"Local Movement", Kerinduan Akan Masa Emas Skena Musik Bandung

Ketika ditemui saat sesi wawancara yang terfokus pada lagu “Local Movement”, Saska mengatakan bahwa lirik lagu tersebut diciptakan oleh Eggy, yang merupakan hasil diskusi mereka berdua. Mereka kilas balik ke era tersebut dan menemukan sebuah perasaan rindu, terutama di sekitar awal tahun 2000. Era tersebut adalah era di mana Saska menambah pengetahuan tentang musik-musik lokal melalui rutinitas penyelenggaraan acara, terutama di Saparua dan Sabuga. Pengalaman itu dirasakan tepatnya saat ia masih duduk bangku Sekolah Menengah Pertama.

“Saya sering datang ke acara-acara itu dari kelas satu SMP. Sekarang, euforia itu hampir udah nggak ada lagi, khususnya pergerakan musik di kota Bandung. Makanya, kami bikin lagu ‘Local Movement’,” ungkap Saska.

Bukan tidak hidup sama sekali, nyatanya di kota Bandung saat ini pun mulai bermunculan acara-acara kolektif lagi. Tapi, menurut Saska hal itu masih kurang, lebih tepatnya di bagian prasarana yang ada di kota Bandung sendiri, yang masih susah untuk mendapatkan ijin penggunaaan sebuah venue untuk dijadikan gigs dari pemerintah. Hal ini memang benar adanya. Hari ini, bisa dihitung jari tempat-tempat yang dirasa proper untuk mewadahi semangat tersebut. Tapi, kembali lagi, harganya melambung jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

“Kalau ngomongin acara sebenarnya banyak. Tapi, untuk perijinan masih terbilang susah di Bandung. Nggak kayak dulu yang masih mudah, sekarang acara banyak tapi cuma sekadar microgigs. Kalau acara besar mungkin lebih manfaatin lapangan sepakbola atau area besar,” lanjut Saska.

Melalui lagu “Local Movement”, Weekend Roll pun menyisipkan sebuah trigger. Lagu itu akhirnya menjelma menjadi ajakan untuk penggiat musik lain agar bisa membuat pergerakan seperti dulu kala. Lagu ini menjadi modal untuk kembali membuat beberapa kawan kembali meneteskan air liur untuk kembali membangun pola yang sudah dilakukan dahulu kala, hingga akhirnya memperkaya khasanah skena musik indie Bandung.