Musik Independen

Apa yang ditinggalkan Freshmilk sebelum bubar?

Setelah rilis EP, kita lagi progress untuk materi album. Bagus banget sebenarnya materi lagu Freshmilk itu, sampai-sampai jadi bahan percontohan oleh Major Label kalau menerima band yang mengirimkan demo sama label mereka. Dulu, ada temen saya di Bandung yang pengen dirilis sama Major Label. Ketika di ruang kantor Major Label itu, didengerin lagunya Freshmilk.

Dulu waktu masih main sama Freshmilk, anak-anaknya itu sering banget improve, misalkan kayak si Kiki (gitar) waktu saya bilang, “Ki, coba main gitar”, terus saya minta metronome-nya sekian, akhirnya jadi lagu. Personil lain pun kayak gitu. Kira-kira, materi yang benar-benar ditabung waktu sama Freshmilk ada 60 lagu, saking produktifnya. Mungkin karena memang nggak jodoh, bubar aja di sekitar tahun 2008.

 

Beres Freshmilk berarti kamu punya tiga band waktu itu?

Status saya punya tiga band, yaitu 7 Kurcaci, Forgotten dan Cordivine. Cordivine juga sempat bingung, gonta ganti manajer. Lagu banyak, tapi nggak pernah rilis mini album. Saya nggak ngerti lah sama Cordivine. Tahun 2009, akhirnya rilis single 7 Kurcaci, judulnya “Bebas” (2008-2012). Setahun sebelumnya, Musica Studio mengeluarkan surat sakti yang berisikan keluar dari pakem Major Label. Lalu, rilis lagi single “Berakhir Dengan Senyuman” (2013). Terakhir, rilis album Stick Together (2014). Cordivine juga bubar tahun 2011-2012 karena pekerjaan dari personilnya yang mencar ke luar Kota Bandung.

Saat saya mengambil studi S2, band yang saya pegang ada dua, yaitu Forgotten dan 7 Kurcaci, dan dua-duanya padat jadwal manggung. Satu waktu, saya harus ambil keputusan bahwa saya harus merelakan salah satu band yang saya pegang, karena studi S2 saya juga lumayan menguras waktu. Akhirnya saya merelakan Forgotten. Di tahun 2016, saya juga sempat bersama Rotten To The Core. Nggak lama, sampai akhirnya band itu bubar. Tapi, setelah bubarnya Rotten To The Core, saya nggak diam dalam bermusik. Saya ikut terjun bantuin pengisian drum di The Cruel, karena kebetulan drummernya sedang kena musibah kecelakaan. Di satu sisi, Butchex juga minta saya untuk jadi personil tetap, cuma mengingat masa lalu, saya nggak mau cepat ambil keputusan. Jadi, untuk sekarang saya masih bersama 7 Kurcaci dan band baru saya In Place Of Hope yang rencana tahun ini rilis single baru.

 

Setelah kamu gabung di In Place Of Hope, formula ketukan apa yang lebih ditonjolkan, terutama pada single yang bakal rilis?

Udah pasti memberikan warna yang beda. Kalau saya, ketika saya masuk ke dalam proyek band, pasti akan menawarkan musikalitas yang beda, terutama sound musiknya. Permainan cymbal lebih progresif, dan beberapa elemen yang harusnya masuk di Forgotten diracik lebih fresh lagi oleh saya dan masuk ke dalam materi baru In Place Of Hope, yaitu sound drum yang akan menggunakan teknik hybrid. Untuk nuansanya juga macam-macam, ada yang senang, sedih, marah, dan lain sebagainya, biar nggak monoton. Jadi, konsep saya untuk In place Of Hope ini nantinya akan berbicara tentang kehidupan, contohnya kayak album Dream Theater lah, yang album Scenes From A Memory (1999/ Elektra Records).

 

Pesan apa yang menjadi trigger untuk orang lain agar mendengarkan musik dari In Place Of Hope ini?

Pesan sekaligus harapan dari saya pribadi adalah kalau kamu penasaran dengan karya-karya saya, dengan ketukan drumnya yang aneh, ya kamu harus denger single terbaru In Place Of Hope ini. Yang jelas, beatnya bakal beda, mungkin bisa jadi satu warna musik metal yang beda di Indonesia. Tambahan, saya di In Place Of Hope juga ingin menekankan bahwa musik metal tidak di situ-situ aja, bahkan bisa dikembangkan lebih luas lagi. Secara garis besarnya, bakal ada yang aneh, dan kalau penasaran tunggu aja nanti.

 

Terakhir, kenapa sih identitas kamu pakai angka ’13’? Arian (Seringai) juga pakai 13?

(Tertawa) Intinya setiap orang butuh identitas, dan saya pakai angka tersebut untuk identitas saya. Untuk banyak orang, mungkin angka ’13’ identik dengan kesialan atau dengan kematian. Namun, bagi saya setiap kali bertemu dengan angka ’13’ dalam situasi apapun, entah ujian atau apa, angka itu membawa keberuntungan, bukan keburukan. Banyak juga sih yang bilang mirip kayak Arian13 (Seringai) lah atau apa, tapi saya tidak pernah berniat ikut dengan sosok Arian. Lebih kepada branding aja sih. Kalau disangkutpautkan dengan musik, ada kecocokan juga dengan branding yang saya pakai. Kebanyakan orang lain mendefinisikan angka ‘13’ tentang keburukan atau hal negatif, dan ternyata sesuai dengan musik yang dominan saya mainkan yaitu musik metal yang notabene masih satu inner circle dengan hal-hal keburukan atau negatif.

 

Foto: Koleksi pribadi Rifki 13

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner