Menangkap Hal Menarik Konsep Akustik

Menangkap Hal Menarik Konsep Akustik

Musik bisa menjadi sebuah terapi, atau bahkan bisa sampai ke tingkat yang lebih jauh lagi, ketika musik jadi seperti sebuah refleksi.

Pernah dengar lagu Mars Volta? atau bahkan Dream Theater? yang menurut saya musiknya rumit. Lalu apakah musik mereka kemudian menjadi jelek, karena kerumitan pola musik nya? Tentu saja tidak. Musikalitas mereka tidak bisa diragukan secara teknikal maupun estetika. Hanya saja secara psikologis - menurut saya, ada semacam kelelahan mencerna semua pola-pola rumit seperti itu, karena toh nyatanya lagu-lagu seperti Daniel Johnston, K.O.C, atau Bob Dylan, yang hanya bermodal satu gitar saja bisa straight to the point mewakili perasaan lewat nada dan liriknya, atau sebagai ‘nutrisi’, agar pikiran ini bisa tetap waras, dengan -salah satunya- mendengarkan musik.

Musik bisa menjadi sebuah terapi, atau bahkan bisa sampai ke tingkat yang lebih jauh lagi, ketika musik jadi seperti sebuah refleksi. Tidak jarang saya mengiyakan apa yang para musisi itu nyanyikan lewat lagunya. Seperti lagu dari K.O.C berikut ini "Everyday there's a boy in the mirror asking me what are you doing here? Finding all my previous motives, growing increasingly unclear". Sebuah lagu yang cocok didengarkan ketika saya jauh dari ‘rumah’, atau ketika merasa asing dan kebingungan. Dengan mendengarkan lagu ini saya merasa jadi punya teman. Ada perasaan lega, ketika lagu yang saya dengar sejalan dengan hati dan pikiran saya, pada situasi-situasi tertentu.

Sisi menarik konsep akustik dalam bermusik adalah basic musik itu sendiri. Atau ketika menghubungkan ini dengan hal basic di luar musik, banyak orang lupa akan esensi dari hal-hal basic itu, misalnya saja ketika cari pasangan dengan kriteria yang rumit, pola-pola tertentu yang akhirnya belum tentu juga bisa membuat nyaman. Padahal basic-nya hanya butuh teman untuk berbagi banyak hal. Atau misalnya dengan urusan pekerjaan. Dengan kriteria yang rumit, pola-pola tertentu yang akhirnya malah tidak membuat nyaman juga. Padahal basic-nya, apa yang didepan mata itu yang bisa dikerjakan sebaik-baiknya, dan kerja keras itu akan membawa siapapun sejauh yang mereka tidak bayangkan sebelumnya.

Kembali ke musik, atau jika saya boleh menganalogikan ini dengan lagu, misalnya ; orang yang tumbuh dengan lagu “Cinta Satu Malam” Zaskia Gotik, akan berpikir jika cinta itu dimulai dengan terbukanya resleting celana, dan diakhiri dengan menutupnya kembali, dan begitu seterusnya. Namun ada juga yang tumbuh dengan lagu dari Rusa Militan lewat lagunya “Senandung Senja”, dengan lirik “canda nada ceritanya tak luput dari telinga dan menggema, mengusik derai duka lara, antarku melawan lelah”, yang diteruskan dengan lirik “berpuluh kali musim lalu tak pernah terdengar keluh di bibirnya, demi harapan yang diam di tepi, hingga nafas terhitung air”. Bagaimana mungkin lirik ini bisa tidak mengundang air mata untuk turun? Lagu yang bercerita tentang cinta dari seorang ibu, membuat yang mendengarnya ada dalam gambaran bertahun-tahun ke belakang, mengingat apa yang oleh orang tua lakukan sebagai bentuk cinta kepada anaknya. Pada dsarnya kedua lagu itu mendefinisikan tentang cinta. Hanya saja dengan sudut pandang dan pemahaman yang berbeda. Oleh karena nya konsep akustik itu menjadi menarik karena mewakili basic musik itu sendiri, dan menjadi personal ketika itu dikemas lewat isian lirik yang menyentuh perasaan.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner