Memoar Musik Blues dan Lagu yang Sarat Makna

Memoar Musik Blues dan Lagu yang Sarat Makna

Ilustrasi gambar : Alfie Fadhlan

Musisi yang memilih genre musik blues sebagai identitas musiknya tetap konsisten dan tidak pernah mati.

"I think the blues will always be around. People need it." – Johnny Winter. Mengawali tulisan ini dengan kutipan dari Johnny Winter diatas, untuk kemudian sampai pada “wajah” musik Indonesia hari ini. Meskipun pernah digempur dengan trend musik yang seragam, dari mulai invasi musik pop melayu sampai trend boyband/girlband, toh nyatanya musisi yang memilih genre musik blues sebagai identitas musiknya tetap konsisten dan tidak pernah mati. Sebuah genre musik yang menurut Jimi Hendrix “easy to play, hard to feel” ini, menjadi yang paling relevan sebagai gambaran bentuk utuh sebuah komposisi musik dengan penjiwaan yang dalam. Makanya banyak orang yang tertarik dengan blues pada akhirnya bukan hanya menggemari saja, namun mendalami juga jenis musik ini.

Dari sekian banyak band/musisi yang konsisten memainkan blues ini, ditahun 2004 terbentuk sebuah band bernama The Blues Bug, yang dikemudian hari berubah nama menjadi Gugun Blues Shelter. Ditahun yang sama pula, tepatnya diakhir tahun 2004 Gugun Blues Shleter (biasa disingkat jadi GBS) merilis album perdananya Get the Bug, dengan formasi Gugun (Gitar/Vokal), Jono (Bass), dan Iskandar (Drum).

Sedikit cerita tentang GBS itu sendiri, mereka kembali merilis album kedua mereka yang bertajuk Turn It On ditahun 2007. Album ini bahkan terpilih sebagai one of the best Indonesian albums of 2007 oleh majalah Rolling Stone Indonesia. Selain itu album ini juga dipilih sebagai "The number one blues album of the year", dengan Gugun yang terpilih sebagai Gitaris blues terbaik se-Asia Tenggara, pada tahun 2007 oleh MTV Trax Magazine. Lalu sekitar tahun 2007/2008 formasi Iskandar pada drum digantikan Bowie. Formasi bertiga dengan Bowie sebagai drummer inilah yang bertahan sampai sekarang.

Sampai saat ini GBS terus progress dengan musik dan karirnya, yang mulai diperhitungkan sebagai band berpengaruh di Indonesia. Bahkan label rekaman asal New York, AS, Grooveyard Record tertarik merilis album studio kelima mereka yang bertajuk Solid Ground. Joe Romagnola dari Grooveyard Record sangat terkesan dengan lagu-lagu Gugun Blues Shelter, dan langsung menawarkan album dibawah bendera Grooveyard Records. Joe sendiri mengatakan jika dia belum pernah mendengar musisi blues Asia yang dapat disejajarkan dengan musisi barat.

Ada cerita unik soal perilisan album GBS di Amerika ini. Disana nama mereka diubah jadi Gugun Power Trio. Perubahan ini menurut pihak label dilihat dari sudut pandang pasar di Amerika Serikat. Namun nama Gugun Power Trio hanya dipakai di Amerika dan berbagai negara di Eropa saja. Ketika mereka kembali ke Indonesia, mereka kembali dengan nama Gugun Blues Shelter. 

Kepopuleran GBS terus naik seiring dengan banyaknya gigs yang mengundang mereka untuk tampil, baik itu didalam negeri ataupun luar negeri. Selain itu, ketiga personil GBS yang memang bisa dibilang punya kemampuan musik yang mumpuni, banyak menarik minat musisi lain untuk berkolaborasi. Sehingga GBS tidak hanya besar sebagai sebuah grup musik saja, tapi juga besar dengan nama para personilnya yang diperhitungkan, tidak hanya dikalangan penikmat musik blues saja, tapi juga dalam lingkup skena musik Indonesia pada umumnya.

Dalam konteks industri musik secara umum, atau biasa dikenal dengan istilah belantika musik Indonesia, GBS datang membawa angin segar dengan musik dan lagu-lagunya yang banyak menjadi hits. Lagu-lagu mereka yang meskipun hadir dengan komposisi musik yang tidak mudah dimainkan, namun uniknya terdengar enak untuk dinikmati. Seperti misalnya lagu mereka “set my soul on fire” atau “on the road”, yang meskipun ditingkahi dengan solo gitar maut Gugun, tidak menjadikan lagu-lagu itu menjadi “berjarak” dengan pendengarnya. Kolaborasi tiga personil GBS sukses menarik pendengar untuk tergerak mengikutinya dengan anggukan kepala, tanda setuju jika musik yang GBS bawakan enak didengar. Bukan hanya enak saja, namun juga mempunyai “bobot” musik yang berisi.

Seperti apa yang dikatakan Jhonny Winter diawal paragraph tadi. Lewat musik GBS kita akan menyadari jika blues akan terus ada, karena orang membutuhkan blues sebagai musik yang punya “soul”. Musik yang got something to say, musik yang ketika ingin menikmatinya tidak cukup dengan telinga saja, namun dengan hati dan rasa didalam diri. GBS hadir untuk memenuhi kebutuhan banyak orang akan musik yang punya “rasa” itu tadi.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner