Make Punk Fun Again di “Buux Show Vol.3”

Make Punk Fun Again di “Buux Show Vol.3”

Foto : Rafli F

Seperti judulnya, “Buux Show” ini memang menempatkan Buux sebagai center of attention dengan beberapa band yang menjadi pengisi acaranya, dari mulai Hari Generasi, Perrybois, Mawar Berduri, hingga Turtles Jr

Ada semacam paradoks kala kita bicara tentang punk, dengan semua definisi yang masing-masing penggiat dan penikmatnya tuturkan. Dari mulai yang idealis hingga yang kompromis. Dari yang keras menentang tirani hingga yang bicara tentang patah hati. Semuanya berangkat dengan apa yang mereka yakini, apakah punk hanya dimaknai sebagai genre musik, atau bahkan pilihan menjalani hidup. Dari pop, rock, ska, bahkan skateboard bisa dihubungkan dengan punk dengan macam-macam kekhasannya. Bebas. Mungkin kata itu yang bisa dijadikan jawaban andai kita dihadapkan pada pertanyaan “apa itu punk?”.

Buux Frederiksen, satu dari sekian banyak anak punk yang kiranya mengamini tentang kebebasan yang diagungkan oleh punk. Outputnya, musisi yang menggemari Rancid ini mengaplikasikannya lewat beberapa band yang dia gawangi. Salah satu yang paling terkenal mungkin band Turtles Jr. Namun selain itu, Buux juga terlibat di banyak band lainnya seperti Mawar Berduri, Hari generasi, hingga Perrybois. Mungkin passion akan musik menjadi alasan utamanya kenapa akhirnya Buux mau menghabiskan waktunya buat main musik di banyak band.

Berangkat dari passion yang menyala tersebut lah akhirnya Buux menggelar pertunjukan musik bertajuk “Buux Show Vol.3”. Seperti judulnya, pertunjukan musik ini memang menempatkan Buux sebagai center of attention dengan beberapa band yang menjadi pengisi acaranya, dari mulai Hari Generasi, Perrybois, Mawar Berduri, hingga tentu saja si Kuya Ngora alias Turtles Jr. Selain itu, beberapa pajangan berupa poster yang merangkum perjalanan bermusik Buux dengan banyak band juga menjadi sajian yang menegaskan jika musisi satu ini memang menempatkan musik sebagai jalan hidupnya. 

Bertempat di Kantin Nasion Rumah The Panasdalam, jalan Ambon no 8A, Bandung, acara dibuka oleh penampilan dari Hari Generasi. Buux dan band ini sukses menyuguhkan romantisme tersendiri bagi mereka penggemar lagu lagu Rancid. Kenapa Rancid? Mungkin bukan tanpa alasan juga kenapa akhirnya Buux memakai nama belakang Frederiksen, seperti halnya gitaris Rancid, Lars Frederiksen. Jawabannya, tentu saja karena Buux adalah seorang fanboy dari Rancid. Namanya fanboy, pastinya akan dengan senang hati membawakan lagu-lagu idolanya. Perasaan senang tersebut ternyata menular pada penonton yang juga dirasa sangat enjoy dengan apa yang Hari Generasi dan Buux sajikan. Semuanya bersing-along ria dengan lagu-lagu Rancid, meskipun lagu dari Hari Generasi dan Buux sendiri tidak kalah mencuri perhatian, seperti misalnya lagu “Poser” yang didaulat sebagai lagu penutup penampilan mereka.

Tampil kedua, ada Perrybois yang membuka pertunjukan sore itu dengan solo saxophone yang menghanyutkan dan membedakan dengan penampil sebelumnya. Namun, karena masih dibalut dengan benang merah ‘punk’, menit berikutnya penampilan mereka kembali ‘dihajar’ dengan sayatan distorsi, lengkap dengan penampilan Buux yang memegang kendali michrophone. Kejutan lainnya adalah dengan datangnya Acil dari band Newcastlekids yang didaulat menjadi kolaborator pada sore hari itu.

Seakan tidak ingin memutus tensi yang terjalin sejak penampilan Hari Generasi dan Perrybois, band Mawar Berduri menjadi penampil berikutnya, yang langsung ‘mengemban tugas’ untuk membuat tensi acara semakin ‘panas’. Benar saja, suguhan musik agresif yang mereka tampilkan makin membuat penonton bergairah untuk ber-moshing ria di keriuhan moshpit. Termasuk Buux yang meski telah menghajar panggung dengan dua band sebelumnya, namun masih punya banyak energi untuk ditampilkan. Meski personil lainnya dari Mawar Berduri cukup mencuri pehatian dengan style dan performance mereka di atas panggung, spotlight masih terasa mengarah pada Buux yang memang pada hari itu menjadi center of attention.

Sedikit intermeso. Buux yang pada hari itu tampil dengan tatanan rambut dreadlock alias gimbal seakan menegaskan tentang kenapa akhirnya dia dijuluki Buux. Dalam bahasa sunda buux atau buuk berarti rambut dalam bahasa Indonesia. Agaknya bukan tanpa alasan kenapa gitaris Turtles Jr ini dijuluki nama itu. Terbukti dalam beberapa penampilan Buux kerap memperlihatkan gaya rambut yang mencuri perhatian, dari mulai permainan warna hingga model. Hal ini seakan berbanding lurus pula dengan kecenderungan anak punk lainnya yang identik dengan tatanan rambut ‘tidak biasa’. Seperti apa yang ditulis di atas, sepertinya memang kata ‘bebas’ selalu menjadi highlight ketika kita bicara tentang punk. Bukan hanya musiknya yang mereka mainkan ‘tanpa aturan’ baku sekolah-sekolah musik, dalam segi penampilan pun mereka mengimani kebebasan itu sendiri.

Selesai penampilan Mawar Berduri tentu saja penampil berikutnya adalah Turtles Jr. Si Kuya Ngora yang hampir menginjak usia tiga dekade ini nyatanya masih sangat bernyali untuk memanaskan panggung. Hal ini makin bertambah menarik kala mereka mendaulat Auryn dari band Pigphobia sebagai kolaborator. Suguhan tensi tinggi dari Turtles Jr sore itu kemudian ditutup dengan lagu “No Bullshit”, yang disambut antusias oleh penonton yang hadir.

Ditemui usai manggung, Buux mengatakan jika dia lega karena akhirnya Buux Show Vol.3 ini bisa terselenggara, setelah sebelumnya sempat mengalami penundaan beberapa kali. Ketika ditanya tentang masing-masing band yang punya warna berbeda dan kekhasan masing-masing, Buux menuturkan jika dirinya selalu punya ‘wadah’ untuk bisa menempatkan diri di masing-masing band.

“ya kalo misalnya bikin lagu juga ngga pernah memaksakan. Misalnya ada lagu yang ngga cocok buat Turtles Jr ya saya pakai di Mawar Berduri atau Perrybois misalnya. Jadi kayaknya masing-masing sudah ada standarnya, jadi ngga pernah bentrok secara musik dan idealisme bermusiknya”, ujar Buux.

BACA JUGA - Seribu Pikiran Kecil Tentang Showcase The Sugar Spun

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner